Kapal Tenggelam, 150 Migran Diduga Tewas di Laut Mediterania
A
A
A
ROMA - Sebuah perahu karet yang berisi migram tenggelam di Mediterania. Satu-satunya penumpang yang selamat, seorang remaja berusia 16 tahun asal Gambia, mengatakan kepada penyelamat ia percaya semua penumpang lainnya tenggelam, kata Organisasi Migrasi Internasional (IOM).
Sebuah kapal kemanusiaan, Iuventa, menemukan remaja laki-laki tergantung ke tangki bahan bakar di laut pada hari Selasa. Ia pertama-tama dipindahkan kapal Italia Coast Guard, kemudian ke sebuah kapal Spanyol dan dibawa ke pulau Lampedusa di Sisilia pada Rabu pagi.
"Dia mengatakan bahwa penumpang lain meninggal. Tapi ada beberapa harapan bahwa Italia Coast Guard dijemput korban lain," kata juru bicara IOM Flavio Di Giacomo di Roma, setelah berbicara kepada staf di Lampedusa.
Di Giacomo mengatakan nasib para penumpang lain harus jelas. Kapal penjaga pantai Italia juga sudah diturunkan ke Sisilia Timur. "Anak itu mengatakan mereka meninggalkan Sabratha, Libya, beberapa hari lalu di atas perahu karet dengan 147 Afrika sub-Sahara, termasuk lima anak-anak dan beberapa wanita hamil," kata Di Giacomo seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/3/2017).
Sementara remaja Gambia yang diselamatkan mengatakan ia menyebrang karena diajak saudaranya."Saudara saya pulang untuk meyakinkan saya melakukan perjalanan," kata Gambia Kalifa Kujabi, setelah berhasil diselamatkan.
Ia mengatakan ia bermain untuk akademi sepak bola Gambia dan membayar USD 600. "Saudara saya mengatakan bahwa saya hanya dapat memiliki masa depan sebagai pemain sepak bola di Eropa," imbuhnya
Italia Coast Guard mengatakan dalam dua hari terakhir, tim penyelamat telah mengangkat lebih dari 1.100 migran di laut, dan menemukan satu mayat. Namun mereka tidak mengomentari mengenai kapal karam terbaru.
IOM memperkirakan sepanjang tahun ini hampir 600 migran telah meninggal setelah berusaha untuk mencapai Italia dari Afrika Utara, sementara tahun lalu mencapai 4.600. Kedatangan para migran ke Italia yang sampai lebih dari 50 persen pada tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu.
Rabu pagi Golfo Azzurro, sebuah kapal kemanusiaan, menyelamatkan sekitar 400 migran, termasuk 16 perempuan dan dua anak-anak. Mereka berasal dari Maroko, Aljazair, Libya, Gambia dan Bangladesh.
Mereka ditemukan hanyut di perahu kayu tanpa listrik sekitar 16 kilometer di lepas pantai Sabratha. Sabratha adalah titik keberangkatan yang paling sering digunakan saat ini oleh penyelundup manusia di Libya, dan sekarang akan diangkut ke Sisilia.
"Para migran mencium dan memeluk penyelamat mereka dan menyanyikan lagu-lagu setelah mereka dibawa ke tempat yang aman," kata fotografer Reuters, Yannis Behrakis, yang berada di kapal Golfo Azzurro.
Parlemen Italia pada hari Rabu menyetujui undang-undang yang ditujukan untuk melindungi anak-anak yang disambut oleh kelompok kemanusiaan.
Senat Italia juga meloloskan dekrit yang pusat penahanan baru bagi para migran yang dideportasi, memotong lamanya proses banding bagi mereka yang meminta suaka namun telah ditolak. Keputusan ini sekarang berjalan di majelis rendah.
Sebuah kapal kemanusiaan, Iuventa, menemukan remaja laki-laki tergantung ke tangki bahan bakar di laut pada hari Selasa. Ia pertama-tama dipindahkan kapal Italia Coast Guard, kemudian ke sebuah kapal Spanyol dan dibawa ke pulau Lampedusa di Sisilia pada Rabu pagi.
"Dia mengatakan bahwa penumpang lain meninggal. Tapi ada beberapa harapan bahwa Italia Coast Guard dijemput korban lain," kata juru bicara IOM Flavio Di Giacomo di Roma, setelah berbicara kepada staf di Lampedusa.
Di Giacomo mengatakan nasib para penumpang lain harus jelas. Kapal penjaga pantai Italia juga sudah diturunkan ke Sisilia Timur. "Anak itu mengatakan mereka meninggalkan Sabratha, Libya, beberapa hari lalu di atas perahu karet dengan 147 Afrika sub-Sahara, termasuk lima anak-anak dan beberapa wanita hamil," kata Di Giacomo seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/3/2017).
Sementara remaja Gambia yang diselamatkan mengatakan ia menyebrang karena diajak saudaranya."Saudara saya pulang untuk meyakinkan saya melakukan perjalanan," kata Gambia Kalifa Kujabi, setelah berhasil diselamatkan.
Ia mengatakan ia bermain untuk akademi sepak bola Gambia dan membayar USD 600. "Saudara saya mengatakan bahwa saya hanya dapat memiliki masa depan sebagai pemain sepak bola di Eropa," imbuhnya
Italia Coast Guard mengatakan dalam dua hari terakhir, tim penyelamat telah mengangkat lebih dari 1.100 migran di laut, dan menemukan satu mayat. Namun mereka tidak mengomentari mengenai kapal karam terbaru.
IOM memperkirakan sepanjang tahun ini hampir 600 migran telah meninggal setelah berusaha untuk mencapai Italia dari Afrika Utara, sementara tahun lalu mencapai 4.600. Kedatangan para migran ke Italia yang sampai lebih dari 50 persen pada tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu.
Rabu pagi Golfo Azzurro, sebuah kapal kemanusiaan, menyelamatkan sekitar 400 migran, termasuk 16 perempuan dan dua anak-anak. Mereka berasal dari Maroko, Aljazair, Libya, Gambia dan Bangladesh.
Mereka ditemukan hanyut di perahu kayu tanpa listrik sekitar 16 kilometer di lepas pantai Sabratha. Sabratha adalah titik keberangkatan yang paling sering digunakan saat ini oleh penyelundup manusia di Libya, dan sekarang akan diangkut ke Sisilia.
"Para migran mencium dan memeluk penyelamat mereka dan menyanyikan lagu-lagu setelah mereka dibawa ke tempat yang aman," kata fotografer Reuters, Yannis Behrakis, yang berada di kapal Golfo Azzurro.
Parlemen Italia pada hari Rabu menyetujui undang-undang yang ditujukan untuk melindungi anak-anak yang disambut oleh kelompok kemanusiaan.
Senat Italia juga meloloskan dekrit yang pusat penahanan baru bagi para migran yang dideportasi, memotong lamanya proses banding bagi mereka yang meminta suaka namun telah ditolak. Keputusan ini sekarang berjalan di majelis rendah.
(ian)