Korea Utara Abaikan Kecaman PBB
A
A
A
JENEWA - Korea Utara (Korut) marah dan menolak kecaman dan pernyataan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai peluncuran misil akhir pekan lalu. Uji coba misil balistik jarak menengah dilaksanakan Korut pada Minggu (12/2) untuk menantang komunitas internasional.
Itu uji coba pertama sejak pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 20 Januari silam. Para pejabat AS, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) telah berkoordinasi intensif mengenai upaya dan sikap mereka terhadap uji coba terbaru itu.
“Berbagai uji coba penembakan misil yang dilaksanakan Korut untuk membangun kemampuan pertahanan diri, tanpa pengecualian, langkah-langkah pertahanan diri untuk melindungi kedaulatan nasional dan keselamatan rakyat terhadap ancaman langsung dari kekuatan asing,” ungkap Duta Besar Korut untuk PBB Han Tae Song di Jenewa kemarin.
“Mengenai hal ini, delegasi saya menolak keras pernyataan terhadap Dewan Keamanan dan segala resolusi terhadap negara saya,” tuturnya, dilansir Reuters.
Sebelumnya Dewan Keamanan PBB mengecam peluncuran misil Korut. Mereka meminta anggota PBB untuk “meningkatkan upaya” untuk menjatuhkan sanksi kepada Korut. Tapi, mereka tidak memberikan indikasi terhadap langkah yang harus dilakukan. Hal senada juga diungkapkan Presiden AS Donald Trump. “Tentunya, Korut adalah masalah besar. Kita akan menghadapinya dengan sangat kuat,” kata Trump.
Sayangnya, dia tidak berbicara mengenai respons yang akan diberikan Washington. Kemudian, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan, saat ini merupakan saat yang tepat agar Korut menjalankan transparansi. “Transparansi Korut itu bukan dengan kata-kata kita, tetapi dengan aksi kita,” tegas Haley.
Dia mengeluarkan pernyataan tersebut setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin (13/2) waktu setempat. Dia meminta AS, Jepang, dan Korsel untuk mendiskusikan peluncuran misil tersebut.
Para pejabat militer AS, Jepang, dan Korsel juga telah menggelar telekonferensi. Mereka sepakat untuk peluncuran misil sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB. Pejabat Korsel mengatakan, AS bersiap menempatkan “aset strategi” menjelang latihan militer dengan Korsel karena peningkatan ancaman dari Korut.
Latihan perang itu biasanya digelar pada Maret. Dia tak menjelaskan aset apa yang akan digunakan. Banyak pihak menduga adalah pesawat pengebom B-2 dan jet tempur siluman F-22 serta kapal selam bertenaga nuklir.
Di Beijing, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China berharap semua pihak untuk menahan diri dan tidak bertindak apa pun untuk memicu ketegangan. “Kita menyarankan semua pihak untuk mendukung langkah yang bertanggung jawab dan mendukung upaya bersama untuk mendukung resolusi yang tepat bagi isu nuklir di semenanjung Korea,” kata juru bicara Kemlu China Geng Shuang.
China merupakan aliansi dan mitra perdagangan utama Korut. Banyak pihak menduga China tidak memiliki pengaruh kuat terhadap Korut sehingga Pyongyang enggan tunduk terhadap Beijing. Padahal, komunitas internasional kerap menyalahkan China yang tidak bisa menekan Korut. Korut pada Senin (13/2) mengatakan, sukses menguji peluru kendali balistik jarak menengah- jauh dan menyatakan perkembangan dalam persenjataan Korut. Peluru kendali jenis baru yang memiliki daya jelajah hingga 2.000 km itu diluncurkan ke arah laut pada Minggu pagi (12/2).
Misil itu bisa menjangkau sebagian wilayah China, Taiwan, Jepang, dan Rusia. Kantor berita Korut, KCNA, mengatakan pemimpin negara itu, Kim Jong-un, mengawasi uji coba Pukguksong-2 itu, yang disebut memiliki kemampuan mengangkut hulu ledak nuklir. Sebelumnya Korut menguji coba misil dengan daya jelajah lebih dari 3.000 km. Pyongyang bahkan pernah menguji coba misil balistik antarbenua yang bisa menjangkau AS dengan daya jelajah mencapai 9.000 km.
“Kita memantau dengan penuh perhatian mengenai data dan teknologi misil yang diuji coba Korut,” kata Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo kepada anggota parlemen kemarin. Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe memperkirakan Trump akan mengambil jalur keras terhadap Korut. “Saya yakin sikap AS terhadap Korut akan semakin kuat, dan itu sangat jelas,” katanya kepada NHK.
Itu uji coba pertama sejak pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 20 Januari silam. Para pejabat AS, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) telah berkoordinasi intensif mengenai upaya dan sikap mereka terhadap uji coba terbaru itu.
“Berbagai uji coba penembakan misil yang dilaksanakan Korut untuk membangun kemampuan pertahanan diri, tanpa pengecualian, langkah-langkah pertahanan diri untuk melindungi kedaulatan nasional dan keselamatan rakyat terhadap ancaman langsung dari kekuatan asing,” ungkap Duta Besar Korut untuk PBB Han Tae Song di Jenewa kemarin.
“Mengenai hal ini, delegasi saya menolak keras pernyataan terhadap Dewan Keamanan dan segala resolusi terhadap negara saya,” tuturnya, dilansir Reuters.
Sebelumnya Dewan Keamanan PBB mengecam peluncuran misil Korut. Mereka meminta anggota PBB untuk “meningkatkan upaya” untuk menjatuhkan sanksi kepada Korut. Tapi, mereka tidak memberikan indikasi terhadap langkah yang harus dilakukan. Hal senada juga diungkapkan Presiden AS Donald Trump. “Tentunya, Korut adalah masalah besar. Kita akan menghadapinya dengan sangat kuat,” kata Trump.
Sayangnya, dia tidak berbicara mengenai respons yang akan diberikan Washington. Kemudian, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan, saat ini merupakan saat yang tepat agar Korut menjalankan transparansi. “Transparansi Korut itu bukan dengan kata-kata kita, tetapi dengan aksi kita,” tegas Haley.
Dia mengeluarkan pernyataan tersebut setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin (13/2) waktu setempat. Dia meminta AS, Jepang, dan Korsel untuk mendiskusikan peluncuran misil tersebut.
Para pejabat militer AS, Jepang, dan Korsel juga telah menggelar telekonferensi. Mereka sepakat untuk peluncuran misil sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB. Pejabat Korsel mengatakan, AS bersiap menempatkan “aset strategi” menjelang latihan militer dengan Korsel karena peningkatan ancaman dari Korut.
Latihan perang itu biasanya digelar pada Maret. Dia tak menjelaskan aset apa yang akan digunakan. Banyak pihak menduga adalah pesawat pengebom B-2 dan jet tempur siluman F-22 serta kapal selam bertenaga nuklir.
Di Beijing, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China berharap semua pihak untuk menahan diri dan tidak bertindak apa pun untuk memicu ketegangan. “Kita menyarankan semua pihak untuk mendukung langkah yang bertanggung jawab dan mendukung upaya bersama untuk mendukung resolusi yang tepat bagi isu nuklir di semenanjung Korea,” kata juru bicara Kemlu China Geng Shuang.
China merupakan aliansi dan mitra perdagangan utama Korut. Banyak pihak menduga China tidak memiliki pengaruh kuat terhadap Korut sehingga Pyongyang enggan tunduk terhadap Beijing. Padahal, komunitas internasional kerap menyalahkan China yang tidak bisa menekan Korut. Korut pada Senin (13/2) mengatakan, sukses menguji peluru kendali balistik jarak menengah- jauh dan menyatakan perkembangan dalam persenjataan Korut. Peluru kendali jenis baru yang memiliki daya jelajah hingga 2.000 km itu diluncurkan ke arah laut pada Minggu pagi (12/2).
Misil itu bisa menjangkau sebagian wilayah China, Taiwan, Jepang, dan Rusia. Kantor berita Korut, KCNA, mengatakan pemimpin negara itu, Kim Jong-un, mengawasi uji coba Pukguksong-2 itu, yang disebut memiliki kemampuan mengangkut hulu ledak nuklir. Sebelumnya Korut menguji coba misil dengan daya jelajah lebih dari 3.000 km. Pyongyang bahkan pernah menguji coba misil balistik antarbenua yang bisa menjangkau AS dengan daya jelajah mencapai 9.000 km.
“Kita memantau dengan penuh perhatian mengenai data dan teknologi misil yang diuji coba Korut,” kata Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo kepada anggota parlemen kemarin. Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe memperkirakan Trump akan mengambil jalur keras terhadap Korut. “Saya yakin sikap AS terhadap Korut akan semakin kuat, dan itu sangat jelas,” katanya kepada NHK.
(esn)