John Kerry: Rezim Assad Lakukan Pembantaian di Aleppo!
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Forbes Kerry menuduh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad melaksanakan pembantaian singkat di Aleppo. Kerry juga juga menuduh sekutu Assad, Rusia dan Iran melakukan kebrutalan biadab terhadap warga sipil di wilayah itu.
Kecaman Menlu AS itu muncul di saat ribuan orang dievakuasi di bawah kesepakatan gencatan senjata di wilayah Aleppo. Wilayah yang semula jadi basis oposisi atau pemberontak Suriah itu sudah dikepung pasukan Assad selama beberapa tahun terakhir.
Kerry mengaku bersemangat membela upaya diplomatik AS untuk mengakhiri perang di Suriah. Meskipun, kata dia, upaya itu telah sia-sia karena Assad didukung Rusia, Iran dan milisi Syiah.
Dukungan sekutu-sekutu Assad itu telah memaksa Washingtonuntuk “menonton dari pinggir lapangan” ketika rezim Suriah dan sekutunya melancarkan serangan besar di Aleppo timur.
”Sama sekali tidak ada pembenaran apapun untuk kebrutalan sembarangan dan biadab terhadap warga sipil yang ditunjukkan oleh rezim (Suriah) dan oleh sekutunya, Rusia dan Iran, yang terjadi selama beberapa minggu terakhir, atau memang selama lima tahun terakhir,” kata Kerry dalam jumpa pers di Washington, seperti dikutip Reuters, Jumat (16/12/2016).
”Kami melihat adanya pelepasan gairah sektarian,” lanjut Kerry. ”Rezim Assad sebenarnya melakukan secara singkat dari pembantaian,” ujar Kerry mengacu pada apa yang terjadi di Aleppo timur.
Rezim Suriah dalam beberapa hari ini terus jadi sorotan dunia, setelah ada laporan bahwa pasukan loyalis Assad mengeksekusi puluhan warga sipil di Aleppo.
Sementara itu, Rusia telah membantah bahwa serangan yang diluncurkan telah menewaskan warga sipil dalam jumlah besar. Rusia menuduh balik bahwa kubu pemberontak menyandera orang-orang di Aleppo timur sebagai perisai manusia.
Pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia akan memperlakukan pemberontak yang tinggal di Aleppo timur sebagai ”teroris”.
Kecaman Menlu AS itu muncul di saat ribuan orang dievakuasi di bawah kesepakatan gencatan senjata di wilayah Aleppo. Wilayah yang semula jadi basis oposisi atau pemberontak Suriah itu sudah dikepung pasukan Assad selama beberapa tahun terakhir.
Kerry mengaku bersemangat membela upaya diplomatik AS untuk mengakhiri perang di Suriah. Meskipun, kata dia, upaya itu telah sia-sia karena Assad didukung Rusia, Iran dan milisi Syiah.
Dukungan sekutu-sekutu Assad itu telah memaksa Washingtonuntuk “menonton dari pinggir lapangan” ketika rezim Suriah dan sekutunya melancarkan serangan besar di Aleppo timur.
”Sama sekali tidak ada pembenaran apapun untuk kebrutalan sembarangan dan biadab terhadap warga sipil yang ditunjukkan oleh rezim (Suriah) dan oleh sekutunya, Rusia dan Iran, yang terjadi selama beberapa minggu terakhir, atau memang selama lima tahun terakhir,” kata Kerry dalam jumpa pers di Washington, seperti dikutip Reuters, Jumat (16/12/2016).
”Kami melihat adanya pelepasan gairah sektarian,” lanjut Kerry. ”Rezim Assad sebenarnya melakukan secara singkat dari pembantaian,” ujar Kerry mengacu pada apa yang terjadi di Aleppo timur.
Rezim Suriah dalam beberapa hari ini terus jadi sorotan dunia, setelah ada laporan bahwa pasukan loyalis Assad mengeksekusi puluhan warga sipil di Aleppo.
Sementara itu, Rusia telah membantah bahwa serangan yang diluncurkan telah menewaskan warga sipil dalam jumlah besar. Rusia menuduh balik bahwa kubu pemberontak menyandera orang-orang di Aleppo timur sebagai perisai manusia.
Pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia akan memperlakukan pemberontak yang tinggal di Aleppo timur sebagai ”teroris”.
(mas)