Warga Kolombia Tolak Berdamai dengan Pemberontak
A
A
A
BOGOTA - Warga Kolombia memutuskan untuk menolak berdamai dengan kelompok pemberontak FARC. Keputusan ini diketahui paska adanya referendum mengenai kesepakatan damai antara Bogota dan FARC.
Dalam referendum yang berlangsung kemarin tersebut, 50,2 persen suara menentang kesepakatan, sementara 49,8 persen mendukung kesepakatan damai tersebut. Kesepakatan damai itu diharapkan dapat menghentikan pertempuran antara pemerintah Kolombia dan FARC yang sudah berlangsung selama setengah abad.
Hasil ini sejatinya sedikit mengejutkan. Pasalnya, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (3/10), dalam sejumlah jajak pendapat jelang referendum, jumlah mereka yang setuju dengan kesepakatan damai selalu lebih besar dari mereka yang menolak.
Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, yang telah mempromosikan kampanye "Ya" untuk kesepakatan itu, mengatakan bahwa terlepas dari hasil referendum, gencatan senjata bilateral dengan FARC masih berlaku dan harus terus berlaku.
Dia mengatakan akan menjangkau para pemimpin oposisi di Kolombia dan telah memerintahkan perunding pemerintah untuk kembali ke Kuba pada hari Senin untuk berkonsultasi dengan para pemimpin FARC.
"Saya tidak akan menyerah. Saya akan terus mencari perdamaian sampai saat terakhir dari mandat saya," katanya Santos.
Sementara itu, pemimpin FARC Rodrigo Londono mengatakan pihaknya masih mempertahankan keinginannya untuk berdamai dengan pemerintah Kolombia.
"FARC menegaskan disposisi untuk hanya menggunakan kata-kata sebagai senjata untuk membangun masa depan. Untuk orang-orang Kolombia yang bermimpi akan perdamaian, percaya pada kami, perdamaian akan menang," ucap Londono.
Dalam referendum yang berlangsung kemarin tersebut, 50,2 persen suara menentang kesepakatan, sementara 49,8 persen mendukung kesepakatan damai tersebut. Kesepakatan damai itu diharapkan dapat menghentikan pertempuran antara pemerintah Kolombia dan FARC yang sudah berlangsung selama setengah abad.
Hasil ini sejatinya sedikit mengejutkan. Pasalnya, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (3/10), dalam sejumlah jajak pendapat jelang referendum, jumlah mereka yang setuju dengan kesepakatan damai selalu lebih besar dari mereka yang menolak.
Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, yang telah mempromosikan kampanye "Ya" untuk kesepakatan itu, mengatakan bahwa terlepas dari hasil referendum, gencatan senjata bilateral dengan FARC masih berlaku dan harus terus berlaku.
Dia mengatakan akan menjangkau para pemimpin oposisi di Kolombia dan telah memerintahkan perunding pemerintah untuk kembali ke Kuba pada hari Senin untuk berkonsultasi dengan para pemimpin FARC.
"Saya tidak akan menyerah. Saya akan terus mencari perdamaian sampai saat terakhir dari mandat saya," katanya Santos.
Sementara itu, pemimpin FARC Rodrigo Londono mengatakan pihaknya masih mempertahankan keinginannya untuk berdamai dengan pemerintah Kolombia.
"FARC menegaskan disposisi untuk hanya menggunakan kata-kata sebagai senjata untuk membangun masa depan. Untuk orang-orang Kolombia yang bermimpi akan perdamaian, percaya pada kami, perdamaian akan menang," ucap Londono.
(esn)