Rusia Hendak Gelar Pemilu di Crimea, Amerika Kesal
A
A
A
WASHINGTON - Rusia akan menggelar Pemilu Parlemen di wilayah Crimea pada hari Minggu (18/9/2016) besok. Rencana itu membuat Pemerintah Amerika Serikat (AS) kesal karena Washington tetap bersikap Crimea merupakan wilayah Ukraina.
Crimea sudah 2 tahun bergabung dengan Rusia setelah memisahkan diri dari Ukraina pada 2014 melalui referendum. Namun, Ukraina sampai saat ini belum bisa menerima Crimea dianeksasi Rusia.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa AS tidak mengakui legitimasi Pemilu Parlemen Rusia yang akan diselenggarakan di Crimea.
”AS Serikat tidak mengakui legitimasi, dan tidak akan mengakui hasilnya, pemilihan Duma (parlemen) Rusia direncanakan di wilayah Crimea yang diduduki Rusia pada tanggal 18 September,” kata Kirby, seperti dikutip AFP.
”Sanksi terhadap Rusia terkait Crimea akan tetap sampai Rusia mengembalikan kontrol Crimea ke Ukraina,” lanjut Kirby.
Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan keprihatinan tentang kondisi di Crimea sejak dianeksasi Rusia. ”Tentang situasi kemanusiaan di Crimea, termasuk status masyarakat etnis Tatar dan laporan yang meluas terkait orang hilang dan pelanggaran hak asasi manusia,” imbuh pernyataan Kirby.
Crimea sudah 2 tahun bergabung dengan Rusia setelah memisahkan diri dari Ukraina pada 2014 melalui referendum. Namun, Ukraina sampai saat ini belum bisa menerima Crimea dianeksasi Rusia.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa AS tidak mengakui legitimasi Pemilu Parlemen Rusia yang akan diselenggarakan di Crimea.
”AS Serikat tidak mengakui legitimasi, dan tidak akan mengakui hasilnya, pemilihan Duma (parlemen) Rusia direncanakan di wilayah Crimea yang diduduki Rusia pada tanggal 18 September,” kata Kirby, seperti dikutip AFP.
”Sanksi terhadap Rusia terkait Crimea akan tetap sampai Rusia mengembalikan kontrol Crimea ke Ukraina,” lanjut Kirby.
Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan keprihatinan tentang kondisi di Crimea sejak dianeksasi Rusia. ”Tentang situasi kemanusiaan di Crimea, termasuk status masyarakat etnis Tatar dan laporan yang meluas terkait orang hilang dan pelanggaran hak asasi manusia,” imbuh pernyataan Kirby.
(mas)