Terikat Perjanjian, Duterte Tak Gampang Usir Tentara Amerika
A
A
A
MANILA - Seruan Presiden Filipina Rodrigo Duterte agar semua pasukan Amerika Serikat (AS) hengkang dari Filipina selatan tidak mudah terealisasi. Sebab, kedua negara terikat perjanjian soal penempatan pasukan AS di Filipina.
Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay, mengatakan Filipina akan terus menghormati kewajiban dalam perjanjiannya dengan AS.
Menurutnya, pernyataan Duterte untuk mengusir secara halus pasukan AS dari Filipina selatan jangan diartikan bahwa Presiden Filipina mengingkari sumpahnya untuk mematuhi perjanjian kedua negara.
Menlu Yasay tetap membela atasannya. Dia juga yakin Duterte memahami sumpahnya untuk menjaga komitmen Filipina saat dilantik sebagai presiden.
”Presiden telah mengatakan, sebagai prioritas dalam pidato pelantikannya, bahwa kita akan menghormati dan terus menghormati kewajiban perjanjian dan khususnya komitmen dengan AS,” kata Yasay, pada hari Selasa (13/9/2016), seperti dikutip Reuters.
”Pernyataannya sekarang jangan dimaksudkan (mengingkari komitmen) dan tidak harus diambil sebagai sinyal bahwa dia akan menarik kembali pernyataan sebelumnya untuk menghormati perjanjian yang bersangkutan,” lanjut Yasay.
Baca:
Duterte: Semua Pasukan AS Harus Hengkang dari Filipina Selatan
Sebelumnya, diberitakan bahwa Presiden Duterte menginginkan semua pasukan AS hengkang dari wilayah selatan negaranya. Duterte menganggap tentara AS telah mengobarkan ketegangan dengan penduduk Muslim di Filipina selatan.
Presiden berjuluk “The Punisher” atau “Penghukum” ini blak-blakan menentang keberadaan tentara AS yang ditempatkan di wilayah Mindanao selatan. Alasannya, perdamaian tidak pernah tercipta selama lebih dari satu abad di wilayah itu sejak adanya pasukan AS.
”Selama kita tinggal dengan Amerika, kita tidak akan pernah memiliki damai di negeri itu,” ucap Duterte pada hari Senin.
Presiden yang mengobarkan perang melawan narkoba dan penjahat di negaranya in juga menampilkan beberapa foto hitam putih dari tahun 1900-an. Foto-foto itu menunjukkan perempuan dan anak-anak dibunuh oleh pasukan AS.
”Pasukan khusus (AS), mereka harus pergi. Mereka di Mindanao harus pergi, ada banyak orang kulit putih di sana, mereka harus pergi,” ujar Duterte menambahkan bahwa dia me-reorientasi kebijakan luar negeri Filipina.
”Saya tidak ingin ada keretakan dengan Amerika, tetapi mereka harus pergi,” katanya lagi.
Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay, mengatakan Filipina akan terus menghormati kewajiban dalam perjanjiannya dengan AS.
Menurutnya, pernyataan Duterte untuk mengusir secara halus pasukan AS dari Filipina selatan jangan diartikan bahwa Presiden Filipina mengingkari sumpahnya untuk mematuhi perjanjian kedua negara.
Menlu Yasay tetap membela atasannya. Dia juga yakin Duterte memahami sumpahnya untuk menjaga komitmen Filipina saat dilantik sebagai presiden.
”Presiden telah mengatakan, sebagai prioritas dalam pidato pelantikannya, bahwa kita akan menghormati dan terus menghormati kewajiban perjanjian dan khususnya komitmen dengan AS,” kata Yasay, pada hari Selasa (13/9/2016), seperti dikutip Reuters.
”Pernyataannya sekarang jangan dimaksudkan (mengingkari komitmen) dan tidak harus diambil sebagai sinyal bahwa dia akan menarik kembali pernyataan sebelumnya untuk menghormati perjanjian yang bersangkutan,” lanjut Yasay.
Baca:
Duterte: Semua Pasukan AS Harus Hengkang dari Filipina Selatan
Sebelumnya, diberitakan bahwa Presiden Duterte menginginkan semua pasukan AS hengkang dari wilayah selatan negaranya. Duterte menganggap tentara AS telah mengobarkan ketegangan dengan penduduk Muslim di Filipina selatan.
Presiden berjuluk “The Punisher” atau “Penghukum” ini blak-blakan menentang keberadaan tentara AS yang ditempatkan di wilayah Mindanao selatan. Alasannya, perdamaian tidak pernah tercipta selama lebih dari satu abad di wilayah itu sejak adanya pasukan AS.
”Selama kita tinggal dengan Amerika, kita tidak akan pernah memiliki damai di negeri itu,” ucap Duterte pada hari Senin.
Presiden yang mengobarkan perang melawan narkoba dan penjahat di negaranya in juga menampilkan beberapa foto hitam putih dari tahun 1900-an. Foto-foto itu menunjukkan perempuan dan anak-anak dibunuh oleh pasukan AS.
”Pasukan khusus (AS), mereka harus pergi. Mereka di Mindanao harus pergi, ada banyak orang kulit putih di sana, mereka harus pergi,” ujar Duterte menambahkan bahwa dia me-reorientasi kebijakan luar negeri Filipina.
”Saya tidak ingin ada keretakan dengan Amerika, tetapi mereka harus pergi,” katanya lagi.
(mas)