ISIS Paksa Bocah 13 Tahun Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri
A
A
A
SHADDADI - ISIS di Suriah memaksa bocah yang baru berumur 13 tahun menjadi pelaku bom bunuh diri untuk meledakkan basis Kurdi.
Hal itu diungkap Macer Gifford, 29, seorang pria sipil Inggris yang bergabung dengan pasukan YPG Kurdi untuk melawan kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah. Gifford memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai banker dan angkat senjata bersama pasukan Kurdi.
Menurutnya, bocah yang diperalat ISIS tidak memiliki pengetahuan atau opini tentang perang yang sedang terjadi. Bocah itu hanya dijadikan “tumbal” demi tujuan ISIS.
”Raqqa sekarang sedang direbut dan mereka tahu itu, putus asa mereka bisa diraba,” katanya kepada Mirror.
”Mereka sudah mulai siapkan bom untuk anak-anak dan memaksa mereka untuk berjalan pada garis musuh,” lanjut dia.
“Kami mendapati anak-anak yang menuju ke pihak kami, meledakkan diri setiap hari. Yang termuda yang datang ke kami baru berusia 13 tahun. (Bocah) ini bukan direkrut ISIS, mereka ketakutan dengan wajib militer yang dipaksa ke medan perang, mereka tidak tahu apa-apa tentang itu,” imbuh Gifford yang dilansir Kamis (12/5/2016).
Kelompok ISIS dilaporkan terus kehilangan wilayah yang mereka duduki di Suriah dan Irak setelah mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan Kurdi.
Menurut Gifford, pasukan koalisi, termasuk pasukan khusus AS dan Inggris, sedang mempersiapkan untuk serangan besar di “ibu kota” ISIS yakni Raqqa. Namun, dia mengatakan bahwa serangan yang paling mungkin untuk melumpuhkan ISIS saat ini adalah di Mosul, karena di Kota Irak itu ISIS menghadapi tekanan dari berbagai arah.
Gifford yang saat ini berada di Shaddadi, Suriah utara, mengatakan ada 150 pasukan khusus AS yang baru-baru ini tiba untuk bergabung dengan pasukan khusus Inggris, SAS, dan Navy Seal, AS.
Hal itu diungkap Macer Gifford, 29, seorang pria sipil Inggris yang bergabung dengan pasukan YPG Kurdi untuk melawan kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah. Gifford memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai banker dan angkat senjata bersama pasukan Kurdi.
Menurutnya, bocah yang diperalat ISIS tidak memiliki pengetahuan atau opini tentang perang yang sedang terjadi. Bocah itu hanya dijadikan “tumbal” demi tujuan ISIS.
”Raqqa sekarang sedang direbut dan mereka tahu itu, putus asa mereka bisa diraba,” katanya kepada Mirror.
”Mereka sudah mulai siapkan bom untuk anak-anak dan memaksa mereka untuk berjalan pada garis musuh,” lanjut dia.
“Kami mendapati anak-anak yang menuju ke pihak kami, meledakkan diri setiap hari. Yang termuda yang datang ke kami baru berusia 13 tahun. (Bocah) ini bukan direkrut ISIS, mereka ketakutan dengan wajib militer yang dipaksa ke medan perang, mereka tidak tahu apa-apa tentang itu,” imbuh Gifford yang dilansir Kamis (12/5/2016).
Kelompok ISIS dilaporkan terus kehilangan wilayah yang mereka duduki di Suriah dan Irak setelah mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan Kurdi.
Menurut Gifford, pasukan koalisi, termasuk pasukan khusus AS dan Inggris, sedang mempersiapkan untuk serangan besar di “ibu kota” ISIS yakni Raqqa. Namun, dia mengatakan bahwa serangan yang paling mungkin untuk melumpuhkan ISIS saat ini adalah di Mosul, karena di Kota Irak itu ISIS menghadapi tekanan dari berbagai arah.
Gifford yang saat ini berada di Shaddadi, Suriah utara, mengatakan ada 150 pasukan khusus AS yang baru-baru ini tiba untuk bergabung dengan pasukan khusus Inggris, SAS, dan Navy Seal, AS.
(mas)