Wanita dan Anak Warga Australia Diculik dari Kamp Pengungsi Suriah
loading...
A
A
A
AL HAWL - Warga Australia yang terdiri atas wanita dan anak-anak diculik dari kamp pengungsi Al-Hawl yang dikelola Kurdi di Suriah timur laut.
Penculikan itu terjadi pada Sabtu tengah malam oleh pria bersenjata yang tiba di kamp itu dan mengikat tangan empat wanita dan sepuluh anak yang semuanya warga Australia . Mereka dipaksa masuk mobil van dan dibawa pergi dari kamp itu.
Lembaga amal asal Inggris, Save the Children memperingatkan aksi penculikan itu. Direktur Australia Save the Children Mat Tinkler menyatakan insiden itu sangat mengkhawatirkan.
“Kami sangat menyesalkan kejadian itu. Mereka diambil dari kamp itu,” kata Tinkler.
Karena para penculiknya tak diketahui dan belum diketahui afiliasinya dengan kelompok mana pun, dia menjelaskan, “Kami tidak tahu keberadaan mereka saat ini jadi kami sangat khawatir dengan kondisi mereka.”
Kamp Al-Hawl merupakan satu dari banyak kamp yang dikontrol dan dijaga Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan Unit Proteksi Rakyat (YPG).
Kamp itu menampung puluhan ribu anggota keluarga mantan pejuang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Banyak dari mereka yang ditahan di kamp itu adalah warga negara asing yang lari ke Suriah dari negara asalnya untuk bergabung ISIS atau mereka yang lahir di Suriah dari orang tua warga asing itu.
Di kamp Al-Hawl menampung sekitar 70.000 pengungsi, dengan sekitar 20 wanita dan 47 anak Australia.
Tinkler menambahkan, meski motif para penculik masih tak diketahui, dia yakin pelakunya telah diizinkan oleh milisi Kurdi. “Ini mungkin mengindikasikan mereka dipindah ke tempat lain,” kata dia. (Baca Juga: Inggris Akui Utang pada Iran Sebesar Rp7,8 Triliun Selama 40 Tahun)
Juru bicara pemerintah Australia menyatakan mereka terus memantau situasi itu. Meski demikian, prospek warga Australia itu kembali ke negara asalnya tak akan terjadi. (Baca Infografis: Badai Haishen terjang Jepang, Curah Hujan Sangat Tinggi)
“Kemampuan kita untuk memberi bantuan konsuler dan bantuan paspor pada warga Australia di Suriah dan Irak tetap sangat terbatas karena situasi keamanan yang sangat berbahaya,” ujar Tinkler. (Lihat Video: Gara-Gara Kompor Warga, Permukiman Padat di Jatinegara Ludes Terbakar)
Penculikan itu terjadi pada Sabtu tengah malam oleh pria bersenjata yang tiba di kamp itu dan mengikat tangan empat wanita dan sepuluh anak yang semuanya warga Australia . Mereka dipaksa masuk mobil van dan dibawa pergi dari kamp itu.
Lembaga amal asal Inggris, Save the Children memperingatkan aksi penculikan itu. Direktur Australia Save the Children Mat Tinkler menyatakan insiden itu sangat mengkhawatirkan.
“Kami sangat menyesalkan kejadian itu. Mereka diambil dari kamp itu,” kata Tinkler.
Karena para penculiknya tak diketahui dan belum diketahui afiliasinya dengan kelompok mana pun, dia menjelaskan, “Kami tidak tahu keberadaan mereka saat ini jadi kami sangat khawatir dengan kondisi mereka.”
Kamp Al-Hawl merupakan satu dari banyak kamp yang dikontrol dan dijaga Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan Unit Proteksi Rakyat (YPG).
Kamp itu menampung puluhan ribu anggota keluarga mantan pejuang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Banyak dari mereka yang ditahan di kamp itu adalah warga negara asing yang lari ke Suriah dari negara asalnya untuk bergabung ISIS atau mereka yang lahir di Suriah dari orang tua warga asing itu.
Di kamp Al-Hawl menampung sekitar 70.000 pengungsi, dengan sekitar 20 wanita dan 47 anak Australia.
Tinkler menambahkan, meski motif para penculik masih tak diketahui, dia yakin pelakunya telah diizinkan oleh milisi Kurdi. “Ini mungkin mengindikasikan mereka dipindah ke tempat lain,” kata dia. (Baca Juga: Inggris Akui Utang pada Iran Sebesar Rp7,8 Triliun Selama 40 Tahun)
Juru bicara pemerintah Australia menyatakan mereka terus memantau situasi itu. Meski demikian, prospek warga Australia itu kembali ke negara asalnya tak akan terjadi. (Baca Infografis: Badai Haishen terjang Jepang, Curah Hujan Sangat Tinggi)
“Kemampuan kita untuk memberi bantuan konsuler dan bantuan paspor pada warga Australia di Suriah dan Irak tetap sangat terbatas karena situasi keamanan yang sangat berbahaya,” ujar Tinkler. (Lihat Video: Gara-Gara Kompor Warga, Permukiman Padat di Jatinegara Ludes Terbakar)
(sya)