S-300 Bikin Iran Kebal dari Ancaman Saudi dan Israel
A
A
A
ANKARA - Analis politik asal Turki, Hakan Gunes menuturkan, sistem pertahanan udara S-300 akan membuat Iran kebal dari ancaman Israel dan Arab Saudi, dua rival terbesarnya di Timur Tengah. Iran dijadwalkan akan menerima gelombang pertama S-300 dari Rusia dalam beberapa hari ke depan.
"Israel dan Arab Saudi lebih dari sekali membuat pernyataan tentang serangan rudal jarak menengah pada infrastruktur Iran. Pernyataan-pernyataan ini menjadi tidak relevan sekarang, bila melihat fakta Iran telah menerima S-300," kata Gunes, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (15/4).
Dirinya juga menuturkan, S-300 sejatinya bukanlan senjata yang ditujukan untuk menyerang, tapi senjata yang didesain untuk bertahan. Sehingga, S-300 pada faktanya tidak akan memberikan ancaman kepada negara lain.
Namun, lanjut Gunes, akibat pernyataan-pernyataan yang kerap dibuat Saudi dan Israel, S-300 kemudian terlihat seperti yang mengancam. Inilah yang pada akhirnya akan membuat hubungan antara Iran dengan negara-negara anti-Iran lainnya, seperti Turki dan Qatar akan terus memburuk.
"Terus memburuknya situasi terkait dengan pengiriman S-300 buatan Rusia ke Iran tidak lepas dari provokasi yang dibuat Saudi dan Israel. S-300 adalah senjata defensif, dan bukan senjata ofensif. S-300 tidak menimbulkan ancaman bagi negara manapun, dan dirancang untuk memastikan keselamatan wilayah udara suatu negara dari serangan rudal," sambungnya.
Sementara itu, dia juga menyinggung soal kontradiksi dalam hubungan Washington dengan sekutu-sekutunya di kawasan itu, termasuk Israel, Turki, Saudi dan Qatar.
Gunes menyebut bahwa negara-negara ini tidak akan menunggu pemerintahan Barack Obama berakhir, yakni setelah pemilu November mendatang untuk mengintensifkan kegiatan anti-Iran mereka. Dia memperkirakan bahwa beberapa bulan ke depan mungkin akan ada pemulihan hubungan lebih lanjut antara Turki, Arab Saudi dan Israel.
"Israel dan Arab Saudi lebih dari sekali membuat pernyataan tentang serangan rudal jarak menengah pada infrastruktur Iran. Pernyataan-pernyataan ini menjadi tidak relevan sekarang, bila melihat fakta Iran telah menerima S-300," kata Gunes, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (15/4).
Dirinya juga menuturkan, S-300 sejatinya bukanlan senjata yang ditujukan untuk menyerang, tapi senjata yang didesain untuk bertahan. Sehingga, S-300 pada faktanya tidak akan memberikan ancaman kepada negara lain.
Namun, lanjut Gunes, akibat pernyataan-pernyataan yang kerap dibuat Saudi dan Israel, S-300 kemudian terlihat seperti yang mengancam. Inilah yang pada akhirnya akan membuat hubungan antara Iran dengan negara-negara anti-Iran lainnya, seperti Turki dan Qatar akan terus memburuk.
"Terus memburuknya situasi terkait dengan pengiriman S-300 buatan Rusia ke Iran tidak lepas dari provokasi yang dibuat Saudi dan Israel. S-300 adalah senjata defensif, dan bukan senjata ofensif. S-300 tidak menimbulkan ancaman bagi negara manapun, dan dirancang untuk memastikan keselamatan wilayah udara suatu negara dari serangan rudal," sambungnya.
Sementara itu, dia juga menyinggung soal kontradiksi dalam hubungan Washington dengan sekutu-sekutunya di kawasan itu, termasuk Israel, Turki, Saudi dan Qatar.
Gunes menyebut bahwa negara-negara ini tidak akan menunggu pemerintahan Barack Obama berakhir, yakni setelah pemilu November mendatang untuk mengintensifkan kegiatan anti-Iran mereka. Dia memperkirakan bahwa beberapa bulan ke depan mungkin akan ada pemulihan hubungan lebih lanjut antara Turki, Arab Saudi dan Israel.
(esn)