Amerika Ingin Tempatkan Pesawat Bomber B-1 di Australia
A
A
A
CANBERRA - Militer Amerika Serikat (AS) berencana menempatkan pesawat bomber B-1 dan pesawat pengintai canggih di Northern Territory (AS), Australia.
Langkah AS itu menyusul kekhawatiran ekspansi militer China di kawasan Asia Pasifik.
Komandan Angkatan Udara Pasifik AS, Jenderal Lori Robinson, telah mengungkapkan diskusi tingkat tinggi yang dilakukan dengan Pemerintah Australia untuk rencana penempatan pesawat B-1 dan tanker sementara di Northern Territory.
”Kami sedang dalam proses berbicara tentang kekuatan rotasi, (pesawat) bomber dan kapal tanker dari Australia (Tindal dan Darwin) dan memberikan kami kesempatan untuk berlatih dengan Australia,” katanya kepada wartawan di Canberra, Selasa (8/3/2016), seperti dikutip ABC.
”Ini memberi kami kesempatan untuk memperkuat hubungan kami dengan Angkatan Udara Australia (RAAF) dan memberikan kesempatan untuk melatih pilot guna memahami medan dan betapa pentingnya untuk memperkuat hubungan kita dengan sekutu besar kami, RAAF,” lanjut jenderal AS itu.
Dia mengakui ada risiko “salah perhitungan” sebagai dampak dari militer China yang dengan pesat melakukan pembangunan di kawasan Laut China Selatan. Meski demikian, Jenderal Robinson menegaskan bahwa AS akan terus terbang di atas (Laut China Selatan) dan berlayar melalui Selat Malaka yang disengketakan.
Dia secara resmi menyerukan kepada publik di Australia untuk melakukan Operasi Kebebasan Bernavigasi di Laut China Selatan.
”Kami akan mendorong siapa pun di wilayah tersebut dan di seluruh dunia untuk terbang dan berlayar di wilayah udara internasional sesuai dengan aturan dan norma-norma internasional," katanya.
”Kami akan mendorong semua negara di kawasan itu untuk melakukan hal itu, seperti Amerika Serikat telah melakukannya,” imbuh dia.
Langkah AS itu menyusul kekhawatiran ekspansi militer China di kawasan Asia Pasifik.
Komandan Angkatan Udara Pasifik AS, Jenderal Lori Robinson, telah mengungkapkan diskusi tingkat tinggi yang dilakukan dengan Pemerintah Australia untuk rencana penempatan pesawat B-1 dan tanker sementara di Northern Territory.
”Kami sedang dalam proses berbicara tentang kekuatan rotasi, (pesawat) bomber dan kapal tanker dari Australia (Tindal dan Darwin) dan memberikan kami kesempatan untuk berlatih dengan Australia,” katanya kepada wartawan di Canberra, Selasa (8/3/2016), seperti dikutip ABC.
”Ini memberi kami kesempatan untuk memperkuat hubungan kami dengan Angkatan Udara Australia (RAAF) dan memberikan kesempatan untuk melatih pilot guna memahami medan dan betapa pentingnya untuk memperkuat hubungan kita dengan sekutu besar kami, RAAF,” lanjut jenderal AS itu.
Dia mengakui ada risiko “salah perhitungan” sebagai dampak dari militer China yang dengan pesat melakukan pembangunan di kawasan Laut China Selatan. Meski demikian, Jenderal Robinson menegaskan bahwa AS akan terus terbang di atas (Laut China Selatan) dan berlayar melalui Selat Malaka yang disengketakan.
Dia secara resmi menyerukan kepada publik di Australia untuk melakukan Operasi Kebebasan Bernavigasi di Laut China Selatan.
”Kami akan mendorong siapa pun di wilayah tersebut dan di seluruh dunia untuk terbang dan berlayar di wilayah udara internasional sesuai dengan aturan dan norma-norma internasional," katanya.
”Kami akan mendorong semua negara di kawasan itu untuk melakukan hal itu, seperti Amerika Serikat telah melakukannya,” imbuh dia.
(mas)