Dicap Teroris, Hizbullah Kutuk Negara Teluk
A
A
A
BEIRUT - Militan Syiah Libanon, Hizbullah menyatakan, keputusan negara-negara Teluk Arab yang melabeli Hizbullah sebagai organisasi teroris adalah keputusan yang sembrono dan memercikan sikap bermusuhan.
Sebelumnya, enam anggota Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk menetapkan Hizbullah sebagai kelompok teroris. Hizbullah dicap sebagai kelompok teroris karena memiliki pengaruh politik yang luas di Libanon dan berjuang di Suriah untuk Presiden Bashar al-Assad.
"Keputusan oleh GCC adalah sembrono dan bermusuhan. Rezim Saudi memikul tanggung jawab untuk penerbitan dan konsekuensi," bunyi pernyataan Hizbullah. Hizbullah menuding Arab Saudi menjadi pihak yang bertanggung jawab atas keputusan GCC, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/3/2016).
Kekuatan Syiah utama di kawasan Timur Tengah, Iran, menuduh negara-negara Teluk Arab telah membahayakan stabilitas Libanon dengan memasukkan Hizbullah ke dalam daftar hitam. Hizbullah sendiri adalah salah satu pendukung Iran.
Arab Saudi terlibat persaingan dengan Iran untuk menancapkan pengaruh mereka di wilayah Timur Tengah. Kedua belah pihak kembali berada dalam faksi yang berbeda di Libanon dan dalam perang di Suriah dan Yaman.
Hubungan antara Libanon dan Arab Saudi sendiri telah jatuh ke dalam krisis sejak Riyadh membekukan bantuan sebesar USD 3 miliar untuk tentara Libanon. Hal itu dilakukan dalam menanggapi kegagalan pemerintah Beirut untuk mengutuk serangan terhadap misi diplomatik Arab di Iran.
Sebelumnya, enam anggota Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk menetapkan Hizbullah sebagai kelompok teroris. Hizbullah dicap sebagai kelompok teroris karena memiliki pengaruh politik yang luas di Libanon dan berjuang di Suriah untuk Presiden Bashar al-Assad.
"Keputusan oleh GCC adalah sembrono dan bermusuhan. Rezim Saudi memikul tanggung jawab untuk penerbitan dan konsekuensi," bunyi pernyataan Hizbullah. Hizbullah menuding Arab Saudi menjadi pihak yang bertanggung jawab atas keputusan GCC, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/3/2016).
Kekuatan Syiah utama di kawasan Timur Tengah, Iran, menuduh negara-negara Teluk Arab telah membahayakan stabilitas Libanon dengan memasukkan Hizbullah ke dalam daftar hitam. Hizbullah sendiri adalah salah satu pendukung Iran.
Arab Saudi terlibat persaingan dengan Iran untuk menancapkan pengaruh mereka di wilayah Timur Tengah. Kedua belah pihak kembali berada dalam faksi yang berbeda di Libanon dan dalam perang di Suriah dan Yaman.
Hubungan antara Libanon dan Arab Saudi sendiri telah jatuh ke dalam krisis sejak Riyadh membekukan bantuan sebesar USD 3 miliar untuk tentara Libanon. Hal itu dilakukan dalam menanggapi kegagalan pemerintah Beirut untuk mengutuk serangan terhadap misi diplomatik Arab di Iran.
(ian)