Pendukung ISIS di Indonesia Diburu, Jemaah Islamiyah Bangkit
A
A
A
JAKARTA - Di saat aparat kontra-terorisme Indonesia memburu para pendukung ISIS, kelompok Jemaah Islamiyah (JI) diklaim telah bangkit.
Kepolisian Indonesia menyatakan, serangan bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Jalan MH. Thamrin, Jakarta, dilakukan oleh para pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Beberapa orang tewas dalam serangan itu, termasuk para pelaku.
Jariangan kelompok JI pernah diperangi aparat anti-teror Indonesia setelah serangkaian serangan terhadap kepentingan Barat di Indonesia pada tahun 2000-an.
Tapi wawancara Reuters dengan dua anggota aktif dan seorang mantan anggota JI mengungkapkan bahwa kelompok itu bangkit kembali. Mereka merekrut pendukung baru, menggalang dana dan mengirim orang untuk dilatih di Suriah, negara yang dilanda perang.
”JI saat ini sedang dalam tingkat persiapan. Mereka tidak melakukan operasi apapun, tetapi mereka merekrut orang, memperkuat pengetahuan mereka, pendidikan, jaringan dan keuangan,” kata Nasir Abas, mantan anggota JI. ”Saya tidak akan meremehkan mereka,” katanya lagi, yang dilansir Senin (15/2/2016).
Analis keamanan yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones, percaya keanggotaan JI telah pulih. Kelompok ini dianggap bertanggung jawab atas serangan bom di Bali yang menewaskan lebih dari 200 orang di masa lalu.
Para ahli menyatakann, tidak ada bukti bahwa munculnya kelompok ultra-kekerasan ISIS di Timur Tengah telah mendorong kebangkitan JI di Indonesia. JI sendiri dalam riwayatnya, merupakan jaringan yang terkait dengan Al-Qaeda, yang saat ini menjadi saingan ISIS di Timur Tengah.
Nasir Abas mengatakan, beberapa orang seangkatannya termasuk orang tua yang dilatih di Afghanistan pada 1980-an, telah kembali dengan pengalaman tempur dan keterampilan pembuatan bom.
Abu Rusydan, yang diyakini anggota aktif JI, mengatakan kepada Reuters, bahwa strategi JI adalah memenangkan dukungan publik untuk sebuah ideologi dan ambisi.
”Kita harus damai sampai titik tertentu, jika tidak, bagaimana kita akan memenangkan dukungan publik?" kata Abu Rusydan. ”Jika Pemerintah Indonesia dapat memahami pesan kami melalui kata-kata maka kita tidak perlu melakukan (serangan seperti) bom Bali,” lanjut dia.
Ketika ditanya mengapa JI mengirim orang ke Suriah, Abu Rusydan mengatakan hal itu untuk memberikan layanan kemanusiaan.
Kepolisian Indonesia menyatakan, serangan bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Jalan MH. Thamrin, Jakarta, dilakukan oleh para pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Beberapa orang tewas dalam serangan itu, termasuk para pelaku.
Jariangan kelompok JI pernah diperangi aparat anti-teror Indonesia setelah serangkaian serangan terhadap kepentingan Barat di Indonesia pada tahun 2000-an.
Tapi wawancara Reuters dengan dua anggota aktif dan seorang mantan anggota JI mengungkapkan bahwa kelompok itu bangkit kembali. Mereka merekrut pendukung baru, menggalang dana dan mengirim orang untuk dilatih di Suriah, negara yang dilanda perang.
”JI saat ini sedang dalam tingkat persiapan. Mereka tidak melakukan operasi apapun, tetapi mereka merekrut orang, memperkuat pengetahuan mereka, pendidikan, jaringan dan keuangan,” kata Nasir Abas, mantan anggota JI. ”Saya tidak akan meremehkan mereka,” katanya lagi, yang dilansir Senin (15/2/2016).
Analis keamanan yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones, percaya keanggotaan JI telah pulih. Kelompok ini dianggap bertanggung jawab atas serangan bom di Bali yang menewaskan lebih dari 200 orang di masa lalu.
Para ahli menyatakann, tidak ada bukti bahwa munculnya kelompok ultra-kekerasan ISIS di Timur Tengah telah mendorong kebangkitan JI di Indonesia. JI sendiri dalam riwayatnya, merupakan jaringan yang terkait dengan Al-Qaeda, yang saat ini menjadi saingan ISIS di Timur Tengah.
Nasir Abas mengatakan, beberapa orang seangkatannya termasuk orang tua yang dilatih di Afghanistan pada 1980-an, telah kembali dengan pengalaman tempur dan keterampilan pembuatan bom.
Abu Rusydan, yang diyakini anggota aktif JI, mengatakan kepada Reuters, bahwa strategi JI adalah memenangkan dukungan publik untuk sebuah ideologi dan ambisi.
”Kita harus damai sampai titik tertentu, jika tidak, bagaimana kita akan memenangkan dukungan publik?" kata Abu Rusydan. ”Jika Pemerintah Indonesia dapat memahami pesan kami melalui kata-kata maka kita tidak perlu melakukan (serangan seperti) bom Bali,” lanjut dia.
Ketika ditanya mengapa JI mengirim orang ke Suriah, Abu Rusydan mengatakan hal itu untuk memberikan layanan kemanusiaan.
(mas)