Twitter Blokir 125 Ribu Akun Milik ISIS
A
A
A
SAN FRANCISCO - Situs microbloging, Twitter menyatakan, telah memblokir 125.000 akun yang terkait dengan kelompok teroris Negara Islam Irak Suriah atau ISIS sejak pertengahan tahun 2015.
Dalam tweetnya, jaringan media sosial yang berbasis di kota pantai Amerika Serikat (AS) ini menyatakan kebijakannya tidak menggizinkan penggunaan Twitter untuk mempromosikan terorisme seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (6/2/2016).
Menurut sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2015 oleh Brookings Institution, sebuah think tank yang berbasis di DC Washington, ISIS memiliki setidaknya 46.000 akun Twitter aktif selama tiga bulan pada tahun 2014.
Twitter mendapat tekanan hebat dari pemerintah AS, LSM, dan indinidu untuk mengekang propaganda ISIS dan kelompok-kelompok ekstrimis lainnya. Bahkan pada bulan lalu, Twitter digugat oleh seorang janda tentara AS yang tewas dalam serangan di pusat pelatihan polisi di Yordania. Penggugat menuduh Twitter memudahkan ISIS mempromosikan aksi kekerasan.
Meski begitu, Twitter menyatakan, pihaknya akan selalu berusaha untuk bersikap seimbang antara penegakan hukum dengan kecakapan pengguna untuk berbagi pandangan mereka secara bebas. Twitter juga mengatakan telah meningkatkan kemampuan tim yang meninjau laporan terkait terorisme sehingga dapat memangkas waktu untuk merespon
Dalam tweetnya, jaringan media sosial yang berbasis di kota pantai Amerika Serikat (AS) ini menyatakan kebijakannya tidak menggizinkan penggunaan Twitter untuk mempromosikan terorisme seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (6/2/2016).
Menurut sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2015 oleh Brookings Institution, sebuah think tank yang berbasis di DC Washington, ISIS memiliki setidaknya 46.000 akun Twitter aktif selama tiga bulan pada tahun 2014.
Twitter mendapat tekanan hebat dari pemerintah AS, LSM, dan indinidu untuk mengekang propaganda ISIS dan kelompok-kelompok ekstrimis lainnya. Bahkan pada bulan lalu, Twitter digugat oleh seorang janda tentara AS yang tewas dalam serangan di pusat pelatihan polisi di Yordania. Penggugat menuduh Twitter memudahkan ISIS mempromosikan aksi kekerasan.
Meski begitu, Twitter menyatakan, pihaknya akan selalu berusaha untuk bersikap seimbang antara penegakan hukum dengan kecakapan pengguna untuk berbagi pandangan mereka secara bebas. Twitter juga mengatakan telah meningkatkan kemampuan tim yang meninjau laporan terkait terorisme sehingga dapat memangkas waktu untuk merespon
(ian)