PBB: Pengaruh Narkoba, Algojo ISIS Berani Penggal Sandera
A
A
A
BAGHDAD - Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) menungkap bahwa para algojo ISIS berani memenggal sandera karena pengaruh narkoba yang dikonsumsi sebelum melakukan eksekusi.
Pengaruh narkoba juga disebut membuat para anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berani melakukan pengeboman bunuh diri.
Dalam laporannya, UNODC menyatakan bahwaamfetamindalam jumlah besar telahmembanjiri Suriah untuk memuaskan”hasratmilitan”. Narkoba telah dimanfaatkan sebagai stimulan agar para militan kelompok radikal di Suriah menjadi berani.
Media Inggris,TheSun,juga melaporkan bahwaamfetaminyang menjadi stimulanfavoritpara“jihadis”adalah Captagon. Obat terlarang itu dibuatpada tahun 1960. Namun, peredaran Captagon mulai dikendalikan pada tahun 1980 dan relatif tidak dikenal di Eropa.
Masood Karimipour, Kepala Operasi UNODC di Timur Tengah,mencatat peredaran Captagon di Suriah yang meningkat tajam. ”Kami telah mengamati peningkatantajampengiriman Captagon dari berbagai perbatasandi negaraSuriah,” katanya, seperti dikutipDaily Mirror, semalam.
Peredaran Captagon bukan hal baru di Timur Tengah. Pada Oktober 2015 lalu, pangeran Kerajaan Arab Saudi, Abdel Mohsen Bin Walid bin Abdulaziz, bersama empat warga Saudi lainnya ditangkap di Bandara Rafik Hariri Beirut, Libanon, karena menyelundupkan dua ton pil Captagon. Narkoba sebanyak itu diselundupkan dengan pesawat pribadi sang pangeran.
Otoritas keamanan Libanon kala itu menyatakan, upaya penyelundupan narkoba sebanyak dua ton itu merupakan yang terbesar dalam sejarah. Pangeran Abdel Mohsen dan empat orang lainnya hingga kini masih ditahan di Libanon dan belum ada kejelasan putusan pengadilan terkait penyelundupan narkoba itu.
Pengaruh narkoba juga disebut membuat para anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berani melakukan pengeboman bunuh diri.
Dalam laporannya, UNODC menyatakan bahwaamfetamindalam jumlah besar telahmembanjiri Suriah untuk memuaskan”hasratmilitan”. Narkoba telah dimanfaatkan sebagai stimulan agar para militan kelompok radikal di Suriah menjadi berani.
Media Inggris,TheSun,juga melaporkan bahwaamfetaminyang menjadi stimulanfavoritpara“jihadis”adalah Captagon. Obat terlarang itu dibuatpada tahun 1960. Namun, peredaran Captagon mulai dikendalikan pada tahun 1980 dan relatif tidak dikenal di Eropa.
Masood Karimipour, Kepala Operasi UNODC di Timur Tengah,mencatat peredaran Captagon di Suriah yang meningkat tajam. ”Kami telah mengamati peningkatantajampengiriman Captagon dari berbagai perbatasandi negaraSuriah,” katanya, seperti dikutipDaily Mirror, semalam.
Peredaran Captagon bukan hal baru di Timur Tengah. Pada Oktober 2015 lalu, pangeran Kerajaan Arab Saudi, Abdel Mohsen Bin Walid bin Abdulaziz, bersama empat warga Saudi lainnya ditangkap di Bandara Rafik Hariri Beirut, Libanon, karena menyelundupkan dua ton pil Captagon. Narkoba sebanyak itu diselundupkan dengan pesawat pribadi sang pangeran.
Otoritas keamanan Libanon kala itu menyatakan, upaya penyelundupan narkoba sebanyak dua ton itu merupakan yang terbesar dalam sejarah. Pangeran Abdel Mohsen dan empat orang lainnya hingga kini masih ditahan di Libanon dan belum ada kejelasan putusan pengadilan terkait penyelundupan narkoba itu.
(mas)