Migran Remaja Tikam Wanita Cantik Swedia hingga Tewas
A
A
A
MOLNDAL - Seorang remaja pencari suaka yang tinggal di pusat pengungsian di Swedia ditangkap atas dugaan membunuh wanita cantik Swedia. Migran berusia 15 tahun asal Libanon itu menikam Alexandra Mezher, 22, yang bekerja sebagai karyawan di fasilitas pengungsian tersebut.
Pembunuhan itu terjadi di wilayah Molndal, pantai barat Swedia. Mezher meninggal di rumah sakit akibat luka tusuk.
Polisi belum merilis rincian apapun tentang tersangka, termasuk asal kebangsaan dan motif pembunuhan itu. Namun, laporan media setempat menyebut tersangka merupakan migran asal Libanon.
”Kami sedang berhadapan dengan lebih dari insiden seperti ini sejak kedatangan banyak pengungsi dari luar negeri,” kata juru bicara polisi setempat, Thomas Fuxborg, seperti dikutip Sputnik, Selasa (26/1/2016).
Swedia telah berjuang melawan ancaman kekerasan seiring dengan masuknya migran dan pencari suaka. Menurut Badan Migrasi Swedia, jumlah ancaman dan insiden kekerasan di fasilitas suaka naik dari 148 insiden pada tahun 2014 menjadi 322 insiden pada tahun lalu.
Komisaris Polisi Nasional, Dan Eliasson, telah meminta 4.100 petugas tambahan dan staf pendukung untuk membantu mengatasi masalah terorisme, melakukan deportasi migran dan untuk patroli di fasilitas suaka.
”Kami dipaksa untuk menanggapi berbagai gangguan di pusat-pusat penerimaan suaka. Di beberapa tempat, kami membutuhkan sumber daya yang signifikan dari petugas polisi,” kata Eliasson.
Serangan pembakaran terhadap tempat penampungan suaka di Swedia telah melonjak. Setidaknya dua lusin pusat penampungan pencari suaka hancur atau rusak akibat kebakaran pada tahun 2015. ”Hal ini jelas bahwa situasi migran adalah ketegangan yang besar. Hal ini telah menjadi jelas bahwa situasi sudah benar-benar tidak berkelanjutan,” kata Direktur Serikat Polisi, Lena Nitz.
Pembunuhan itu terjadi di wilayah Molndal, pantai barat Swedia. Mezher meninggal di rumah sakit akibat luka tusuk.
Polisi belum merilis rincian apapun tentang tersangka, termasuk asal kebangsaan dan motif pembunuhan itu. Namun, laporan media setempat menyebut tersangka merupakan migran asal Libanon.
”Kami sedang berhadapan dengan lebih dari insiden seperti ini sejak kedatangan banyak pengungsi dari luar negeri,” kata juru bicara polisi setempat, Thomas Fuxborg, seperti dikutip Sputnik, Selasa (26/1/2016).
Swedia telah berjuang melawan ancaman kekerasan seiring dengan masuknya migran dan pencari suaka. Menurut Badan Migrasi Swedia, jumlah ancaman dan insiden kekerasan di fasilitas suaka naik dari 148 insiden pada tahun 2014 menjadi 322 insiden pada tahun lalu.
Komisaris Polisi Nasional, Dan Eliasson, telah meminta 4.100 petugas tambahan dan staf pendukung untuk membantu mengatasi masalah terorisme, melakukan deportasi migran dan untuk patroli di fasilitas suaka.
”Kami dipaksa untuk menanggapi berbagai gangguan di pusat-pusat penerimaan suaka. Di beberapa tempat, kami membutuhkan sumber daya yang signifikan dari petugas polisi,” kata Eliasson.
Serangan pembakaran terhadap tempat penampungan suaka di Swedia telah melonjak. Setidaknya dua lusin pusat penampungan pencari suaka hancur atau rusak akibat kebakaran pada tahun 2015. ”Hal ini jelas bahwa situasi migran adalah ketegangan yang besar. Hal ini telah menjadi jelas bahwa situasi sudah benar-benar tidak berkelanjutan,” kata Direktur Serikat Polisi, Lena Nitz.
(mas)