Tersangka Meninggal, Jaksa Hentikan Penyelidikan Pembunuhan PM Swedia

Rabu, 10 Juni 2020 - 15:59 WIB
loading...
Tersangka Meninggal, Jaksa Hentikan Penyelidikan Pembunuhan PM Swedia
Pembunuhan terhadap PM Swedia Olof Palme tetap menjadi misteri setelah tersangka utamanya meninggal. Foto/France24
A A A
STOCKHOLM - Jaksa Swedia menghentikan penyelidikan mereka atas pembunuhan Perdana Menteri (PM) Olof Palme pada tahun 1986. Keputusan itu diambil setelah tersangka utama mereka, seorang warga Swedia yang menentang kebijakan sayap kiri Palme, meninggal.

Jaksa yang memimpin kasus ini, Krister Petersson, mengatakan kasus ini ditutup karena tersangka utama, Stig Engstrom, telah meninggal pada tahun 2000 lalu seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (10/6/2020).

Palme ditembak dari belakang dalam jarak dekat di Stockholm saat tengah berjalan pulang dari bioskop bersama istri dan putranya. Hilangnya pelaku memicu perburuan besar-besaran dan menimbulkan banyak teori konspirasi.

Seorang penjahat kecil kemudian dihukum karena pembunuhan pada Juli 1989 tetapi putusan itu kemudian dibatalkan, membersihkan gelanggang spekulasi selama beberapa dekade tentang keterlibatan pasukan mulai dari dinas keamanan Afrika Selatan ke militer Swedia, separatis Kurdi hingga CIA.

Pembunuhan yang tidak terpecahkan, yang disebut oleh Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven sebagai "luka terbuka", juga meninggalkan bekas luka yang dalam pada negara yang masih memandang dirinya sebagai masyarakat yang terbuka dan damai. Swedia dikatakan "kehilangan kepolosannya" pada hari itu.

Lebih dari 130 orang telah mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dan file-file kasus yang terakumulasi memakan rak lebih dari 250 meter. Lebih dari 10.000 orang telah diperiksa, tetapi tidak ada tersangka resmi.

Petersson mengatakan pada bulan Februari bahwa ia mungkin tidak dapat membawa kasus ini ke tahap penuntutan dan bahwa kasus tersebut dapat ditutup jika tersangka utamanya ditetapkan sudah mati.

Palme adalah perdana menteri Swedia antara 1969 dan 1976 dan antara 1982 dan 1986. Diakui sebagai orator ulung, ia vokal menentang perang Amerika Serikat (AS) di Vietnam, mendukung pemerintah komunis di Kuba dan Nikaragua serta sangat kritis terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan.

Di dalam negeri, ia secara luas dipandang telah meletakkan dasar bagi kesetaraan gender Swedia modern saat ini. Namun ia kerap berselisih dengan para pemimpin bisnis dan militer negara itu, dan dengan lantang menentang kekuatan nuklir.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1237 seconds (0.1#10.140)