Tragedi Metrojet Rusia, Media Mesir Marah pada AS dan Inggris
A
A
A
KAIRO - Media-media Mesir bereaksi marah atas klaim Inggris dan Amerika Serikat (AS) bahwa tragedi jatuhnya pesawat Metrojet Rusia karena bom. AS dan Inggris pun dituding membranding terorisme untuk merusak ekonomi Mesir.
Mata-mata AS dan Inggris mengklaim telah menyadap komunikasi kelompok militan, di mana ada informasi bahwa bahan peledak dimasukkan dalam pesawat Metrojet Rusia saat berada di Bandara Sharm el-Sheikh. Inggris pada Rabu pekan lalu merespons informasi itu dengan melarang semua penerbangan dari dan ke Sharm el-Sheikh, Mesir.
Para pembuat opini di media cetak, online, dan televisi Mesir, mengklaim langkah Inggris itu bukan dimotivasi oleh kekhawatiran keamanan terhadap warganya. Tetapi karena ingin melemahkan Mesir atau mencegah Presiden Abdel Fattah-el-Sissi untuk membuat Mesir terlalu kuat.
Ketika Rusia mengikuti langkah Inggris itu, media-media Mesir menilai bahwa Moskow sudah jadi korban tekanan dan manipulasi Inggris.
Dua koran utama Mesir telah menggembar-gemborkan teori konspirasi Barat dalam kecelakaan pesawat Metrojet Rusia yang menewaskan 224 orang. Tudingan itu muncul setelah Inggris dan AS mengkaim menyadap komunikasi yang menunjukkan bahwa pesawat itu jatuh karena bom ISIS.
”Orang-orang menentang konspirasi. Mesir tidak akan menyerah pada tekanan,” demikian judul berita utama surat kabar Al-Gomhuria, media milik pemerintah Mesir.
”Mesir berdiri untuk ‘terorisme Barat’,' bunyi judul surat kabar, El Watan, media independen Mesir. Sejumlah media Mesir mengaggap sosok Presiden Sisi sebagai penyelamat Mesir sejak Presiden Mohammed Morsi digulingkan tahun 2013 dan disusul protes dan kekerasan dalam waktu yang lama.
Media Mesir Al-Ahram dan surat kabar lainnya menuduh Inggris memaksa warganya yang berlibur di Mesir untuk meninggalkan negara itu. Al-Ahram bahkan menampilkan foto “head to head” antara turis wanita Inggris yang tetap ingin berlibur di Mesir dengan Duta Besar Inggris John Casson yang menginstruksikan warga Inggris pulang.
Mata-mata AS dan Inggris mengklaim telah menyadap komunikasi kelompok militan, di mana ada informasi bahwa bahan peledak dimasukkan dalam pesawat Metrojet Rusia saat berada di Bandara Sharm el-Sheikh. Inggris pada Rabu pekan lalu merespons informasi itu dengan melarang semua penerbangan dari dan ke Sharm el-Sheikh, Mesir.
Para pembuat opini di media cetak, online, dan televisi Mesir, mengklaim langkah Inggris itu bukan dimotivasi oleh kekhawatiran keamanan terhadap warganya. Tetapi karena ingin melemahkan Mesir atau mencegah Presiden Abdel Fattah-el-Sissi untuk membuat Mesir terlalu kuat.
Ketika Rusia mengikuti langkah Inggris itu, media-media Mesir menilai bahwa Moskow sudah jadi korban tekanan dan manipulasi Inggris.
Dua koran utama Mesir telah menggembar-gemborkan teori konspirasi Barat dalam kecelakaan pesawat Metrojet Rusia yang menewaskan 224 orang. Tudingan itu muncul setelah Inggris dan AS mengkaim menyadap komunikasi yang menunjukkan bahwa pesawat itu jatuh karena bom ISIS.
”Orang-orang menentang konspirasi. Mesir tidak akan menyerah pada tekanan,” demikian judul berita utama surat kabar Al-Gomhuria, media milik pemerintah Mesir.
”Mesir berdiri untuk ‘terorisme Barat’,' bunyi judul surat kabar, El Watan, media independen Mesir. Sejumlah media Mesir mengaggap sosok Presiden Sisi sebagai penyelamat Mesir sejak Presiden Mohammed Morsi digulingkan tahun 2013 dan disusul protes dan kekerasan dalam waktu yang lama.
Media Mesir Al-Ahram dan surat kabar lainnya menuduh Inggris memaksa warganya yang berlibur di Mesir untuk meninggalkan negara itu. Al-Ahram bahkan menampilkan foto “head to head” antara turis wanita Inggris yang tetap ingin berlibur di Mesir dengan Duta Besar Inggris John Casson yang menginstruksikan warga Inggris pulang.
(mas)