UPDATE: Pesawat Rusia Hancur di Ketinggian lalu Tersebar
A
A
A
MOSKOW - Pesawat Airbus A321 pembawa 224 orang yang mengalami kecelakaan di Sinai, Mesir sejatinya telah hancur saat pesawat berada di ketinggian. Setelah hancur, puing-puing pesawat tersebar hingga 20 kilometer persegi.
“Kehancuran itu terjadi di ketinggian, dan fragmen tersebar di area yang seluas sekitar 20 kilometer persegi,” kata Viktor Sorochenko, Direktur Komite Aviation Intergovernmental, seperti dikutip Reuters, Senin (2/11/2015).
Namun, dia memperingatkan semua orang untuk hati-hati dalam menganalisa informasi dini ini. ”Masih terlalu dini untuk berbicara tentang kesimpulan,” katanya di stasiun televisi Rusia. (Baca juga: Ini Penyebab Jatuhnya Pesawat Rusia)
Kepala Transportasi Udara Rusia, Alexander Nerdko, juga berpendapat serupa. Yakni pesawat Metrojet dari masakapai Kogalymavia yang mengalami kecelakaan mengerikan pada hari Sabtu pekan lalu itu telah hancur saat berada di ketinggian. Hanya saja, luasan area penyebaran puing berbeda.
“Bidang puing-puing yang tersebar lebih dari 6 mil persegi menunjukkan bahwa pesawat hancur pada ketinggian,” katanya kepada stasiun televisi Rossiya-24.
Data Airbus A321 dan perekam suara kokpit juga telah ditemukan. Menteri Transportasi Rusia Maxim Sokolov mengatakan, bahwa semua data masih akan dipelajari.
Pesawat itu sedianya dalam perjalanan dari Bandara Internasional Sharm El-Sheikh, Mesir menuju St. Petersburg, Rusia. Namun, pesawat hilang dari pantauan radar 23 menit setelah lepas landas.
Sehari setelah tragedi pesawat Rusia, kelompok militan Sinai yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim menembak jatuh pesawat itu dengan roket sebagai balasan atas agresi Rusia di Suriah. Namun, klaim itu dibantah Rusia.
Penasehat keamanan Mesir, Sayed Ghoniem kepada Daily News Egypt mengatakan, bahwa militan di Sinai tidak memiliki teknologi pelacakan radar dan kemampuan rudal anti-pesawat yang dibutuhkan untuk menembak pesawat di ketinggian 30 ribu kaki.
Pejabat penerbangan Mesir lainnya, Ayman al-Muqadem, mengatakan pilot melaporkan ada kesulitan teknis dan berusaha untuk mendarat di bandara terdekat beberapa menit sebelum kecelakaan.
Sebagian besar korban adalah wisatawan Rusia. Sharm El-Sheikh sendiri merupakan tujuan wisata populer, yang terkenal dengan pantai dan scuba diving. Menurut rilis manifest dari Russian Association of Tour Operators, korban termuda dalam tragedi itu adalah bayi berusia 10 bulan bernama Darina Gromova.
“Kehancuran itu terjadi di ketinggian, dan fragmen tersebar di area yang seluas sekitar 20 kilometer persegi,” kata Viktor Sorochenko, Direktur Komite Aviation Intergovernmental, seperti dikutip Reuters, Senin (2/11/2015).
Namun, dia memperingatkan semua orang untuk hati-hati dalam menganalisa informasi dini ini. ”Masih terlalu dini untuk berbicara tentang kesimpulan,” katanya di stasiun televisi Rusia. (Baca juga: Ini Penyebab Jatuhnya Pesawat Rusia)
Kepala Transportasi Udara Rusia, Alexander Nerdko, juga berpendapat serupa. Yakni pesawat Metrojet dari masakapai Kogalymavia yang mengalami kecelakaan mengerikan pada hari Sabtu pekan lalu itu telah hancur saat berada di ketinggian. Hanya saja, luasan area penyebaran puing berbeda.
“Bidang puing-puing yang tersebar lebih dari 6 mil persegi menunjukkan bahwa pesawat hancur pada ketinggian,” katanya kepada stasiun televisi Rossiya-24.
Data Airbus A321 dan perekam suara kokpit juga telah ditemukan. Menteri Transportasi Rusia Maxim Sokolov mengatakan, bahwa semua data masih akan dipelajari.
Pesawat itu sedianya dalam perjalanan dari Bandara Internasional Sharm El-Sheikh, Mesir menuju St. Petersburg, Rusia. Namun, pesawat hilang dari pantauan radar 23 menit setelah lepas landas.
Sehari setelah tragedi pesawat Rusia, kelompok militan Sinai yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim menembak jatuh pesawat itu dengan roket sebagai balasan atas agresi Rusia di Suriah. Namun, klaim itu dibantah Rusia.
Penasehat keamanan Mesir, Sayed Ghoniem kepada Daily News Egypt mengatakan, bahwa militan di Sinai tidak memiliki teknologi pelacakan radar dan kemampuan rudal anti-pesawat yang dibutuhkan untuk menembak pesawat di ketinggian 30 ribu kaki.
Pejabat penerbangan Mesir lainnya, Ayman al-Muqadem, mengatakan pilot melaporkan ada kesulitan teknis dan berusaha untuk mendarat di bandara terdekat beberapa menit sebelum kecelakaan.
Sebagian besar korban adalah wisatawan Rusia. Sharm El-Sheikh sendiri merupakan tujuan wisata populer, yang terkenal dengan pantai dan scuba diving. Menurut rilis manifest dari Russian Association of Tour Operators, korban termuda dalam tragedi itu adalah bayi berusia 10 bulan bernama Darina Gromova.
(mas)