Ibu Militan Al-Shabab asal Inggris Berharap Putranya Dibakar di Neraka
A
A
A
LONDON - Seorang ibu di Inggris mengaku lega mendengar kabar putranya yang jadi militan kelompok Al-Shabab di Kenya sudah tewas. Ibu itu justru berharap putranya dibakar di neraka karena tindakannya dianggap sebagai kejahatan.
Ibu bernama Sally itu menceritakan kemarahannya ketika putranya yang bernama Thomas Evans telah melarikan diri dari Inggris empat tahun silam dan memilih bergabung dengan kelompok radikal Al-Shabab di Kenya.
Sejak bergabung dengan kelompok radikal itu, Evans mengubah namanya menjadi Abdul Hakim. ”Dibakar di neraka atas kejahatannya,” ujar Sally ketika ditanya harapan tentang putranya itu.
Kelompok Al-Shabab pernah membantai lebih dari 70 orang ketika melakukan penyanderaan massal di mal Nairobi tahun 2013.
Evans sejatinya bercita-cita menjadi insinyur listrik untuk layanan marinir Inggris. Tapi, ibunya kaget ketika putranya itu mengubah mimpi menjadi bagian dari kelompok ekstremis yang berbuat kejahatan termasuk pembunuhan.
Evans dilaporkan tewas pada bulan Juni 2015 dalam baku tembak dengan tentara Kenya ketika dia berusaha menyerbu pangkalan militer Kenya. Kematiannya direkam para militan Al-Shabab, di mana dia memeluk militan lain dan berdoa.
Perasaan Sally hancur melihat foto putranya yang tak bernyawa diunggah di Twitter dengan kondisi tubuhnya berlumuran darah. “Membayangkan menemukan kematian anak Anda di Twitter dan hancur dan lega pada saat yang sama,” katanya.
”Hancur karena anak Anda tewas setelah dicuci otaknya untuk mengejar pembunuhan. Tapi lega karena kematian anak Anda berarti bahwa ia tidak bisa lagi menyakiti orang yang tidak bersalah,” kata Sally, seperti dikutip Daily Mail, Senin (12/10/2015).
Ibu bernama Sally itu menceritakan kemarahannya ketika putranya yang bernama Thomas Evans telah melarikan diri dari Inggris empat tahun silam dan memilih bergabung dengan kelompok radikal Al-Shabab di Kenya.
Sejak bergabung dengan kelompok radikal itu, Evans mengubah namanya menjadi Abdul Hakim. ”Dibakar di neraka atas kejahatannya,” ujar Sally ketika ditanya harapan tentang putranya itu.
Kelompok Al-Shabab pernah membantai lebih dari 70 orang ketika melakukan penyanderaan massal di mal Nairobi tahun 2013.
Evans sejatinya bercita-cita menjadi insinyur listrik untuk layanan marinir Inggris. Tapi, ibunya kaget ketika putranya itu mengubah mimpi menjadi bagian dari kelompok ekstremis yang berbuat kejahatan termasuk pembunuhan.
Evans dilaporkan tewas pada bulan Juni 2015 dalam baku tembak dengan tentara Kenya ketika dia berusaha menyerbu pangkalan militer Kenya. Kematiannya direkam para militan Al-Shabab, di mana dia memeluk militan lain dan berdoa.
Perasaan Sally hancur melihat foto putranya yang tak bernyawa diunggah di Twitter dengan kondisi tubuhnya berlumuran darah. “Membayangkan menemukan kematian anak Anda di Twitter dan hancur dan lega pada saat yang sama,” katanya.
”Hancur karena anak Anda tewas setelah dicuci otaknya untuk mengejar pembunuhan. Tapi lega karena kematian anak Anda berarti bahwa ia tidak bisa lagi menyakiti orang yang tidak bersalah,” kata Sally, seperti dikutip Daily Mail, Senin (12/10/2015).
(mas)