ISIS Tembak Mati Seorang Tukang Roti
A
A
A
TRIPOLI - Aksi sadis kembali dilakukan ISIS. Kelompok ektrimis itu mengeksekusi seorang tukang roti yang dituding sebagai mata-mata pemerintah Libya. Aksi eksekusi itu diabadikan dalam rekaman video yang kemudian dipublikasikan di dunia maya.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (16/9/2015), dalam rekaman video itu, terlihat anggota ISIS yang mengenakan topeng tengah menginterogasi seorang pria berusia 39 tahun. Sang interogator kemudian menyeret pria malang itu keluar ruangan dan membawanya ke jalan untuk kemudian menembaknya di bagian belakang kepala.
Belum diketahui identitas pria malang itu. Namun ISIS mengatakan, ia berasal dari Tunisia dan berprofesi sebagai tukang roti di kota Benghazi. ISIS menudingnya sebagai mata-mata dan secara diam-diam melapor ke tentara yang setia kepada Pemerintah Libya.
Informasi itu kemudian digunakan tentara Libya untuk melancarkan serangan terhadap sejumlah tempat yang sudah ditargetkan. Pasca runtuhnya rezim Moamar Khadafi, Libya saat ini memiliki dua pemerintah yang saling bersaing.
Selain itu, beberapa kelompok bersenjata berlomba-lomba untuk menguasai negara dan kekayaan minyak yang ada di negara itu. Kondisi ini dimanfaatkan oleh ISIS untuk membangun eksistensi mereka di tengah gejolak yang melanda Libya.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (16/9/2015), dalam rekaman video itu, terlihat anggota ISIS yang mengenakan topeng tengah menginterogasi seorang pria berusia 39 tahun. Sang interogator kemudian menyeret pria malang itu keluar ruangan dan membawanya ke jalan untuk kemudian menembaknya di bagian belakang kepala.
Belum diketahui identitas pria malang itu. Namun ISIS mengatakan, ia berasal dari Tunisia dan berprofesi sebagai tukang roti di kota Benghazi. ISIS menudingnya sebagai mata-mata dan secara diam-diam melapor ke tentara yang setia kepada Pemerintah Libya.
Informasi itu kemudian digunakan tentara Libya untuk melancarkan serangan terhadap sejumlah tempat yang sudah ditargetkan. Pasca runtuhnya rezim Moamar Khadafi, Libya saat ini memiliki dua pemerintah yang saling bersaing.
Selain itu, beberapa kelompok bersenjata berlomba-lomba untuk menguasai negara dan kekayaan minyak yang ada di negara itu. Kondisi ini dimanfaatkan oleh ISIS untuk membangun eksistensi mereka di tengah gejolak yang melanda Libya.
(esn)