Suriah Tuding Barat Buat Laporan Palsu
A
A
A
AMMAN - Menteri Informasi Suriah, Omran al-Zoubi, membantah laporan yang menyatakan pasukan Rusia berada di negara itu. Menurutnya, tidak ada pasukan Rusia yang ikut bertempur bersama tentara Suriah dalam melawan kelompok pemberontak dan terutama kelompok ISIS.
Menurut Zoubi, laporan itu buatan kalangan intelijen barat untuk menunjukkan tentara Suriah lemah tanpa bantuan dari sekutunya. Laporan itu juga sebagai dalih untuk mendapat bantuan bagi kelompok pemberontak dari negara-negara yang menginginkan Presiden Bashar al-Assad digulingkan.
"Tidak ada pasukan Rusia dan tidak ada aksi militer Rusia di wilayah Suriah. Tidak di darat, laut, atau udara," tegas Zaoubi saat diwawancara stasiun televisi Hizbullah, seperti disutat dari Reuters, Selasa (8/9/2015).
"Semua ini adalah untuk menyindir negara Suriah dan militer Suriah telah lemah, sehingga mengharapkan bantuan dari para sekutunya secara langsung," tambahnya.
Seperti diketahui, muncul laporan yang menyatakan Rusia mengirimkan bantuan militer ke Suriah. Laporan ini langsung menuai reaksi dari Amerika Serikat (AS). Negara adi daya itu menyatakan, bantuan Rusia itu akan mengakibatkan konfrontasi dengan koalisi internasional pimpinannya. Namun, Presiden Vladimir Putin menyatakan, bahwa bantuan militer negaranya ditujukan untuk membantu Suriah memerangi ISIS.
Sejumlah negara memang telah terlibat secara langsung dalam krisis di Suriah. Iran dan Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad, sedangkan kelompok pemberontak yang berusaha menggunlingkan Assad dari kursi presiden mendapat dukungan dari AS dan sekutunya.
Keadaan inilah yang dinilai Zoubi semakin mempersulit negaranya dalam menyelesaikan krisis. "Ini adalah situasi yang paling sulit dalam perang, karena banyak negara dan intervensi intelijen dengan dana besar dan banyaknya teroris asing," kata Zoubi.
Menurut Zoubi, laporan itu buatan kalangan intelijen barat untuk menunjukkan tentara Suriah lemah tanpa bantuan dari sekutunya. Laporan itu juga sebagai dalih untuk mendapat bantuan bagi kelompok pemberontak dari negara-negara yang menginginkan Presiden Bashar al-Assad digulingkan.
"Tidak ada pasukan Rusia dan tidak ada aksi militer Rusia di wilayah Suriah. Tidak di darat, laut, atau udara," tegas Zaoubi saat diwawancara stasiun televisi Hizbullah, seperti disutat dari Reuters, Selasa (8/9/2015).
"Semua ini adalah untuk menyindir negara Suriah dan militer Suriah telah lemah, sehingga mengharapkan bantuan dari para sekutunya secara langsung," tambahnya.
Seperti diketahui, muncul laporan yang menyatakan Rusia mengirimkan bantuan militer ke Suriah. Laporan ini langsung menuai reaksi dari Amerika Serikat (AS). Negara adi daya itu menyatakan, bantuan Rusia itu akan mengakibatkan konfrontasi dengan koalisi internasional pimpinannya. Namun, Presiden Vladimir Putin menyatakan, bahwa bantuan militer negaranya ditujukan untuk membantu Suriah memerangi ISIS.
Sejumlah negara memang telah terlibat secara langsung dalam krisis di Suriah. Iran dan Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad, sedangkan kelompok pemberontak yang berusaha menggunlingkan Assad dari kursi presiden mendapat dukungan dari AS dan sekutunya.
Keadaan inilah yang dinilai Zoubi semakin mempersulit negaranya dalam menyelesaikan krisis. "Ini adalah situasi yang paling sulit dalam perang, karena banyak negara dan intervensi intelijen dengan dana besar dan banyaknya teroris asing," kata Zoubi.
(esn)