Soal Assad, Oposisi Suriah Pertanyakan Komitmen Rusia
A
A
A
MOSKOW - Pemimpin oposisi Suriah menilai, Rusia tidak benar-benar 'menjaga' Presiden Bashar al-Assad. Hal itu diungkapkan setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, di Moskow.
"Rusia tidak benar-benar bisa mengkontrol Assad dan hanya fokus kepada menjaga keutuhan wilayah Suriah," ujar Presiden Koalisi Nasional Suriah, Khaled Khoja, seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (14/8/2015).
Namun, Khoja tidak menjelaskan lebih lanjut terkait pernyataannya tersebut, apakah mengisyaratkan pergeseran sikap Rusia atau hanya cerminan upaya Moskow untuk menggalang dukungan oposisi Suriah sebagai tekanan untuk membantu memediasi konflik.
Sebelumnya, kelompok oposisi utama Suriah bersikeras menyatakan Assad harus pergi dan menolak untuk bergabung melawan militan ISIS saat bertemu dengan Lavrov. Khoja mengadakan pertemuan dengan Lavrov sebagai bagian untuk mendorong negara itu ikut mencari jalan keluar dari perang sipil yang telah terjadi selama 4 tahun dan telah menelan 240 ribu korban jiwa.
Moskow, sebagai salah satu pendukung Assad, mendorong terbentuknya koalisi yang lebih luas ketimbang koalisi yang dipimpin oleh AS dalam melawan ISIS dengan menyertakan pemerintah Suriah dan sekutunya.
Tapi, Khoja menolak hal tersebut dan menegaskan tuntutan dari kaum oposisi yang menghendaki Assad untuk meninggalkan jabatannya sebelum pemerintahan transisi terbentuk.
Pada awal pertemuan, Lavrov mengatakan, Rusia sedang membangun kerjasama regional dan internasional untuk menemukan solusi politik untuk krisis Suriah dan berupaya menghentikan negara itu menjadi sarang teroris.
"Hal utama sekarang adalah bahwa kepentingan-kepentingan ini diterjemahkan ke dalam langkah-langkah koordinasi yang praktis," kata Lavrov.
"Rusia tidak benar-benar bisa mengkontrol Assad dan hanya fokus kepada menjaga keutuhan wilayah Suriah," ujar Presiden Koalisi Nasional Suriah, Khaled Khoja, seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (14/8/2015).
Namun, Khoja tidak menjelaskan lebih lanjut terkait pernyataannya tersebut, apakah mengisyaratkan pergeseran sikap Rusia atau hanya cerminan upaya Moskow untuk menggalang dukungan oposisi Suriah sebagai tekanan untuk membantu memediasi konflik.
Sebelumnya, kelompok oposisi utama Suriah bersikeras menyatakan Assad harus pergi dan menolak untuk bergabung melawan militan ISIS saat bertemu dengan Lavrov. Khoja mengadakan pertemuan dengan Lavrov sebagai bagian untuk mendorong negara itu ikut mencari jalan keluar dari perang sipil yang telah terjadi selama 4 tahun dan telah menelan 240 ribu korban jiwa.
Moskow, sebagai salah satu pendukung Assad, mendorong terbentuknya koalisi yang lebih luas ketimbang koalisi yang dipimpin oleh AS dalam melawan ISIS dengan menyertakan pemerintah Suriah dan sekutunya.
Tapi, Khoja menolak hal tersebut dan menegaskan tuntutan dari kaum oposisi yang menghendaki Assad untuk meninggalkan jabatannya sebelum pemerintahan transisi terbentuk.
Pada awal pertemuan, Lavrov mengatakan, Rusia sedang membangun kerjasama regional dan internasional untuk menemukan solusi politik untuk krisis Suriah dan berupaya menghentikan negara itu menjadi sarang teroris.
"Hal utama sekarang adalah bahwa kepentingan-kepentingan ini diterjemahkan ke dalam langkah-langkah koordinasi yang praktis," kata Lavrov.
(esn)