Tujuh Tahun Perang Georgia-Rusia
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Georgia dan perwakilan mereka di seluruh dunia, termasuk di Indonesia baru saja memperingati tujuh tahun meletusnya perang antara Georgia dan Rusia, atau yang dikenal dengan Perang Ossetia. Perang itu pecah pada 7 Agustus 2008 dan berakhir lima hari kemudian.
Menurut Duta Besar Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze pada Jumat (14/8/2015), perang lima hari tersebut menelan setidaknya 400 korban jiwa. Namun, walaupun sudah berlangsung selama tujuh tahun, saat ini seperempat wilayah Georgia, menurut Aleksidze, masih di bawah pendudukan Rusia.
Sejatinya, perang tersebut pada awalnya bukanlan konfrontasi langsung antara Georgia dan Rusia, melainkan dengan pemberontak dengan Ossetia. Namun, karena para pemberontak adalah warga Georgia yang berbahasa Rusia, Negeri Beruang Merah itu akhirnya terlibat dalam pertempuran tersebut.
Menurut pemerintah Rusia kala itu, keterlibatan mereka dalam perang tersebut karena mereka ingin melindungi warga Ossetia Selatan, yang kala itu masih banyak yang memilik kewarganegaraan Rusia.
Walaupun sudah berdamai, hubungan kedua negara sendiri saat ini masih jauh dari kata pulih. Kembali lagi, hal ini dikarenakan masih ada wilayah Georgia yang berada di bawah kendali pemberontak, yang mendapat dukungan Rusia.
Menurut Duta Besar Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze pada Jumat (14/8/2015), perang lima hari tersebut menelan setidaknya 400 korban jiwa. Namun, walaupun sudah berlangsung selama tujuh tahun, saat ini seperempat wilayah Georgia, menurut Aleksidze, masih di bawah pendudukan Rusia.
Sejatinya, perang tersebut pada awalnya bukanlan konfrontasi langsung antara Georgia dan Rusia, melainkan dengan pemberontak dengan Ossetia. Namun, karena para pemberontak adalah warga Georgia yang berbahasa Rusia, Negeri Beruang Merah itu akhirnya terlibat dalam pertempuran tersebut.
Menurut pemerintah Rusia kala itu, keterlibatan mereka dalam perang tersebut karena mereka ingin melindungi warga Ossetia Selatan, yang kala itu masih banyak yang memilik kewarganegaraan Rusia.
Walaupun sudah berdamai, hubungan kedua negara sendiri saat ini masih jauh dari kata pulih. Kembali lagi, hal ini dikarenakan masih ada wilayah Georgia yang berada di bawah kendali pemberontak, yang mendapat dukungan Rusia.
(esn)