Sengketa Laut China Setalan, China Kritik Balik AS
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China pada Senin (10/8/2015) mengkritik balik Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya tidak terima dengan pambatasan navigasi di kawasan sengketa tersebut yang diberlakukan Beijing.
Dalam kritik baliknya, China menegaskan bahwa kebebasan bernavigasi bukan berarti kapal-kapal perang dan pesawat jet tempura sing bebas melanggar kedaulatan negara lain.
Kawasan Laut China Selatan sebagian besar diklaim oleh China. Namun, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga sama-sama mengklaim kawasan yang kaya gas dan sumber uang dari lalu lintas kapal dunia itu.
Kritik balik yang disampaikan Kementerian Luar Negeri China itu sebagai respons atas kritik Menteri Luar Negeri AS, John Kery, yang menuduh Beijing membatasi gerak navigasi negara lain di Laut China Selatan. AS meyakini, kawasan maritim itu masih merupakan kawasan internasional.
Dalam forum ASEAN di Kuala Lumpur pekan lalu, John Kerry juga menyoroti reklamasi di Laut China Selatan yang digunakan untuk tujuan militer. Tindakan itu dianggap memicu ketegangan.
AS dan China pernah terlibat ketegangan di Laut China Selatan setelah Angkatan Laut China mengusir pesawat mata-mata tercanggih AS, Poseidon P-8 pada bulan Mei 2015. China kala itu menuding pesawat mata-mata AS melakukan tindakan berbahaya, yakni memata-matai kegiatan reklamasi dan aktivitas Angkatan Laut China.
“Kegiatan reklamasi yang sedang berlangsung di Kepulauan Spratly, yang mencakup fasilitas sipil untuk kepentingan publik, termasuk pembangunan rumah sakit, lembaga penelitian kelautan, mercusuar dan fasilitas untuk misi pencarian dan penyelamatan,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip Reuters.
Dalam kritik baliknya, China menegaskan bahwa kebebasan bernavigasi bukan berarti kapal-kapal perang dan pesawat jet tempura sing bebas melanggar kedaulatan negara lain.
Kawasan Laut China Selatan sebagian besar diklaim oleh China. Namun, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga sama-sama mengklaim kawasan yang kaya gas dan sumber uang dari lalu lintas kapal dunia itu.
Kritik balik yang disampaikan Kementerian Luar Negeri China itu sebagai respons atas kritik Menteri Luar Negeri AS, John Kery, yang menuduh Beijing membatasi gerak navigasi negara lain di Laut China Selatan. AS meyakini, kawasan maritim itu masih merupakan kawasan internasional.
Dalam forum ASEAN di Kuala Lumpur pekan lalu, John Kerry juga menyoroti reklamasi di Laut China Selatan yang digunakan untuk tujuan militer. Tindakan itu dianggap memicu ketegangan.
AS dan China pernah terlibat ketegangan di Laut China Selatan setelah Angkatan Laut China mengusir pesawat mata-mata tercanggih AS, Poseidon P-8 pada bulan Mei 2015. China kala itu menuding pesawat mata-mata AS melakukan tindakan berbahaya, yakni memata-matai kegiatan reklamasi dan aktivitas Angkatan Laut China.
“Kegiatan reklamasi yang sedang berlangsung di Kepulauan Spratly, yang mencakup fasilitas sipil untuk kepentingan publik, termasuk pembangunan rumah sakit, lembaga penelitian kelautan, mercusuar dan fasilitas untuk misi pencarian dan penyelamatan,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip Reuters.
(mas)