Rusia Pertimbangkan Pulihkan Pangkalan Militernya di Vietnam dan Kuba
A
A
A
MOSKOW - Rusia diberitakan tengah mempertimbangkan rencana untuk melanjutkan kehadirannya di Vietnam dan Kuba. Moskow sebelumnya memiliki pangkalan militer di kedua negara itu.
"Kita berurusan dengan permasalahan ini," kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Nikolai Pankov di majelis rendah parlemen Rusia, Duma seperti dikutip Reuters dari kantor berita Rusia, Jumat (7/10/2016).
Pankov mengatakan Kementerian Pertahanan saat ini sedang berpikir ulang tentang keputusan terakhir terkait penutupan pangkalan ini. Namun, Pankov enggan memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Rusia menurunkan benderanya di pangkalan intelijen Lourdess di Kuba dan pangkalan angkatan laur Cam Rahn di Vietnam pada awal tahun 2000 sebagai bagian dari gambaran suram kehadiran militer Rusia di seluruh dunia setelah runtuhnya Uni Soviet.
Namun sejak saat itu, kebijakan luar negeri Moskow telah berubah menjadi lebih tegas yang bersebrangan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah isu seperti konflik di Ukraina dan Suriah, serta kehadiran pasukan NATO di Eropa Timur.
"Kita berurusan dengan permasalahan ini," kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Nikolai Pankov di majelis rendah parlemen Rusia, Duma seperti dikutip Reuters dari kantor berita Rusia, Jumat (7/10/2016).
Pankov mengatakan Kementerian Pertahanan saat ini sedang berpikir ulang tentang keputusan terakhir terkait penutupan pangkalan ini. Namun, Pankov enggan memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Rusia menurunkan benderanya di pangkalan intelijen Lourdess di Kuba dan pangkalan angkatan laur Cam Rahn di Vietnam pada awal tahun 2000 sebagai bagian dari gambaran suram kehadiran militer Rusia di seluruh dunia setelah runtuhnya Uni Soviet.
Namun sejak saat itu, kebijakan luar negeri Moskow telah berubah menjadi lebih tegas yang bersebrangan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah isu seperti konflik di Ukraina dan Suriah, serta kehadiran pasukan NATO di Eropa Timur.
(ian)