Perang Lawan ISIS Bikin Perusahaan Senjata AS Kaya Raya
A
A
A
NEW YORK - Sejumlah perusahaan senjata di Amerika Serikat (AS) untung besar dan jadi kaya raya sejak Pemerintah AS meluncurkan perang terhadap ISIS di Timur Tengah. Beberapa perusahaan senjata itu menerima kontrak besar untuk penjualan senjata.
Pemerintah AS telah meluncurkan perang melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah Irak dan Suriah selama setahun terakhir. Namun, sejauh ini kelompok radikal itu belum bisa dikalahkan sepenuhnya.
Lockheed Martin, salah satu kontraktor pertahanan di AS tercatat telah menerima pesanan untuk memasok ribuan lebih rudal Hellfire. Perusahaan senjata lainnya, AM General, juga sibuk memasok Irak dengan 160 kendaraan tempur Humvee buatan AS. Sedangkan perusahaan General Dynamics telah meraup jutaan dolar AS dari hasil penjualan amunisi tank.
Sementara itu, SOS International (Sosi), sebuah bisnis keluarga dengan kantor pusat yang berlokasi di New York, adalah salah satu “pemain” terbesar di tanah Irak dalam bisnis penjualan senjata. Perusahaan itu, seperti dikutip The Daily Beast, Senin (3/8/2015) paling banyak mempekerjakan warga AS di Irak setelah kantor Kedutaan Besar AS di Irak.
Dalam struktur perusahaan itu tertulis mantan Wakil Menteri Pertahanan AS, Paul Wolfowitz sebagai penasihat perusahaan. Dialah yang selama ini menjadi salah satu arsitek dari invasi Irak. Selain Wolfowitz, ada juga Paul Butler, mantan asisten khusus Kepala Pentagon saat itu, Donald Rumsfeld.
Perusahaan yang bekerja di bawah mandat"Sosi” tertulis di situsnya bahwa kontrak penjualan senjata di Irak pada tahun 2015 memiliki nilai lebih dari US$ 400 juta (dolar AS).
Setahun setelah serangan udara AS terhadap basis-basis ISIS di Irak, ada 3.500 tentara AS yang ditempatkan di negara yang pernah dipimpin Saddam Hussein tersebut. Data lain yang bersumber dari militer AS menyebut ada 6.300 kontraktor yang bekerja di Irak saat ini, yang mendukung operasi AS.
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS juga mempekerjakan banyak tenaga jasa dan kontraktor keamanan untuk bekerja di fasilitas mereka di Irak.
Frank Helmick, pensiunan letnan jenderal yang pernah bertugas di Irak tahun 2003 dan 2011 kini juga menjadi wakil presiden untuk Misi Solusi di Sosi. ”Posisi ini sangat penting. Mereka tidak hanya penerjemah,” ujarnya mengacu pada peran kontraktor pertahanan AS yang bekerja di Irak. ”Mereka menyarankan pada tingkat mana keputusan dibuat.”
Pemerintah AS telah meluncurkan perang melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah Irak dan Suriah selama setahun terakhir. Namun, sejauh ini kelompok radikal itu belum bisa dikalahkan sepenuhnya.
Lockheed Martin, salah satu kontraktor pertahanan di AS tercatat telah menerima pesanan untuk memasok ribuan lebih rudal Hellfire. Perusahaan senjata lainnya, AM General, juga sibuk memasok Irak dengan 160 kendaraan tempur Humvee buatan AS. Sedangkan perusahaan General Dynamics telah meraup jutaan dolar AS dari hasil penjualan amunisi tank.
Sementara itu, SOS International (Sosi), sebuah bisnis keluarga dengan kantor pusat yang berlokasi di New York, adalah salah satu “pemain” terbesar di tanah Irak dalam bisnis penjualan senjata. Perusahaan itu, seperti dikutip The Daily Beast, Senin (3/8/2015) paling banyak mempekerjakan warga AS di Irak setelah kantor Kedutaan Besar AS di Irak.
Dalam struktur perusahaan itu tertulis mantan Wakil Menteri Pertahanan AS, Paul Wolfowitz sebagai penasihat perusahaan. Dialah yang selama ini menjadi salah satu arsitek dari invasi Irak. Selain Wolfowitz, ada juga Paul Butler, mantan asisten khusus Kepala Pentagon saat itu, Donald Rumsfeld.
Perusahaan yang bekerja di bawah mandat"Sosi” tertulis di situsnya bahwa kontrak penjualan senjata di Irak pada tahun 2015 memiliki nilai lebih dari US$ 400 juta (dolar AS).
Setahun setelah serangan udara AS terhadap basis-basis ISIS di Irak, ada 3.500 tentara AS yang ditempatkan di negara yang pernah dipimpin Saddam Hussein tersebut. Data lain yang bersumber dari militer AS menyebut ada 6.300 kontraktor yang bekerja di Irak saat ini, yang mendukung operasi AS.
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS juga mempekerjakan banyak tenaga jasa dan kontraktor keamanan untuk bekerja di fasilitas mereka di Irak.
Frank Helmick, pensiunan letnan jenderal yang pernah bertugas di Irak tahun 2003 dan 2011 kini juga menjadi wakil presiden untuk Misi Solusi di Sosi. ”Posisi ini sangat penting. Mereka tidak hanya penerjemah,” ujarnya mengacu pada peran kontraktor pertahanan AS yang bekerja di Irak. ”Mereka menyarankan pada tingkat mana keputusan dibuat.”
(mas)