Kisah Ameera, Eks Putri Kerajaan Arab Saudi: Tak Mau Berjilbab, Ingin Ubah Dunia Muslimah

Rabu, 18 Januari 2023 - 01:15 WIB
loading...
Kisah Ameera, Eks Putri Kerajaan Arab Saudi: Tak Mau Berjilbab, Ingin Ubah Dunia Muslimah
Ameera binti Aidan bin Nayef al-Taweel al-Otaibi, mantan putri Kerajaan Arab Saudi yang bertekad mengubah nasib perempuan di dunia Muslim. Foto/House of Saud
A A A
RIYADH - Ameera binti Aidan bin Nayef al-Taweel al-Otaibi, nama perempuan terkenal Kerajaan Arab Saudi ini. Dianggap perempuan tercantik di dunia Timur, dia jadi kerap sorotan media Barat karena tekadnya untuk mengubah dunia muslimah, khususnya di negaranya.

Lahir di Riyadh pada 6 November 1983, Ameera adalah mantan putri Kerajaan Arab Saudi.Diamulai dikenal karena pernikahannya dengan Pangeran Al Waleed bin Talal al-Saud, keponakan dari almarhum Raja Abdulaziz.

Perempuan cantik ini dikenal sebagai seorang dermawan sekaligus pejuang hak-hak perempuan Arab. Dia berperan sebagai Wakil Presiden Yayasan Al-Waleed bin Talal dan mengadvokasi hak-hak perempuan di Arab Saudi.

Ameera belajar administrasi bisnis di University of New Haven di Amerika Serikat (AS), tetapi dengan semangat menulis dan menggeluti jurnalisme, dia mulai bekerja di koran kampusnya. Dia mewawancarai Pangeran Al Waleed, 28 tahun lebih tua darinya, seorang pria gagah, cerdas, dan miliarder yang langsung jatuh cinta padanya.



Ayahnya adalah Aidan bin Nayef al-Taweel al-Otaibi. Dia dibesarkan oleh ibu dan kakek-neneknya yang telah bercerai di Riyadh.

Pada usia 18 tahun, dia bertemu Pangeran Al Waleed bin Talal. Mereka akhirnya menikah pada 2008 dan kemudian bercerai pada November 2013.

Sejak perceraiannya dengan Pangeran Al Waleed, Ameera bukan lagi seorang putri kerajaan, juga bukan bagian dari rumah tangga Kerajaan Arab Saudi.

Perempuan ini tidak puas dengan gelar putri kerajaan. Dia sedang dalam misi: untuk mengubah status perempuan di dunia Muslim. Dia dan suaminya—sebelum bercerai—mendirikan Yayasan Al Waleed, sebuah organisasi nirlaba internasional yang didedikasikan untuk pengentasan kemiskinan, bantuan bencana, dan hak-hak perempuan.

Tidak Mau Berjilbab

Ameera tidak mau memakai jilbab Islami, juga tidak ingin memakai mantel yang menutupi dirinya sepenuhnya. Sebaliknya, dia menunjukkan wajahnya setiap kali tampil di depan umum. Jelas, anggota keluarga kerajaan Arab Saudi yang konservatif tidak menyukai tindakan perempuan ini.

Dia, saat bertatus putri kerajaan, pernah diperingatkan bahwa dia bisa dihukum jika dia tidak mengenakan jilbab Islami. Namun Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman sekarang berubah, di mana jilbab tidak lagi jadi busana wajib.
Kisah Ameera, Eks Putri Kerajaan Arab Saudi: Tak Mau Berjilbab, Ingin Ubah Dunia Muslimah

Foto/REUTERS

Setelah tidak lagi menyandang gelar putri Kerajaan Arab Saudi, Ameera melanjutkan hidupnya dengan menikahi miliarder Uni Emirat Arab, Khalifa bin Butti al-Muhairi, pada September 2018 di Paris. Mereka memiliki seorang putra bersama, Zayed, lahir pada tahun 2019.

Selain menjabat wakil presiden dan sekretaris jenderal Yayasan Al-Waleed bin Talal, Ameera saat ini adalah pendiri dan CEO TimeAgency, serta anggota dewan Silatech, inisiatif sosial Qatar yang bekerja untuk menciptakan lapangan kerja dan memperluas peluang ekonomi bagi kaum muda di seluruh dunia Arab.

Pendekatannya terhadap reformasi adalah salah satu dari “evolusi, bukan revolusi”. Dalam sebuah pidato, yang dikutip laman Royals Blue, dia pernah berkata:

“Orang-orang mengambil suara mereka ke jalan-jalan ketika mereka tidak didengar oleh pemerintah mereka. Jika ingin stabilitas di daerah, kita harus membangun lembaga-lembaga masyarakat sipil agar masyarakat dapat menyalurkan kebutuhan mereka melalui lembaga ini. Jika kita ingin kemakmuran di daerah, kita harus berinvestasi pada kaum muda dengan mendorong usaha.”

Ameera juga aktif sebagai presiden dan salah satu pendiri Tasamy Initiatives Youth Volunteer Center. Dia telah berbicara secara terbuka di Amerika Serikat di NBC's Today, CNN International dan NPR, serta di TIME dan Foreign Policy Magazine, untuk mendukung hak-hak perempuan di Arab Saudi dan isu yang lebih luas tentang kemampuan keseluruhan perempuan untuk berkontribusi penuh dalam masyarakat Saudi.

Dia juga pernah menjadi pembicara di Clinton Global Initiative pada tahun 2011,juga pernah telah tampil di Newsweek, The Daily Beast dan The Huffington Post.

Berkat usahanya, pada Juni 2018, perempuan di Kerajaan Arab Saudi akhirnya mendapatkan hak untuk mengemudikan kendaraan secara legal. Kendati demikian, kebebasan perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan dikreditkan sebagai prestasi Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1108 seconds (0.1#10.140)