Jihadis Perang Suriah Rustam Azhiev Muncul di Ukraina Melawan Rusia

Rabu, 11 Januari 2023 - 15:07 WIB
loading...
Jihadis Perang Suriah Rustam Azhiev Muncul di Ukraina Melawan Rusia
Rustam Azhiev, seorang jihadis yang terlibat perang Suriah melawan pasukan Presiden Bashar al-Assad, sekarang muncul di Ukraina. Dia membela pasukan Kiev melawan invasi pasukan Rusia. Foto/Direktorat Intelijen Ukraina
A A A
KIEV - Rustam Azhiev, seorang jihadis yang terlibat perang Suriah melawan pasukan Presiden Bashar al-Assad, sekarang muncul di Ukraina . Dia membela pasukan Kiev melawan invasi pasukan Rusia .

Direktorat Intelijen Ukraina menunjukkan video jihadis tersebut saat menembakkan senjata anti-lapis baja di kota Bakhmut, Donbas, pada hari Sabtu lalu.

Rustam Azhiev, lebih dikenal dengan nama panggilannya Abdul Hakim al-Shishani, berasal dari Chechnya—wilayah otonomi Rusia. Dia pernah memimpin organisasi jihadis Perang Sipil Chechnya.

Peneliti senjata Calibre Obscura, seperti dikutip Jerusalem Post, Rabu (11/1/2023), mengidentifikasi senjata yang digunakan Azhiev dalam perang Ukraina sebagai senjata anti-lapis baja AT-4.



Menjadi pemimpin unit milisi Chechnya di dalam Legiun Asing Ukraina—Batalyon Tujuan Khusus Kementerian Pertahanan Republik Chechnya Ichkeria—Azhiev adalah emir Islam Ajnad al-Kavkaz.

Ajnad al-Kavkaz adalah kelompok yang bertempur selama Perang Saudara Suriah dan terdiri dari milisi Chechnya yang berada di pengasingan setelah datang ke Turki untuk perawatan medis atau perlindungan sementara setelah Perang Chechnya Kedua.

Di Suriah, Ajnad al-Kavkaz berperang melawan pasukan rezim Presiden Suriah Bashar Assad. Menurut The Intercept, pada saat itu Ajnad al-Kavkaz bersekutu dengan Jabhat al-Nusra dan kelompok terkait al-Qaeda lainnya.

Namun, Azhiev menolak label terorisme yang diterapkan pada kelompoknya, mengatakan kepada The Intercept dalam wawancara tahun 2016 bahwa kebijakan Ajnad al-Kavkaz tidak menargetkan wanita, anak-anak, atau orang tua.

Menurut peneliti Joanna Paraszczuk asal Chechnya di Suriah, Ajnad al-Kavkaz telah mengeluarkan pernyataan menentang ISIS dan menentang penargetan warga sipil.

Azhiev mengatakan kepada The Intercept bahwa dia adalah seorang jihadis, dan tujuan organisasi tersebut adalah untuk membebaskan tanah airnya di Chechnya.

Perang Suriah menawarkan kesempatan baginya untuk berperang melawan Rusia, sekutu Assad yang mempertahankan kehadiran militer yang besar di negara Arab tersebut.

Rusia memiliki pangkalan udara di Latakia dan fasilitas Angkatan Laut di Tartus.

Angkatan udara Rusia telah menerbangkan patroli di langit Suriah, mengharuskan Israel untuk menavigasi hubungan diplomatik yang tidak nyaman dengan Kremlin untuk melakukan serangan udara terhadap infrastruktur Iran di dalam negara tersebut.

Hal ini pada gilirannya telah menciptakan tindakan penyeimbangan bagi Israel dalam hubungannya dengan Ukraina selama perang yang sedang berlangsung saat ini.

Analis Neil Hauer, yang melaporkan pada bulan Maret bahwa Azhiev mungkin melakukan perjalanan ke Ukraina, menulis untuk Atlantic Council pada tahun 2018 bahwa aktivitas kelompok Kaukasus Utara di Suriah telah menjadi tidak aktif dan moral di antara para milisi rendah.

Sekarang, sebagai bagian dari Legiun Asing Ukraina, Azhiev pada 15 Oktober dipromosikan menjadi kolonel angkatan bersenjata di pengasingan Republik Chechnya Ichkeria. Itu menurut intelijen Ukraina.

Pada 2016, Azhiev memberi tahu The Intercept bahwa pada akhirnya akan ada perang global dengan Rusia yang akan memberinya kesempatan untuk membebaskan tanah airnya.

Milisi Chechnya juga aktif di pihak Rusia dalam perang di Ukraina. Sejak invasi ke Ukraina pada 24 Februari, tentara Chechnya yang setia kepada sekutu Putin dan kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov aktif di medan perang Ukraina.

Kadyrov pernah mengkritik manajemen perang Rusia, mendorong pendekatan yang lebih agresif di Ukraina.

Kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, juga dilaporkan oleh intelijen Ukraina merekrut para pembangkang politik Chechnya dari penjara untuk berperang dengan imbalan pengampunan. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengutuk praktik tersebut sebagai "taktik biadab".
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1048 seconds (0.1#10.140)