Rusia Siapkan Gelombang Serangan Baru, Bakal Mobilisasi 500 Ribu Wamil
loading...
A
A
A
KIEV - Rusia akan memobilisasi hingga 500 ribu wajib militer (wamil) untuk sejumlah serangan dalam beberapa bulan mendatang. Peringatan itu dilontarkan kepala pertahanan Ukraina .
Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, Vadym Skibitsky mengatakan, rekrutan itu akan mengambil bagian dalam serangan selama musim semi dan musim panas di timur dan selatan negara itu.
Saat ini, pejabat Ukraina telah melaporkan bahwa ada 280.000 pasukan darat Rusia yang dikerahkan di negara tersebut.
"Kami memperkirakan mereka melakukan serangan di wilayah Donetsk dan Kharkiv, serta mungkin Zaporizhzhia, tetapi untuk bertahan di Kherson dan Crimea, ini adalah jumlah orang yang mereka perlukan untuk tugas seperti itu," kata Skibitsky ketika diminta untuk menjelaskan mengapa mereka memperikarakan gelombang pasukan seperti itu.
“Jika Rusia kalah kali ini, maka Putin akan runtuh,” imbuhnya seperti dikutip dari Evening Standard, Minggu (8/1/2023).
Skibitsky mengatakan gelombang terakhir mobilisasi akan berlangsung pada 15 Januari setelah masa liburan ketika Rusia mencoba untuk "mengalahkan" Ukraina dengan pasukan besar.
Rusia telah membantah sedang mempersiapkan gelombang kedua mobilisasi umum dengan Vladimir Putin menyebutnya "tidak ada gunanya" pada bulan lalu.
Sebelumnya Kremlin menyerukan gencatan senjata 36 jam pada hari Jumat sesuai dengan hari libur Natal Kristen Ortodoks Rusia.
Namun, Ukraina menolak gencatan senjata, yang digambarkan oleh Volodymyr Zelensky sebagai untuk menghentikan gerak maju pasukannya di Donbas dan membawa peralatan, amunisi, dan orang-orang yang dimobilisasi lebih dekat ke posisi tentara Ukraina.
Ukraina juga mengklaim bahwa pasukan Rusia terus menyerang selama gencatan senjata, dengan seorang pekerja darurat terbunuh oleh tembakan artileri di Kherson dan laporan tembakan artileri di kota Kramatorsk, Donbas.
Peringatan serangan udara dikeluarkan di beberapa kota di Ukraina, tetapi tidak ada ledakan yang dilaporkan.
Namun, dalam pembaruan terbarunya, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina terus berlanjut pada "tingkat rutin" meskipun ada gencatan senjata.
Dalam pembaruan intelijen hariannya, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa di daerah yang diperebutkan dengan sengit di sekitar kota Kremina di provinsi Luhansk Ukraina timur, pertempuran difokuskan di daerah berhutan lebat di barat kota, di mana pertempuran telah beralih ke pertempuran infanteri, seringkali dalam jarak dekat.
Kementerian Pertahanan mengatakan: “Pertempuran terus berlanjut pada tingkat rutin hingga periode Natal Ortodoks. Salah satu sektor yang paling diperebutkan terus berada di sekitar kota Kremina, di Oblast Luhansk."
“Dalam tiga minggu terakhir, pertempuran di sekitar Kremina terfokus pada hutan lebat di sebelah barat kota," kata Kementerian Pertahanan.
“Dengan hutan jenis konifera menyediakan perlindungan dari pengamatan udara bahkan di musim dingin, kedua belah pihak kemungkinan besar berjuang untuk menyesuaikan tembakan artileri secara akurat,” demikian kata Kementerian Pertahanan.
Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, Vadym Skibitsky mengatakan, rekrutan itu akan mengambil bagian dalam serangan selama musim semi dan musim panas di timur dan selatan negara itu.
Saat ini, pejabat Ukraina telah melaporkan bahwa ada 280.000 pasukan darat Rusia yang dikerahkan di negara tersebut.
"Kami memperkirakan mereka melakukan serangan di wilayah Donetsk dan Kharkiv, serta mungkin Zaporizhzhia, tetapi untuk bertahan di Kherson dan Crimea, ini adalah jumlah orang yang mereka perlukan untuk tugas seperti itu," kata Skibitsky ketika diminta untuk menjelaskan mengapa mereka memperikarakan gelombang pasukan seperti itu.
“Jika Rusia kalah kali ini, maka Putin akan runtuh,” imbuhnya seperti dikutip dari Evening Standard, Minggu (8/1/2023).
Skibitsky mengatakan gelombang terakhir mobilisasi akan berlangsung pada 15 Januari setelah masa liburan ketika Rusia mencoba untuk "mengalahkan" Ukraina dengan pasukan besar.
Rusia telah membantah sedang mempersiapkan gelombang kedua mobilisasi umum dengan Vladimir Putin menyebutnya "tidak ada gunanya" pada bulan lalu.
Sebelumnya Kremlin menyerukan gencatan senjata 36 jam pada hari Jumat sesuai dengan hari libur Natal Kristen Ortodoks Rusia.
Namun, Ukraina menolak gencatan senjata, yang digambarkan oleh Volodymyr Zelensky sebagai untuk menghentikan gerak maju pasukannya di Donbas dan membawa peralatan, amunisi, dan orang-orang yang dimobilisasi lebih dekat ke posisi tentara Ukraina.
Ukraina juga mengklaim bahwa pasukan Rusia terus menyerang selama gencatan senjata, dengan seorang pekerja darurat terbunuh oleh tembakan artileri di Kherson dan laporan tembakan artileri di kota Kramatorsk, Donbas.
Peringatan serangan udara dikeluarkan di beberapa kota di Ukraina, tetapi tidak ada ledakan yang dilaporkan.
Namun, dalam pembaruan terbarunya, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina terus berlanjut pada "tingkat rutin" meskipun ada gencatan senjata.
Dalam pembaruan intelijen hariannya, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa di daerah yang diperebutkan dengan sengit di sekitar kota Kremina di provinsi Luhansk Ukraina timur, pertempuran difokuskan di daerah berhutan lebat di barat kota, di mana pertempuran telah beralih ke pertempuran infanteri, seringkali dalam jarak dekat.
Kementerian Pertahanan mengatakan: “Pertempuran terus berlanjut pada tingkat rutin hingga periode Natal Ortodoks. Salah satu sektor yang paling diperebutkan terus berada di sekitar kota Kremina, di Oblast Luhansk."
“Dalam tiga minggu terakhir, pertempuran di sekitar Kremina terfokus pada hutan lebat di sebelah barat kota," kata Kementerian Pertahanan.
“Dengan hutan jenis konifera menyediakan perlindungan dari pengamatan udara bahkan di musim dingin, kedua belah pihak kemungkinan besar berjuang untuk menyesuaikan tembakan artileri secara akurat,” demikian kata Kementerian Pertahanan.
(ian)