Prototipe Ke-3 Jet Tempur Canggih Boramae Korsel-Indonesia Sukses Terbang
loading...
A
A
A
SEOUL - Prototipe ketiga KF/IF-21 Boramae , jet tempur canggih patungan Korea Selatan (Korsel)-Indonesia, sukses terbang perdana pada Kamis.
Prototipe ketiga dari pesawat tempur itu terbang selama 37 menit setelah lepas landas dari Sayap Pelatihan Terbang ke-3 Angkatan Udara di Sacheon, kira-kira 300 kilometer selatan Seoul.
Kesuksesan penerbangan tersebut diumumkan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA), agen pengadaan Korea Selatan.
Prototipe pertama pesawat tempur Boramae melakukan penerbangan perdananya pada 19 Juli 2022. Kemudian, prototipe kedua melakukan penerbangan pertamanya pada November 2022.
Menurut DAPA, berbeda dengan versi sebelumnya, prototipe ketiga dilengkapi dengan teknologi yang diperlukan untuk tes kecepatan dan bobot pesawat tempur, membuka jalan untuk tes kemampuan pesawat tempur tambahan.
Sebelumnya, prototipe pertama hanya digunakan untuk uji kecepatan. Sedangkan prototipe kedua digunakan untuk mengevaluasi kapasitas beban struktural pesawat.
DAPA menyatakan bahwa mereka bermaksud untuk mulai menguji tiga prototipe lagi secara bertahap selama paruh pertama tahun ini, dengan total 2.000 tes yang direncanakan pada Februari 2026.
Program KF/IF-X yang sudah berjalan lama, pengembangan kolaboratif antara Korea Selatan dan Indonesia, menghasilkan KF-21 Boramae. Seoul memiliki 80% saham dalam proyek tersebut, sedangkan Indonesia memegang 20%.
Proyek KF/IF-21 senilai 8,8 triliun won (USD6,9 miliar), yang dimulai pada tahun 2015, bertujuan untuk membangun pesawat tempur supersonik untuk menggantikan armada pesawat tempur F-4 dan F-5 Korea Selatan yang sudah ketinggalan zaman.
Pesawat tempur generasi 4,5 ini akan memasuki tahap produksi massal pada tahun 2026. Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) bermaksud untuk membeli 120 unit pesawat KF/IF-21 pada tahun 2032.
DAPA sebelumnya mengatakan bahwa KF-21 merupakan pesawat tempur pertama yang diproduksi dengan menggunakan teknologi lokal, menunjukkan kemampuan Korea Selatan dalam memproduksi pesawat tempur secara mandiri.
Selain itu, Boramae akan berfungsi sebagai batu loncatan untuk meningkatkan pesawat tempur dan menggunakan senjata yang diproduksi secara lokal.
Meskipun hanya 65% dari komponen KF-21 dibuat di Korea Selatan, uji terbang prototipe merupakan pencapaian penting bagi negara dengan sejarah produksi pesawat yang singkat.
Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, Prancis, Swedia, dan aliansi empat negara Eropa—Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol—adalah satu-satunya negara lain yang telah memproduksi dan menerbangkan jet tempur supersonik canggih.
KF/IF-21 akan meningkatkan kemampuan ofensif dan defensif udara Korea Selatan. Mengingat kondisi jet tempur Angkatan Udara Korea Utara yang sudah tua, KF/IF-21 dapat dengan mudah mengungguli mereka.
Di masa depan, ROKAF akan dilengkapi dengan campuran jet tempur siluman F-35 untuk operasi penyerangan dan KF/IF-21 untuk pertahanan udara.
Para ahli percaya kerangka ini akan memanfaatkan F-35 dengan baik, yang dirancang lebih baik untuk serangan darat, sedangkan KF/IF-21 dirancang untuk misi udara-ke-udara.
Mengutip kantor berita Yonhap, Jumat (6/1/2023), Seoul sekarang bertujuan untuk menguji pesawat tempur KF/IF-21 buatan dalam negeri dengan kecepatan supersonik bulan ini jika cuaca memungkinkan.
Tes tersebut akan mewakili langkah maju yang signifikan dalam upaya pengembangan pesawat perang profil tinggi.
Mencapai kemampuan supersonik merupakan aspek penting dari upaya pengembangan yang dipimpin oleh pabrikannya, Korea Aerospace Industries Ltd (KAI). Tes ini diperlukan untuk memastikan bahwa fungsi kritis, seperti avionik, beroperasi dengan baik terlepas dari kecepatan terbang.
Pabrikan tersebut bermaksud untuk melakukan tes untuk kecepatan supersonik sekitar bulan Januari. Namun, seorang sumber mengatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa tanggal pastinya tidak dapat diungkapkan karena kemungkinan ditunda terkait kondisi cuaca.
Perkembangan tersebut terjadi pada saat ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan berada pada titik tertinggi sepanjang masa.
Pada 26 Desember, Pyongyang meluncurkan lima drone melintasi Garis Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea.
Seorang pejabat militer mengungkapkan pada 5 Januari bahwa pesawat tak berawak Korea Utara secara singkat melintasi zona larangan terbang dengan radius 3,7 kilometer di atas kantor Presiden Yoon Suk Yeol di Seoul bulan lalu.
Sementara itu, militer Korea Selatan melakukan manuver pertahanan udara pada Kamis sore di bawah skenario infiltrasi drone musuh kecil.
Latihan tersebut menampilkan sekitar 50 pesawat, termasuk pesawat serang ringan KA-1 dan helikopter 500MD dengan personel yang membawa senjata drone jammer.
Prototipe ketiga dari pesawat tempur itu terbang selama 37 menit setelah lepas landas dari Sayap Pelatihan Terbang ke-3 Angkatan Udara di Sacheon, kira-kira 300 kilometer selatan Seoul.
Kesuksesan penerbangan tersebut diumumkan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA), agen pengadaan Korea Selatan.
Prototipe pertama pesawat tempur Boramae melakukan penerbangan perdananya pada 19 Juli 2022. Kemudian, prototipe kedua melakukan penerbangan pertamanya pada November 2022.
Menurut DAPA, berbeda dengan versi sebelumnya, prototipe ketiga dilengkapi dengan teknologi yang diperlukan untuk tes kecepatan dan bobot pesawat tempur, membuka jalan untuk tes kemampuan pesawat tempur tambahan.
Sebelumnya, prototipe pertama hanya digunakan untuk uji kecepatan. Sedangkan prototipe kedua digunakan untuk mengevaluasi kapasitas beban struktural pesawat.
DAPA menyatakan bahwa mereka bermaksud untuk mulai menguji tiga prototipe lagi secara bertahap selama paruh pertama tahun ini, dengan total 2.000 tes yang direncanakan pada Februari 2026.
Program KF/IF-X yang sudah berjalan lama, pengembangan kolaboratif antara Korea Selatan dan Indonesia, menghasilkan KF-21 Boramae. Seoul memiliki 80% saham dalam proyek tersebut, sedangkan Indonesia memegang 20%.
Proyek KF/IF-21 senilai 8,8 triliun won (USD6,9 miliar), yang dimulai pada tahun 2015, bertujuan untuk membangun pesawat tempur supersonik untuk menggantikan armada pesawat tempur F-4 dan F-5 Korea Selatan yang sudah ketinggalan zaman.
Pesawat tempur generasi 4,5 ini akan memasuki tahap produksi massal pada tahun 2026. Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) bermaksud untuk membeli 120 unit pesawat KF/IF-21 pada tahun 2032.
DAPA sebelumnya mengatakan bahwa KF-21 merupakan pesawat tempur pertama yang diproduksi dengan menggunakan teknologi lokal, menunjukkan kemampuan Korea Selatan dalam memproduksi pesawat tempur secara mandiri.
Selain itu, Boramae akan berfungsi sebagai batu loncatan untuk meningkatkan pesawat tempur dan menggunakan senjata yang diproduksi secara lokal.
Meskipun hanya 65% dari komponen KF-21 dibuat di Korea Selatan, uji terbang prototipe merupakan pencapaian penting bagi negara dengan sejarah produksi pesawat yang singkat.
Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, Prancis, Swedia, dan aliansi empat negara Eropa—Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol—adalah satu-satunya negara lain yang telah memproduksi dan menerbangkan jet tempur supersonik canggih.
KF/IF-21 akan meningkatkan kemampuan ofensif dan defensif udara Korea Selatan. Mengingat kondisi jet tempur Angkatan Udara Korea Utara yang sudah tua, KF/IF-21 dapat dengan mudah mengungguli mereka.
Di masa depan, ROKAF akan dilengkapi dengan campuran jet tempur siluman F-35 untuk operasi penyerangan dan KF/IF-21 untuk pertahanan udara.
Para ahli percaya kerangka ini akan memanfaatkan F-35 dengan baik, yang dirancang lebih baik untuk serangan darat, sedangkan KF/IF-21 dirancang untuk misi udara-ke-udara.
Mengutip kantor berita Yonhap, Jumat (6/1/2023), Seoul sekarang bertujuan untuk menguji pesawat tempur KF/IF-21 buatan dalam negeri dengan kecepatan supersonik bulan ini jika cuaca memungkinkan.
Tes tersebut akan mewakili langkah maju yang signifikan dalam upaya pengembangan pesawat perang profil tinggi.
Mencapai kemampuan supersonik merupakan aspek penting dari upaya pengembangan yang dipimpin oleh pabrikannya, Korea Aerospace Industries Ltd (KAI). Tes ini diperlukan untuk memastikan bahwa fungsi kritis, seperti avionik, beroperasi dengan baik terlepas dari kecepatan terbang.
Pabrikan tersebut bermaksud untuk melakukan tes untuk kecepatan supersonik sekitar bulan Januari. Namun, seorang sumber mengatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa tanggal pastinya tidak dapat diungkapkan karena kemungkinan ditunda terkait kondisi cuaca.
Perkembangan tersebut terjadi pada saat ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan berada pada titik tertinggi sepanjang masa.
Pada 26 Desember, Pyongyang meluncurkan lima drone melintasi Garis Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea.
Seorang pejabat militer mengungkapkan pada 5 Januari bahwa pesawat tak berawak Korea Utara secara singkat melintasi zona larangan terbang dengan radius 3,7 kilometer di atas kantor Presiden Yoon Suk Yeol di Seoul bulan lalu.
Sementara itu, militer Korea Selatan melakukan manuver pertahanan udara pada Kamis sore di bawah skenario infiltrasi drone musuh kecil.
Latihan tersebut menampilkan sekitar 50 pesawat, termasuk pesawat serang ringan KA-1 dan helikopter 500MD dengan personel yang membawa senjata drone jammer.
(min)