Lagi, Ukraina Klaim Rusia Segera Kehabisan Rudal
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina kembali mengeklaim bahwa Rusia akan segera kehabisan rudal. Kementerian Pertahanan di Kiev mengatakan indikasi dari klaim ini adalah Moskow meluncurkan lebih sedikit rudal per serangan dan meningkatkan interval antar-serangan.
Juru bicara kementerian, Andriy Yusov, mengatakan militer Rusia telah menggunakan segala sesuatu yang dapat bergerak, dan sekarang telah menggunakan drone Shahed dan rudal yang aslinya dimaksudkan untuk pertahanan udara seperti sistem rudal S-300.
“Kita dapat melihat bahwa meskipun ada serangan rudal besar-besaran, infrastruktur Ukraina telah bertahan dan pasti akan bertahan," katanya.
"Potensi rudal musuh menurun. Mereka tidak dapat mempertahankan intensitas setinggi itu baik dari segi keteraturan maupun kuantitas,” lanjut Yusov, seperti dikutip Reuters, Sabtu (31/12/2022).
Komentar tersebut diterbitkan pada hari Kamis, hari pada saat Rusia menembakkan sekitar 120 rudal yang semakin merusak jaringan energi Ukraina serta banyak bangunan sipil.
Klaim Ukraina tentang Rusia di ambang krisis rudal bukan sekali ini dibuat. Sejak Mei lalu, seorang perwakilan dari Direktorat Intelijen Ukraina mengeklaim bahwa Moskow telah sangat menghabiskan stok misilnya.
Laporan terus berlanjut selama perang bahwa industri pertahanan Rusia tidak dapat memproduksi banyak amunisi yang lebih canggih karena kenaikan harga bahan mentah dan pembatasan elektronik asing yang disebabkan oleh sanksi Barat.
Klaim serupa juga pernah dibuat Kementerian Pertahanan Inggris pada Juli lalu. Indikasinya, kata kementerian itu, Rusia gencar menggunakan sistem pertahanan udara termasuk S-400 untuk menyerang target darat di Ukraina.
Namun, laporan New York Times pada November lalu menepis klaim-klaim tersebut. Laporan itu menyebutkan bahwa Rusia masih mampu melakukan serangan masif.
Jumlah pasti stok rudal Moskow tidak diketahui, karena militernya sangat merahasiakan.
Bloomberg pada 29 Oktober 2022, melaporkan bahwa Moskow mengekspor barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga ke negara tetangga untuk mendukung manufaktur militer.
Outlet berita militer Ukraina; Defense Express Media, juga melaporkan pada 17 November 2022 bahwa Pabrik Motovilikha—produsen peralatan militer Rusia—telah menerapkan shift 24/7 dan telah mempekerjakan lebih banyak staf untuk memproduksi sistem peluncur roket berganda "Tornado-S" dan "Tornado-G".
Itu tampaknya menunjukkan Rusia mengatasi kemacetan dalam rantai pasokan mereka, memungkinkan mereka untuk memulai kembali produksi massal.
Juru bicara kementerian, Andriy Yusov, mengatakan militer Rusia telah menggunakan segala sesuatu yang dapat bergerak, dan sekarang telah menggunakan drone Shahed dan rudal yang aslinya dimaksudkan untuk pertahanan udara seperti sistem rudal S-300.
“Kita dapat melihat bahwa meskipun ada serangan rudal besar-besaran, infrastruktur Ukraina telah bertahan dan pasti akan bertahan," katanya.
"Potensi rudal musuh menurun. Mereka tidak dapat mempertahankan intensitas setinggi itu baik dari segi keteraturan maupun kuantitas,” lanjut Yusov, seperti dikutip Reuters, Sabtu (31/12/2022).
Komentar tersebut diterbitkan pada hari Kamis, hari pada saat Rusia menembakkan sekitar 120 rudal yang semakin merusak jaringan energi Ukraina serta banyak bangunan sipil.
Klaim Ukraina tentang Rusia di ambang krisis rudal bukan sekali ini dibuat. Sejak Mei lalu, seorang perwakilan dari Direktorat Intelijen Ukraina mengeklaim bahwa Moskow telah sangat menghabiskan stok misilnya.
Laporan terus berlanjut selama perang bahwa industri pertahanan Rusia tidak dapat memproduksi banyak amunisi yang lebih canggih karena kenaikan harga bahan mentah dan pembatasan elektronik asing yang disebabkan oleh sanksi Barat.
Klaim serupa juga pernah dibuat Kementerian Pertahanan Inggris pada Juli lalu. Indikasinya, kata kementerian itu, Rusia gencar menggunakan sistem pertahanan udara termasuk S-400 untuk menyerang target darat di Ukraina.
Namun, laporan New York Times pada November lalu menepis klaim-klaim tersebut. Laporan itu menyebutkan bahwa Rusia masih mampu melakukan serangan masif.
Jumlah pasti stok rudal Moskow tidak diketahui, karena militernya sangat merahasiakan.
Bloomberg pada 29 Oktober 2022, melaporkan bahwa Moskow mengekspor barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga ke negara tetangga untuk mendukung manufaktur militer.
Outlet berita militer Ukraina; Defense Express Media, juga melaporkan pada 17 November 2022 bahwa Pabrik Motovilikha—produsen peralatan militer Rusia—telah menerapkan shift 24/7 dan telah mempekerjakan lebih banyak staf untuk memproduksi sistem peluncur roket berganda "Tornado-S" dan "Tornado-G".
Itu tampaknya menunjukkan Rusia mengatasi kemacetan dalam rantai pasokan mereka, memungkinkan mereka untuk memulai kembali produksi massal.
(min)