Financial Times: Rusia Bentuk Armada Bayangan untuk Hindari Sanksi Minyak
loading...
A
A
A
MOSKOW - Financial Times (FT) melaporkan Rusia membentuk "armada bayangan" untuk menghindari sanksi minyak Barat.
Menurut FT pada Sabtu (3/12/2022), “Moskow diam-diam mengumpulkan armada lebih dari 100 kapal tanker tua.”
Mengutip konsultan energi Rystad, FT melaporkan Rusia telah menguasai 103 kapal tanker sejak awal tahun, baik dengan menggunakan kembali kapal yang sebelumnya terlibat dalam pengangkutan kargo minyak ke dan dari Iran atau Venezuela atau dengan membeli kapal tanker secara langsung.
Pada Jumat, Uni Eropa (UE) dan G7 akhirnya sepakat membatasi harga minyak mentah Rusia yang berlayar di laut pada USD60 per barel.
Keputusan tersebut diambil setelah berminggu-minggu perdebatan antara negara-negara yang menganggap batas yang diusulkan "terlalu murah hati", seperti Polandia dan negara-negara Baltik, dan beberapa negara maritim, termasuk Yunani, yang menginginkan batas atas ditetapkan sekitar USD70 per barel.
Perusahaan-perusahaan Barat akan dilarang mengasuransikan atau membiayai kapal yang membawa minyak mentah Rusia kecuali jika dijual di bawah USD60 per barel di bawah aturan baru, yang telah dijelaskan Moskow bahwa mereka tidak berencana menerimanya.
Kepala Bank VTB, Andrey Kostin, mengatakan pada Oktober bahwa Rusia harus menghabiskan “setidaknya 1 triliun rubel (USD16,2 miliar)” untuk “perluasan armada kapal tanker.”
Analis Barat menafsirkan pernyataan ini berarti bahwa Moskow berinvestasi dalam kapal pengangkut minyak mentah yang sangat besar (VLCC, yang masing-masing dapat menampung sebanyak 2 juta barel minyak mentah), kapal tanker Suezmax (yang masing-masing membawa sebanyak 1 juta barel), dan kapal tanker Aframax (yang menampung masing-masing sebanyak 700.000 barel).
Menurut FT, pengamat internasional berkomentar Rusia kemungkinan akan menggunakan “armada bayangan” kapal tanker minyak tua untuk menjual volume energi yang terus meningkat ke negara-negara seperti India, China, dan Turki yang tidak tunduk pada sanksi UE atau AS dan pembatasan perdagangan lainnya.
Pada Sabtu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow tidak berencana mengakui batasan harga yang diberlakukan Barat pada ekspor minyak lintas laut Rusia.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini sedang melakukan peninjauan situasi.
Menurut FT pada Sabtu (3/12/2022), “Moskow diam-diam mengumpulkan armada lebih dari 100 kapal tanker tua.”
Mengutip konsultan energi Rystad, FT melaporkan Rusia telah menguasai 103 kapal tanker sejak awal tahun, baik dengan menggunakan kembali kapal yang sebelumnya terlibat dalam pengangkutan kargo minyak ke dan dari Iran atau Venezuela atau dengan membeli kapal tanker secara langsung.
Pada Jumat, Uni Eropa (UE) dan G7 akhirnya sepakat membatasi harga minyak mentah Rusia yang berlayar di laut pada USD60 per barel.
Keputusan tersebut diambil setelah berminggu-minggu perdebatan antara negara-negara yang menganggap batas yang diusulkan "terlalu murah hati", seperti Polandia dan negara-negara Baltik, dan beberapa negara maritim, termasuk Yunani, yang menginginkan batas atas ditetapkan sekitar USD70 per barel.
Perusahaan-perusahaan Barat akan dilarang mengasuransikan atau membiayai kapal yang membawa minyak mentah Rusia kecuali jika dijual di bawah USD60 per barel di bawah aturan baru, yang telah dijelaskan Moskow bahwa mereka tidak berencana menerimanya.
Kepala Bank VTB, Andrey Kostin, mengatakan pada Oktober bahwa Rusia harus menghabiskan “setidaknya 1 triliun rubel (USD16,2 miliar)” untuk “perluasan armada kapal tanker.”
Analis Barat menafsirkan pernyataan ini berarti bahwa Moskow berinvestasi dalam kapal pengangkut minyak mentah yang sangat besar (VLCC, yang masing-masing dapat menampung sebanyak 2 juta barel minyak mentah), kapal tanker Suezmax (yang masing-masing membawa sebanyak 1 juta barel), dan kapal tanker Aframax (yang menampung masing-masing sebanyak 700.000 barel).
Menurut FT, pengamat internasional berkomentar Rusia kemungkinan akan menggunakan “armada bayangan” kapal tanker minyak tua untuk menjual volume energi yang terus meningkat ke negara-negara seperti India, China, dan Turki yang tidak tunduk pada sanksi UE atau AS dan pembatasan perdagangan lainnya.
Pada Sabtu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow tidak berencana mengakui batasan harga yang diberlakukan Barat pada ekspor minyak lintas laut Rusia.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini sedang melakukan peninjauan situasi.
(sya)