Hubungan Arab Saudi-AS Retak, Mohammed bin Salman dan Xi Jinping Makin Lengket
loading...
A
A
A
Biden, yang pernah bersumpah untuk menjadikan Riyadh "paria" atas pembunuhan Khashoggi, telah meremehkan pertemuannya dengan Pangeran Mohammed bin Salman, yang dia beri "tos tinju" alih-alih jabat tangan.
Para diplomat mengatakan kepada Reuters bahwa delegasi China diperkirakan akan menandatangani lusinan perjanjian dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya yang mencakup energi, keamanan, dan investasi.
Pangeran Mohammed bin Salman fokus untuk menyampaikan rencana diversifikasi Visi 2030 untuk menyapih ekonomi dari minyak dengan menciptakan industri baru, termasuk manufaktur mobil dan senjata serta logistik, meskipun investasi asing langsung berjalan lambat.
Kerajaan itu berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur baru dan megaproyek di bidang pariwisata dan inisiatif seperti zona NEOM senilai USD500 miliar, anugerah bagi perusahaan konstruksi China.
Arab Saudi dan sekutu Teluknya mengatakan mereka akan terus mendiversifikasi kemitraan untuk melayani kepentingan ekonomi dan keamanan, meskipun AS keberatan dengan hubungan mereka dengan Rusia dan China.
Jonathan Fulton, senior fellow non-residen di Atlantic Council, mengatakan Pangeran Mohammed bin Salman ingin menunjukkan kepada konstituennya sendiri bahwa kerajaan itu penting bagi banyak kekuatan global.
"Mungkin dia memberi isyarat ke AS juga, tapi...dia lebih peduli tentang apa yang dipikirkan orang-orang di dalam kerajaan," katanya.
Biden menjanjikan "konsekuensi" kepada Riyadh setelah langkah produksi minyak, tetapi Washington sejak itu menegaskan kembali dukungannya untuk keamanan kerajaan, di mana pejabat AS menekankan "keunggulan komparatif" AS dalam membangun struktur pertahanan terintegrasi di Teluk.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu pekan lalu bahwa Washington ingin memastikan bahwa hubungan strategis dengan Riyadh bekerja. "Untuk kepentingan terbaik kami," katanya.
Pejabat AS menolak berkomentar ketika ditanya tentang hubungan bilateral Saudi-China menjelang kunjungan Xi Jinping.
Para diplomat mengatakan kepada Reuters bahwa delegasi China diperkirakan akan menandatangani lusinan perjanjian dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya yang mencakup energi, keamanan, dan investasi.
Pangeran Mohammed bin Salman fokus untuk menyampaikan rencana diversifikasi Visi 2030 untuk menyapih ekonomi dari minyak dengan menciptakan industri baru, termasuk manufaktur mobil dan senjata serta logistik, meskipun investasi asing langsung berjalan lambat.
Kerajaan itu berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur baru dan megaproyek di bidang pariwisata dan inisiatif seperti zona NEOM senilai USD500 miliar, anugerah bagi perusahaan konstruksi China.
Arab Saudi dan sekutu Teluknya mengatakan mereka akan terus mendiversifikasi kemitraan untuk melayani kepentingan ekonomi dan keamanan, meskipun AS keberatan dengan hubungan mereka dengan Rusia dan China.
Jonathan Fulton, senior fellow non-residen di Atlantic Council, mengatakan Pangeran Mohammed bin Salman ingin menunjukkan kepada konstituennya sendiri bahwa kerajaan itu penting bagi banyak kekuatan global.
"Mungkin dia memberi isyarat ke AS juga, tapi...dia lebih peduli tentang apa yang dipikirkan orang-orang di dalam kerajaan," katanya.
Biden menjanjikan "konsekuensi" kepada Riyadh setelah langkah produksi minyak, tetapi Washington sejak itu menegaskan kembali dukungannya untuk keamanan kerajaan, di mana pejabat AS menekankan "keunggulan komparatif" AS dalam membangun struktur pertahanan terintegrasi di Teluk.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu pekan lalu bahwa Washington ingin memastikan bahwa hubungan strategis dengan Riyadh bekerja. "Untuk kepentingan terbaik kami," katanya.
Pejabat AS menolak berkomentar ketika ditanya tentang hubungan bilateral Saudi-China menjelang kunjungan Xi Jinping.