Putin Ungkap Alasan Rusia Serang Infrastruktur Ukraina Habis-habisan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Serangan presisi Rusia terhadap infrastruktur Ukraina adalah tanggapan yang diperlukan untuk sabotase Ukraina di tanah Rusia, termasuk pengeboman Jembatan Crimea.
Presiden Vladimir Putin menjelaskan hal itu kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Kedua pemimpin berbicara melalui telepon pada Jumat (2/12/2022) atas permintaan Berlin, menurut pernyataan yang dikeluarkan Kremlin.
Putin menjelaskan logika di balik operasi militer Rusia melawan Ukraina dan menyatakan kebijakan Barat mempersenjatai dan melatih pasukan Ukraina "merusak".
“Tercatat bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah lama menahan diri untuk tidak melakukan serangan rudal presisi pada sasaran tertentu di wilayah Ukraina, tetapi sekarang tindakan seperti itu menjadi perlu dan tidak dapat dihindari sebagai reaksi terhadap serangan provokatif Kiev terhadap infrastruktur sipil Rusia, termasuk Jembatan Crimea dan fasilitas energi,” papar Kremlin.
"Serangan teroris terhadap jaringan pipa bawah laut Nord Stream berada dalam kategori yang sama dan membutuhkan penyelidikan transparan yang akan mencakup Rusia,” tegas Putin kepada pemimpin Jerman itu.
Kantor Scholz mengatakan, “Percakapan berlangsung sekitar satu jam dan kanselir mengutuk serangan udara Rusia terhadap infrastruktur sipil di Ukraina dan menekankan tekad Jerman mendukung Kiev.”
Rusia mengubah taktik militernya di Ukraina beberapa hari setelah satu bom kuat merusak Jembatan Crimea pada awal Oktober.
Penyelidik Rusia menuduh intelijen militer Ukraina mendalangi serangan itu, yang menewaskan tiga orang, termasuk pengemudi truk yang membawa bom terselubung itu.
Sebagai pembalasan, pasukan Rusia mulai menargetkan fasilitas energi Ukraina, yang diyakini Kementerian Pertahanan berperan penting untuk logistik militer Kiev.
Kerusakan tersebut memaksa otoritas Ukraina untuk melakukan pemadaman listrik bergilir. Pemerintah Ukraina dan pendukung Baratnya menuduh Moskow menggunakan taktik teroris.
Ledakan yang merusak dua pipa Nord Stream bawah laut terjadi pada akhir September, memutus sambungan yang memungkinkan Jerman menerima gas alam langsung dari Rusia.
Moskow mengatakan pihak yang diuntungkan dari sabotase itu adalah Amerika Serikat, yang telah lama berusaha memaksa Berlin mengurangi perdagangan energinya dengan Rusia dan mengganti bahan bakar Rusia dengan gas alam cair yang lebih mahal yang diproduksi perusahaan-perusahaan Amerika.
Presiden Vladimir Putin menjelaskan hal itu kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Kedua pemimpin berbicara melalui telepon pada Jumat (2/12/2022) atas permintaan Berlin, menurut pernyataan yang dikeluarkan Kremlin.
Putin menjelaskan logika di balik operasi militer Rusia melawan Ukraina dan menyatakan kebijakan Barat mempersenjatai dan melatih pasukan Ukraina "merusak".
“Tercatat bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah lama menahan diri untuk tidak melakukan serangan rudal presisi pada sasaran tertentu di wilayah Ukraina, tetapi sekarang tindakan seperti itu menjadi perlu dan tidak dapat dihindari sebagai reaksi terhadap serangan provokatif Kiev terhadap infrastruktur sipil Rusia, termasuk Jembatan Crimea dan fasilitas energi,” papar Kremlin.
"Serangan teroris terhadap jaringan pipa bawah laut Nord Stream berada dalam kategori yang sama dan membutuhkan penyelidikan transparan yang akan mencakup Rusia,” tegas Putin kepada pemimpin Jerman itu.
Kantor Scholz mengatakan, “Percakapan berlangsung sekitar satu jam dan kanselir mengutuk serangan udara Rusia terhadap infrastruktur sipil di Ukraina dan menekankan tekad Jerman mendukung Kiev.”
Rusia mengubah taktik militernya di Ukraina beberapa hari setelah satu bom kuat merusak Jembatan Crimea pada awal Oktober.
Penyelidik Rusia menuduh intelijen militer Ukraina mendalangi serangan itu, yang menewaskan tiga orang, termasuk pengemudi truk yang membawa bom terselubung itu.
Sebagai pembalasan, pasukan Rusia mulai menargetkan fasilitas energi Ukraina, yang diyakini Kementerian Pertahanan berperan penting untuk logistik militer Kiev.
Kerusakan tersebut memaksa otoritas Ukraina untuk melakukan pemadaman listrik bergilir. Pemerintah Ukraina dan pendukung Baratnya menuduh Moskow menggunakan taktik teroris.
Ledakan yang merusak dua pipa Nord Stream bawah laut terjadi pada akhir September, memutus sambungan yang memungkinkan Jerman menerima gas alam langsung dari Rusia.
Moskow mengatakan pihak yang diuntungkan dari sabotase itu adalah Amerika Serikat, yang telah lama berusaha memaksa Berlin mengurangi perdagangan energinya dengan Rusia dan mengganti bahan bakar Rusia dengan gas alam cair yang lebih mahal yang diproduksi perusahaan-perusahaan Amerika.
(sya)