Rusia Kumpulkan 2 Lusin Bomber, Diduga Segera Gempur Ukraina Besar-besaran
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia telah mengumpulkan sekitar dua lusin pesawat pengebom (bomber) berkemampuan nuklir dan rudal jelajah di bandara Engels-2. Para analis menduga serangan besar-besaran terhadap Ukraina akan segera terjadi.
Citra satelit yang disediakan oleh perusahaan Maxar Technologies yang berbasis di Amerika Serikat (AS) menunjukkan penumpukan besar-besaran bomber Rusia di bandara Engels-2, yang terletak sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan Ukraina.
Sekitar dua lusin bomber berkemampuan nuklir itu mencakup Tu-95 dan Tu-160. Kedua jenis pesawat itu telah menjadi andalan Rusia untuk melakukan serangan rudal jelajah.
Para analis mengatakan jumlah pesawat di landasan itu tidak biasa dan bisa mengindikasikan serangan yang mengancam.
"Jumlah bomber yang luar biasa tinggi di landasan merupakan indikasi peningkatan operasi, jika bukan serangan skala besar yang akan segera terjadi," kata analis militer Arda Mevlutoglu kepada media Jerman; Spiegel, yang dilansir The Mirror,Jumat (2/12/2022).
Di samping pesawat pengebom jarak jauh terdapat sejumlah pesawat tanker bahan bakar dan kotak amunisi.
Ada juga sejumlah wheel loader yang digunakan untuk mengangkut rudal jelajah X-55 dan X-101—yang memiliki jangkauan 2.500 km dan mampu membawa hulu ledak nuklir.
Rusia telah menggunakan rudal jelajah untuk menyerang target Ukraina dari tanah Rusia—yang membuat peluncur mereka jauh dari jangkauan sistem pertahanan anti-pesawat Ukraina.
Kekhawatiran akan serangan besar-besaran itu muncul setelah sebuah laporan menganalisis kinerja memalukan Rusia sejak dimulainya perang pekan terakhir Februari lalu.
Tentara Kiev dilaporkan telah berulang kali membodohi pasukan Presiden Vladimir Putin untuk membuang-buang sumber daya yang berharga sejak Februari.
Pada suatu kesempatan, pasukan Ukraina mencetak gambar besar hanggar pesawat yang diledakkan ke lembaran besar untuk menyamarkan pangkalan udara mereka.
Analisis Royal United Services Institute (RUSI) mengeklaim bahwa pasukan Rusia juga telah ditipu untuk membuang-buang amunisi mereka yang tak ternilai harganya untuk target palsu, termasuk peluncur roket HIMARS buatan AS.
Mereka juga memiliki kebiasaan buruk mengeluarkan diri dari pertempuran dengan insiden friendly fire.
Pasukan Vladimir Putin telah menavigasi lingkungan mereka menggunakan peta dan target militer yang sudah ketinggalan zaman, sehingga memudahkan tentara Ukraina untuk menipu mereka.
Pada suatu kesempatan, menurut laporan The Times, pasukan Kiev mencetak gambar hanggar pangkalan udara yang hancur ke lembaran besar dan menutupinya di atas jet tempur mereka sebagai kamuflase.
Bomber Rusia yang melihat ke bawah dari langit akan melihat bahwa target telah diurus dan melanjutkan perjalanan.
Bingung bagaimana pilot Ukraina bisa terbang dengan hanggar mereka hancur, Rusia bertanya-tanya apakah mereka telah memindahkan pesawat mereka di bawah tanah ke pangkalan udara bawah tanah yang rumit.
Laporan tersebut mengeklaim ada sejumlah alasan untuk kinerja buruk Rusia, termasuk masalah dengan perintah top-down dan pasukan membuat kesalahan yang sama berulang kali.
Tapi, lanjut laporan tersebut, insiden friendly fire telah menjadi salah satu masalah terbesar bagi Kremlin sejak dimulainya invasi.
Citra satelit yang disediakan oleh perusahaan Maxar Technologies yang berbasis di Amerika Serikat (AS) menunjukkan penumpukan besar-besaran bomber Rusia di bandara Engels-2, yang terletak sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan Ukraina.
Sekitar dua lusin bomber berkemampuan nuklir itu mencakup Tu-95 dan Tu-160. Kedua jenis pesawat itu telah menjadi andalan Rusia untuk melakukan serangan rudal jelajah.
Para analis mengatakan jumlah pesawat di landasan itu tidak biasa dan bisa mengindikasikan serangan yang mengancam.
"Jumlah bomber yang luar biasa tinggi di landasan merupakan indikasi peningkatan operasi, jika bukan serangan skala besar yang akan segera terjadi," kata analis militer Arda Mevlutoglu kepada media Jerman; Spiegel, yang dilansir The Mirror,Jumat (2/12/2022).
Di samping pesawat pengebom jarak jauh terdapat sejumlah pesawat tanker bahan bakar dan kotak amunisi.
Ada juga sejumlah wheel loader yang digunakan untuk mengangkut rudal jelajah X-55 dan X-101—yang memiliki jangkauan 2.500 km dan mampu membawa hulu ledak nuklir.
Rusia telah menggunakan rudal jelajah untuk menyerang target Ukraina dari tanah Rusia—yang membuat peluncur mereka jauh dari jangkauan sistem pertahanan anti-pesawat Ukraina.
Kekhawatiran akan serangan besar-besaran itu muncul setelah sebuah laporan menganalisis kinerja memalukan Rusia sejak dimulainya perang pekan terakhir Februari lalu.
Tentara Kiev dilaporkan telah berulang kali membodohi pasukan Presiden Vladimir Putin untuk membuang-buang sumber daya yang berharga sejak Februari.
Pada suatu kesempatan, pasukan Ukraina mencetak gambar besar hanggar pesawat yang diledakkan ke lembaran besar untuk menyamarkan pangkalan udara mereka.
Analisis Royal United Services Institute (RUSI) mengeklaim bahwa pasukan Rusia juga telah ditipu untuk membuang-buang amunisi mereka yang tak ternilai harganya untuk target palsu, termasuk peluncur roket HIMARS buatan AS.
Mereka juga memiliki kebiasaan buruk mengeluarkan diri dari pertempuran dengan insiden friendly fire.
Pasukan Vladimir Putin telah menavigasi lingkungan mereka menggunakan peta dan target militer yang sudah ketinggalan zaman, sehingga memudahkan tentara Ukraina untuk menipu mereka.
Pada suatu kesempatan, menurut laporan The Times, pasukan Kiev mencetak gambar hanggar pangkalan udara yang hancur ke lembaran besar dan menutupinya di atas jet tempur mereka sebagai kamuflase.
Bomber Rusia yang melihat ke bawah dari langit akan melihat bahwa target telah diurus dan melanjutkan perjalanan.
Bingung bagaimana pilot Ukraina bisa terbang dengan hanggar mereka hancur, Rusia bertanya-tanya apakah mereka telah memindahkan pesawat mereka di bawah tanah ke pangkalan udara bawah tanah yang rumit.
Laporan tersebut mengeklaim ada sejumlah alasan untuk kinerja buruk Rusia, termasuk masalah dengan perintah top-down dan pasukan membuat kesalahan yang sama berulang kali.
Tapi, lanjut laporan tersebut, insiden friendly fire telah menjadi salah satu masalah terbesar bagi Kremlin sejak dimulainya invasi.
(min)