Kremlin: Tak Ada Bahasan Soal Kemungkinan Gelombang Kedua Mobilisasi Militer
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kremlin tidak membahas kemungkinan gelombang kedua mobilisasi militer di Rusia . Hal itu diungkapkan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam konferensi pers mingguan, Senin (21/11/2022).
Peskov menyatakan bahwa Rusia ingin mencapai tujuannya di bawah "operasi militer khusus" dan akan mencapainya. Dia juga mencatat bahwa perubahan kekuasaan di Kiev bukanlah tujuan dari "operasi militer khusus".
Putin mengatakan awal bulan ini bahwa 80.000 orang yang dimobilisasi saat ini berada di zona pertempuran di Ukraina, dengan sekitar 50.000 secara aktif mengambil bagian dalam permusuhan di wilayah tersebut.
Pada 21 September-28 Oktober Rusia juga melakukan mobilisasi militer parsial, di mana 300.000 rekrutan terdaftar menjadi tentara. Banyak dari warga Rusia yang memutuskan untuk kabur ke luar negeri untuk menghindari pemanggilan wajib militer.
Hingga kini, pertempuran yang melibatkan pasukan Rusia dan Ukraina masih terus terjadi di sejumlah wilayah. Tembakan artileri juga mengancam sejumlah fasilitas pembangkit listrik. Pada Minggu pagi, Moskow dan Kiev saling menuduh menembaki fasilitas di pembangkit nuklir.
“Moskow menyerukan negara-negara lain untuk mempengaruhi Ukraina untuk berhenti menembaki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia,” kata Peskov, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Peskov juga mengumumkan bahwa Presiden Vladimir Putin sedang bersiap untuk mengambil bagian dalam KTT Uni Ekonomi Eurasia di Bishkek pada 9 Desember, dan bahwa pemimpin Rusia bermaksud untuk mengadakan pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di sela-sela Perjanjian Keamanan Kolektif. KTT organisasi akan diadakan di Yerevan pada hari Selasa dan Rabu.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
Peskov menyatakan bahwa Rusia ingin mencapai tujuannya di bawah "operasi militer khusus" dan akan mencapainya. Dia juga mencatat bahwa perubahan kekuasaan di Kiev bukanlah tujuan dari "operasi militer khusus".
Putin mengatakan awal bulan ini bahwa 80.000 orang yang dimobilisasi saat ini berada di zona pertempuran di Ukraina, dengan sekitar 50.000 secara aktif mengambil bagian dalam permusuhan di wilayah tersebut.
Pada 21 September-28 Oktober Rusia juga melakukan mobilisasi militer parsial, di mana 300.000 rekrutan terdaftar menjadi tentara. Banyak dari warga Rusia yang memutuskan untuk kabur ke luar negeri untuk menghindari pemanggilan wajib militer.
Hingga kini, pertempuran yang melibatkan pasukan Rusia dan Ukraina masih terus terjadi di sejumlah wilayah. Tembakan artileri juga mengancam sejumlah fasilitas pembangkit listrik. Pada Minggu pagi, Moskow dan Kiev saling menuduh menembaki fasilitas di pembangkit nuklir.
“Moskow menyerukan negara-negara lain untuk mempengaruhi Ukraina untuk berhenti menembaki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia,” kata Peskov, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Peskov juga mengumumkan bahwa Presiden Vladimir Putin sedang bersiap untuk mengambil bagian dalam KTT Uni Ekonomi Eurasia di Bishkek pada 9 Desember, dan bahwa pemimpin Rusia bermaksud untuk mengadakan pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di sela-sela Perjanjian Keamanan Kolektif. KTT organisasi akan diadakan di Yerevan pada hari Selasa dan Rabu.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
(esn)