Korban Tewas Aksi Protes Kematian Penyanyi Ethiopia Tembus 239
loading...
A
A
A
Musik-musik Hachalu selama ini adalah soundtrack untuk protes anti-pemerintah yang membawa Perdana Menteri Abiy Ahmed, pemimpin Oromo pertama di negara itu, ke tampuk kekuasaan pada 2018.
Namun, ketika Ethiopia bersiap untuk pemilihan yang akan menguji transisi demokrasi di bawah Abiy, banyak nasionalis Oromo merasa dikhianati, dengan alasan perdana menteri telah gagal untuk memperjuangkan kepentingan mereka.
Pemilihan umum yang bebas dan adil yang direncanakan pada bulan Agustus telah ditunda karena wabah virus Corona.
Mendidihnya ketegangan etnis di negara berpenduduk lebih dari 100 juta orang itu telah memberikan tantangan besar bagi Abiy, yang upayanya untuk melonggarkan tampuk kekuasaan dan membuka ruang demokrasi telah menyebabkan meningkatnya persaingan untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
Abiy, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu karena mengakhiri konflik yang berkepanjangan dengan negara tetangga Eritrea, telah dituduh kembali ke taktik para pendahulunya, dengan gelombang penangkapan politisi oposisi terkemuka selama aksi protes pekan lalu. (Baca: Akhiri Konflik dengan Eritrea, PM Ethiopia Diganjar Nobel Perdamaian )
Lima anggota senior Front Pembebasan Oromo (OLF) ditangkap, demikian pula Jawar Mohammed dan Bekele Gerba dari Kongres Federalis Oromo, serta Eskinder Nega, seorang pengkritik pemerintah yang baru-baru ini berbicara menentang kebijakan pemerintah, ia berpendapat mendukung Oromos.
Abiy mengatakan bahwa pembunuhan Hachalu dan kekerasan yang terjadi adalah bagian dari rencana untuk menabur kerusuhan di Ethiopia.
Ia mengaitkan kekacauan itu dengan sakit kepala lain yang saat ini dia hadapi: pengisian bendungan besar Ethiopia telah dibangun di Sungai Nil Biru di mana dua negara tetangganya yaitu Mesir dan Sudan keberatan.
"Keinginan dari berita itu adalah untuk membuat pemerintah Ethiopia mengalihkan perhatiannya dari bendungan," kata Abiy pada hari Selasa dalam sesi tanya jawab dengan anggota parlemen, tanpa memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.
Namun, ketika Ethiopia bersiap untuk pemilihan yang akan menguji transisi demokrasi di bawah Abiy, banyak nasionalis Oromo merasa dikhianati, dengan alasan perdana menteri telah gagal untuk memperjuangkan kepentingan mereka.
Pemilihan umum yang bebas dan adil yang direncanakan pada bulan Agustus telah ditunda karena wabah virus Corona.
Mendidihnya ketegangan etnis di negara berpenduduk lebih dari 100 juta orang itu telah memberikan tantangan besar bagi Abiy, yang upayanya untuk melonggarkan tampuk kekuasaan dan membuka ruang demokrasi telah menyebabkan meningkatnya persaingan untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
Abiy, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu karena mengakhiri konflik yang berkepanjangan dengan negara tetangga Eritrea, telah dituduh kembali ke taktik para pendahulunya, dengan gelombang penangkapan politisi oposisi terkemuka selama aksi protes pekan lalu. (Baca: Akhiri Konflik dengan Eritrea, PM Ethiopia Diganjar Nobel Perdamaian )
Lima anggota senior Front Pembebasan Oromo (OLF) ditangkap, demikian pula Jawar Mohammed dan Bekele Gerba dari Kongres Federalis Oromo, serta Eskinder Nega, seorang pengkritik pemerintah yang baru-baru ini berbicara menentang kebijakan pemerintah, ia berpendapat mendukung Oromos.
Abiy mengatakan bahwa pembunuhan Hachalu dan kekerasan yang terjadi adalah bagian dari rencana untuk menabur kerusuhan di Ethiopia.
Ia mengaitkan kekacauan itu dengan sakit kepala lain yang saat ini dia hadapi: pengisian bendungan besar Ethiopia telah dibangun di Sungai Nil Biru di mana dua negara tetangganya yaitu Mesir dan Sudan keberatan.
"Keinginan dari berita itu adalah untuk membuat pemerintah Ethiopia mengalihkan perhatiannya dari bendungan," kata Abiy pada hari Selasa dalam sesi tanya jawab dengan anggota parlemen, tanpa memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.
(ber)