Pangeran Arab Saudi Investor Terbesar Ke-2 Twitter, AS Mulai Gusar

Sabtu, 05 November 2022 - 11:57 WIB
loading...
A A A
Dua senator AS; Ron Wyden dan Chris Murphy, telah menyerukan “pemeriksaan menyeluruh” dari kesepakatan Twitter dengan alasan keamanan nasional.

Dalam sebuah pernyataan, Wyden mengatakan: “Mengingat sejarah rezim Saudi dalam memenjarakan pengkritik, menanam mata-mata di Twitter, dan secara brutal membunuh seorang jurnalis Washington Post, rezim Saudi harus diblokir dari mengakses informasi akun Twitter, pesan langsung, dan data lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lawan politik atau untuk menekan kritik terhadap keluarga kerajaan."

“Saya sudah lama berpendapat bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan keamanan nasional dalam melindungi data Amerika dari pemerintah asing yang kejam, dan rezim Saudi ini benar-benar cocok dengan deskripsi itu," paparnya, seperti dikutip The Guardian, Sabtu (5/11/2022).

Laporan pers yang muncul setelah penahanan para bangsawan Arab Saudi di Ritz Carlton merinci bagaimana tahanan yang kaya disiksa dan dipaksa selama penahanan mereka di sana, dan kehilangan kekayaan mereka setelah tuduhan korupsi, meskipun tidak pernah ada tuduhan resmi, bukti, atau proses pengadilan.

Pangeran Alwaleed, yang dilaporkan tampak "kurang makan dan kuyu" selama tinggal di Ritz Carlton, membahas pengurungannya dengan Bloomberg pada Maret 2018, tujuh minggu setelah dia dibebaskan.

Dalam wawancara tersebut, Pangeran Alwaleed membantah adanya penganiayaan atau penyiksaan, tetapi mengakui bahwa dia telah mencapai “kesepakatan” dengan kerajaan yang “rahasia antara saya dan pemerintah”.

Dia mengeklaim hubungannya dengan Pangeran Mohammed bin Salman telah tumbuh "lebih kuat" setelah ditahan dan bahwa mereka berbicara atau mengirim pesan satu sama lain beberapa kali seminggu.

Dia juga mengatakan dia akan diizinkan untuk bepergian, meskipun pengamat telah mencatat bahwa Pangeran Alwaleed—yang perusahaannya juga memiliki investasi signifikan di Uber, Citibank, dan Lyft—belum terlihat di luar Arab Saudi atau sekutunya Uni Emirat Arab sejak pengurungannya.

Pada bulan April, setelah Elon Musk pertama kali mengajukan tawaran beraninya untuk mengambil alih Twitter, itu ditolak oleh Pangeran Alwaleed dalam sebuah tweet.

“Saya tidak percaya bahwa tawaran yang diajukan oleh @elonmusk (USD54.20) mendekati nilai intrinsik @Twitter mengingat prospek pertumbuhannya. Menjadi salah satu pemegang saham terbesar dan jangka panjang Twitter, @Kingdom_KHC dan saya menolak tawaran ini,” tulisnya, merujuk pada perusahaan investasinya, Kingdom Holding, yang pertama kali berinvestasi di Twitter pada 2011.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1866 seconds (0.1#10.140)