Korea Utara Tembakkan 10 Rudal di Dekat Perairan Korea Selatan
loading...
A
A
A
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) meluncurkan 10 rudal balistik dari daerah di sepanjang pantainya. Satu rudal melintasi perbatasan laut de facto yang memisahkan kedua Korea untuk pertama kalinya sejak 1950-an.
Langkah itu dilakukan hanya satu hari setelah Pyongyang mengecam latihan perang yang sedang berlangsung antara Washington dan Seoul. Korut berjanji mengambil "langkah-langkah kuat" sebagai tanggapan.
Setelah mengumumkan tembakan awal tiga rudal sebelumnya pada Rabu (2/11/2022), Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan (Korsel) mencatat 10 proyektil dari "berbagai jenis" ditembakkan ke Laut Timur dan Barat.
Tiga amunisi itu disebut rudal balistik jarak pendek (SRBM) dan salah satunya memasuki zona penyangga antara kedua belah pihak.
“Peluncuran rudal Korea Utara yang menandai pertama kalinya sejak pembagian semenanjung yang (setiap rudal telah) mendarat di dekat perairan teritorial kami di selatan Garis Batas Utara, sangat langka dan tidak dapat ditoleransi,” tegas Kepala Staf Gabungan militer Korsel dalam siaran pers, dikutip kantor berita Yonhap.
“Militer akan menanggapi dengan tegas provokasi ini,” ungkap pernyataan Kepala Staf Gabungan Korsel.
Menurut militer, SRBM mendarat di laut sekitar 26 kilometer selatan Garis Batas Utara, yang ditetapkan sebagai perbatasan maritim tentatif antara Korea Utara dan Selatan pada tahun 1953 setelah Perang Korea.
Perang Korea belum secara resmi ditutup dengan perjanjian formal.
Meskipun rudal itu jatuh jauh dari daratan, peluncuran itu tetap memicu sirene serangan udara di Pulau Ulleung, Korea Selatan.
“Penembakan rudal itu mendorong penduduk yang panik untuk berlindung,” ungkap laporan Yonhap.
Unjuk kekuatan terjadi di tengah latihan “Vigilant Storm” selama sepekan yang diadakan Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Latihan itu mengerahkan ratusan pesawat yang melakukan lebih dari 1.600 latihan sorti dan manuver udara lainnya.
Pyongyang mengecam latihan itu sebagai provokatif, bahkan menyebutnya bisa menjadi persiapan untuk serangan nuklir di Korea Utara.
Latihan 'Vigilant Storm' mengikuti beberapa putaran lain dari latihan perang antara Washington dan Seoul dalam beberapa bulan terakhir.
Beberapa latihan juga melibatkan Tokyo, yang semuanya telah dikutuk oleh Korea Utara sebagai latihan untuk invasi.
Pyongyang telah menanggapi dengan rekor sejumlah uji coba senjata tahun ini. Aksi itu memicu kekhawatiran di antara para pejabat AS dan Korea Selatan bahwa Korut dapat bersiap melakukan uji coba nuklir lainnya.
Langkah itu dilakukan hanya satu hari setelah Pyongyang mengecam latihan perang yang sedang berlangsung antara Washington dan Seoul. Korut berjanji mengambil "langkah-langkah kuat" sebagai tanggapan.
Setelah mengumumkan tembakan awal tiga rudal sebelumnya pada Rabu (2/11/2022), Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan (Korsel) mencatat 10 proyektil dari "berbagai jenis" ditembakkan ke Laut Timur dan Barat.
Tiga amunisi itu disebut rudal balistik jarak pendek (SRBM) dan salah satunya memasuki zona penyangga antara kedua belah pihak.
“Peluncuran rudal Korea Utara yang menandai pertama kalinya sejak pembagian semenanjung yang (setiap rudal telah) mendarat di dekat perairan teritorial kami di selatan Garis Batas Utara, sangat langka dan tidak dapat ditoleransi,” tegas Kepala Staf Gabungan militer Korsel dalam siaran pers, dikutip kantor berita Yonhap.
“Militer akan menanggapi dengan tegas provokasi ini,” ungkap pernyataan Kepala Staf Gabungan Korsel.
Menurut militer, SRBM mendarat di laut sekitar 26 kilometer selatan Garis Batas Utara, yang ditetapkan sebagai perbatasan maritim tentatif antara Korea Utara dan Selatan pada tahun 1953 setelah Perang Korea.
Perang Korea belum secara resmi ditutup dengan perjanjian formal.
Meskipun rudal itu jatuh jauh dari daratan, peluncuran itu tetap memicu sirene serangan udara di Pulau Ulleung, Korea Selatan.
“Penembakan rudal itu mendorong penduduk yang panik untuk berlindung,” ungkap laporan Yonhap.
Unjuk kekuatan terjadi di tengah latihan “Vigilant Storm” selama sepekan yang diadakan Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Latihan itu mengerahkan ratusan pesawat yang melakukan lebih dari 1.600 latihan sorti dan manuver udara lainnya.
Pyongyang mengecam latihan itu sebagai provokatif, bahkan menyebutnya bisa menjadi persiapan untuk serangan nuklir di Korea Utara.
Latihan 'Vigilant Storm' mengikuti beberapa putaran lain dari latihan perang antara Washington dan Seoul dalam beberapa bulan terakhir.
Beberapa latihan juga melibatkan Tokyo, yang semuanya telah dikutuk oleh Korea Utara sebagai latihan untuk invasi.
Pyongyang telah menanggapi dengan rekor sejumlah uji coba senjata tahun ini. Aksi itu memicu kekhawatiran di antara para pejabat AS dan Korea Selatan bahwa Korut dapat bersiap melakukan uji coba nuklir lainnya.
(sya)