Apa Itu Bom Nuklir Gravitasi? Senjata AS untuk NATO yang Dicemaskan Rusia
loading...
A
A
A
Upgrade bom gravitasi telah dilakukan selama bertahun-tahun hingga sekarang, dan proyek tersebut telah telah digambarkan sebagai proyek bom nuklir paling mahal yang pernah ada.
Bom B61-12 sepanjang 12 kaki membawa hulu ledak 50 kiloton—setara dengan 50.000 ton TNT—dan sangat presisi, berkat kemudi ekor yang terkontrol yang juga memungkinkan pelepasan parasutnya.
Karena alat tersebut, pilot pesawat tempur tidak harus terbang tepat di atas target untuk menjatuhkan bom.
Majalah militer The National Interest pada Senin (31/10/2022), menggambarkan B61-12 sebagai "senjata nuklir paling berbahaya di gudang senjata Amerika" karena keserbagunaannya daripada hasil nuklirnya, yang lebih rendah daripada yang lain. Bom ini juga bisa menembus ke bawah tanah.
Bom nuklir B83, sebagai perbandingan, memiliki hasil maksimum 1,2 megaton, atau 1.200 kiloton.
Menurut laporan majalah itu, kombinasi akurasi dan hasil rendah yang menjadi ciri bom gravitasi B61-12 adalah yang membuatnya menjadi bom nuklir yang paling dapat digunakan di gudang senjata Amerika.
Laporan itu menambahkan, "Akurasi adalah penentu paling penting dari kekuatan mematikan senjata nuklir."
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada Politico bahwa pengerahan bom gravitasi B61-12 yang dipercepat sama sekali tidak terkait dengan peristiwa terkini di Ukraina dan tidak dipercepat dengan cara apa pun.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa langkah itu dilakukan pada saat ketegangan yang memanas dengan Rusia. Pengerahan senjata itu membawa risikonya sendiri untuk meningkatkan situasi yang sudah memanas.
Saat ini, menurut Reuters, AS memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis yang dikerahkan, dengan setengahnya dikerahkan di pangkalan sekutu NATO di Belgia, Italia, Jerman, Belanda, dan Turki.
Bom B61-12 sepanjang 12 kaki membawa hulu ledak 50 kiloton—setara dengan 50.000 ton TNT—dan sangat presisi, berkat kemudi ekor yang terkontrol yang juga memungkinkan pelepasan parasutnya.
Karena alat tersebut, pilot pesawat tempur tidak harus terbang tepat di atas target untuk menjatuhkan bom.
Majalah militer The National Interest pada Senin (31/10/2022), menggambarkan B61-12 sebagai "senjata nuklir paling berbahaya di gudang senjata Amerika" karena keserbagunaannya daripada hasil nuklirnya, yang lebih rendah daripada yang lain. Bom ini juga bisa menembus ke bawah tanah.
Bom nuklir B83, sebagai perbandingan, memiliki hasil maksimum 1,2 megaton, atau 1.200 kiloton.
Menurut laporan majalah itu, kombinasi akurasi dan hasil rendah yang menjadi ciri bom gravitasi B61-12 adalah yang membuatnya menjadi bom nuklir yang paling dapat digunakan di gudang senjata Amerika.
Laporan itu menambahkan, "Akurasi adalah penentu paling penting dari kekuatan mematikan senjata nuklir."
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada Politico bahwa pengerahan bom gravitasi B61-12 yang dipercepat sama sekali tidak terkait dengan peristiwa terkini di Ukraina dan tidak dipercepat dengan cara apa pun.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa langkah itu dilakukan pada saat ketegangan yang memanas dengan Rusia. Pengerahan senjata itu membawa risikonya sendiri untuk meningkatkan situasi yang sudah memanas.
Saat ini, menurut Reuters, AS memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis yang dikerahkan, dengan setengahnya dikerahkan di pangkalan sekutu NATO di Belgia, Italia, Jerman, Belanda, dan Turki.