Apa Itu Bom Nuklir Gravitasi? Senjata AS untuk NATO yang Dicemaskan Rusia
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pangkalan NATO di Eropa akan menerima upgrade bom nuklir gravitasi B61-12 dari Amerika Serikat (AS) pada Desember tahun ini. Senjata yang cara penggunaannya dijatuhkan dari udara ini telah membuat cemas Rusia.
Rencana Washington memasok bom B61-12 kepada NATO telah dibahas selama pertemuan tertutup di Brussels bulan ini.
Menurut Politico, rencana pengiriman bom itu lebih cepat beberapa bulan dari jadwal semula.
Rusia cepat bereaksi dengan mengatakan bahwa Moskow akan mempertimbangkan langkah Amerika itu dalam perencanaan militernya.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengumumkan bahwa keputusan untuk mempercepat penyebaran bom B61-12 yang di-upgrade akan menurunkan "ambang batas nuklir".
"Kami tidak dapat mengabaikan rencana untuk memodernisasi senjata nuklir, bom jatuh bebas yang ada di Eropa," kata Grushko kepada kantor berita RIA.
"Amerika Serikat sedang memodernisasi mereka, meningkatkan akurasi dan mengurangi kekuatan muatan nuklir, yaitu, mereka mengubah senjata ini menjadi 'senjata medan perang', sehingga mengurangi ambang batas nuklir," imbuh Grushko.
Apa Itu Bom Nuklir Gravitasi?
B61-12 adalah versi modern dari B61, keluarga bom nuklir gravitasi yang telah menjadi bagian dari stok senjata militer AS sejak 1968.
Upgrade bom gravitasi telah dilakukan selama bertahun-tahun hingga sekarang, dan proyek tersebut telah telah digambarkan sebagai proyek bom nuklir paling mahal yang pernah ada.
Bom B61-12 sepanjang 12 kaki membawa hulu ledak 50 kiloton—setara dengan 50.000 ton TNT—dan sangat presisi, berkat kemudi ekor yang terkontrol yang juga memungkinkan pelepasan parasutnya.
Karena alat tersebut, pilot pesawat tempur tidak harus terbang tepat di atas target untuk menjatuhkan bom.
Majalah militer The National Interest pada Senin (31/10/2022), menggambarkan B61-12 sebagai "senjata nuklir paling berbahaya di gudang senjata Amerika" karena keserbagunaannya daripada hasil nuklirnya, yang lebih rendah daripada yang lain. Bom ini juga bisa menembus ke bawah tanah.
Bom nuklir B83, sebagai perbandingan, memiliki hasil maksimum 1,2 megaton, atau 1.200 kiloton.
Menurut laporan majalah itu, kombinasi akurasi dan hasil rendah yang menjadi ciri bom gravitasi B61-12 adalah yang membuatnya menjadi bom nuklir yang paling dapat digunakan di gudang senjata Amerika.
Laporan itu menambahkan, "Akurasi adalah penentu paling penting dari kekuatan mematikan senjata nuklir."
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada Politico bahwa pengerahan bom gravitasi B61-12 yang dipercepat sama sekali tidak terkait dengan peristiwa terkini di Ukraina dan tidak dipercepat dengan cara apa pun.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa langkah itu dilakukan pada saat ketegangan yang memanas dengan Rusia. Pengerahan senjata itu membawa risikonya sendiri untuk meningkatkan situasi yang sudah memanas.
Saat ini, menurut Reuters, AS memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis yang dikerahkan, dengan setengahnya dikerahkan di pangkalan sekutu NATO di Belgia, Italia, Jerman, Belanda, dan Turki.
Rusia, di sisi lain, diperkirakan memiliki sekitar 2.000 senjata semacam itu.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), Rusia dan AS saat ini memiliki sekitar 90 persen dari semua hulu ledak nuklir, dengan masing-masing memiliki sekitar 4.000 hulu ledak dalam persediaan militer mereka.
Rencana Washington memasok bom B61-12 kepada NATO telah dibahas selama pertemuan tertutup di Brussels bulan ini.
Menurut Politico, rencana pengiriman bom itu lebih cepat beberapa bulan dari jadwal semula.
Rusia cepat bereaksi dengan mengatakan bahwa Moskow akan mempertimbangkan langkah Amerika itu dalam perencanaan militernya.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengumumkan bahwa keputusan untuk mempercepat penyebaran bom B61-12 yang di-upgrade akan menurunkan "ambang batas nuklir".
"Kami tidak dapat mengabaikan rencana untuk memodernisasi senjata nuklir, bom jatuh bebas yang ada di Eropa," kata Grushko kepada kantor berita RIA.
"Amerika Serikat sedang memodernisasi mereka, meningkatkan akurasi dan mengurangi kekuatan muatan nuklir, yaitu, mereka mengubah senjata ini menjadi 'senjata medan perang', sehingga mengurangi ambang batas nuklir," imbuh Grushko.
Apa Itu Bom Nuklir Gravitasi?
B61-12 adalah versi modern dari B61, keluarga bom nuklir gravitasi yang telah menjadi bagian dari stok senjata militer AS sejak 1968.
Upgrade bom gravitasi telah dilakukan selama bertahun-tahun hingga sekarang, dan proyek tersebut telah telah digambarkan sebagai proyek bom nuklir paling mahal yang pernah ada.
Bom B61-12 sepanjang 12 kaki membawa hulu ledak 50 kiloton—setara dengan 50.000 ton TNT—dan sangat presisi, berkat kemudi ekor yang terkontrol yang juga memungkinkan pelepasan parasutnya.
Karena alat tersebut, pilot pesawat tempur tidak harus terbang tepat di atas target untuk menjatuhkan bom.
Majalah militer The National Interest pada Senin (31/10/2022), menggambarkan B61-12 sebagai "senjata nuklir paling berbahaya di gudang senjata Amerika" karena keserbagunaannya daripada hasil nuklirnya, yang lebih rendah daripada yang lain. Bom ini juga bisa menembus ke bawah tanah.
Bom nuklir B83, sebagai perbandingan, memiliki hasil maksimum 1,2 megaton, atau 1.200 kiloton.
Menurut laporan majalah itu, kombinasi akurasi dan hasil rendah yang menjadi ciri bom gravitasi B61-12 adalah yang membuatnya menjadi bom nuklir yang paling dapat digunakan di gudang senjata Amerika.
Laporan itu menambahkan, "Akurasi adalah penentu paling penting dari kekuatan mematikan senjata nuklir."
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada Politico bahwa pengerahan bom gravitasi B61-12 yang dipercepat sama sekali tidak terkait dengan peristiwa terkini di Ukraina dan tidak dipercepat dengan cara apa pun.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa langkah itu dilakukan pada saat ketegangan yang memanas dengan Rusia. Pengerahan senjata itu membawa risikonya sendiri untuk meningkatkan situasi yang sudah memanas.
Saat ini, menurut Reuters, AS memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis yang dikerahkan, dengan setengahnya dikerahkan di pangkalan sekutu NATO di Belgia, Italia, Jerman, Belanda, dan Turki.
Rusia, di sisi lain, diperkirakan memiliki sekitar 2.000 senjata semacam itu.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), Rusia dan AS saat ini memiliki sekitar 90 persen dari semua hulu ledak nuklir, dengan masing-masing memiliki sekitar 4.000 hulu ledak dalam persediaan militer mereka.
(min)