Mengapa Kembali Terjadi Lonjakan Infeksi Covid-19 di AS?

Selasa, 07 Juli 2020 - 06:18 WIB
loading...
Mengapa Kembali Terjadi Lonjakan Infeksi Covid-19 di AS?
Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Jumlah kasus Covid-19 baru di Amerika Serikat (AS) mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak awal pandemi pada bulan April. Respon yang tidak optimal, politisasi penggunaan masker dan jarak fisik, dan timbulnya kepuasaan dini menjadi beberapa alasan ini bisa terjadi.

Melansir Japan Today, tidak seperti Eropa dan sebagian Asia Timur, infeksi di AS tidak pernah benar-benar turun dari puncaknya. Di mana negara-negara lain dapat berbicara tentang perencanaan untuk gelombang kedua, AS yang merupakan negara yang paling terpukul di dunia masih mengalami gelombang pertama.

(Baca: Klaim Terdepan Hadapi Covid-19, Trump: AS akan Miliki Vaksin Sebelum Akhir Tahun )

Pada bulan April, jumlah kasus harian baru di atas 30 ribu, yang stabil untuk beberapa waktu sekitar 20 ribu per hari pada Mei, sebelum kembali melambung menjadi lebih dari 30 ribu dalam beberapa pekan terakhir.

Angka-angka ini sebenarnya mencerminkan dampak kumulatif dari wabah regional. New York dan wilayah timur laut AS menjadi pusat infeksi pada bulan Februari dan Maret, tetapi sejak itu mereka bisa mengendalikan infeksi dan kurva mereka berbentuk seperti lonceng Eropa.

Namun, sejak Juni virus itu telah meledak di selatan dan barat negara itu. Di negara-negara bagian seperti Arizona, Florida dan Texas. Lonjakan ini sebagian terkait dengan pertemuan besar pada Hari Peringatan pada tanggal 31 Mei, pelonggaran penguncian resmi, dan meningkatnya rasa puas pada tingkat individu.

(Baca: Rekor Dunia, AS Catat 55 Ribu Lebih Kasus Baru Covid-19 dalam Sehari )

Di beberapa negara bagian AS, menggunakan masker dan menjaga jarak belum menjadi sebuah kewajiban. Perbedaan kebijakan antara negara bagian ini mencerminkan politik terpolarisasi di negara itu, dengan banyak pendukung Partai Republik melemparkan masker sebagai serangan terhadap kebebasan mereka dan konspirasi liberal untuk menyulut ketakutan.

Selain karena faktor masker dan menjaga jarak sosial, Epidemiolog juga melacak dampak protes terhadap rasisme yang dipicu oleh pembunuhan polisi George Floyd pada 25 Mei pada peningkatan kasus.

"Beberapa bulan yang lalu angkanya meningkat, sebagian besar terkonsentrasi di beberapa negara bagian, sedangkan sekarang jumlahnya jauh lebih luas. Peningkatan yang kita lihat sekarang memiliki kapasitas untuk menghasilkan lebih banyak penyakit di masa depan," ucap kata William Hanage, seorang ahli epidemiologi Harvard.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1398 seconds (0.1#10.140)