Topan Sitrang Terjang Bangladesh, 16 Tewas dan Jutaan Dievakuasi
loading...
A
A
A
DHAKA - Sedikitnya 16 orang tewas setelah topan Sitrang menghantam Bangladesh. Topan juga memaksa evakuasi sekitar satu juta orang dari rumah mereka.
Sekitar 10 juta orang tanpa listrik di 15 distrik pesisir, sementara sekolah-sekolah ditutup di seluruh wilayah selatan dan barat daya.
Topan - setara dengan badai di Atlantik atau topan di Pasifik - adalah ancaman biasa tetapi para ilmuwan mengatakan perubahan iklim kemungkinan membuat mereka lebih intens dan sering.
Topan Sitrang mendarat di Bangladesh selatan pada Senin malam tetapi pihak berwenang berhasil menyelamatkan sekitar satu juta orang sebelum sistem cuaca monster melanda.
Seorang pejabat pemerintah, Jebun Nahar, mengatakan 14 orang tewas. Sebagian besar korban karena tertimpa pohon tumbang, dan dua orang tewas setelah sebuah perahu tenggelam dalam cuaca buruk di sungai Jamuna di utara.
"Kami masih belum mendapatkan semua laporan kerusakan," katanya kepada AFP seperti dilansir dari France 24, Selasa (25/10/2022).
Sekretaris Kementerian Penanggulangan Bencana Bangladesh, Kamrul Ahsan kepada AFP mengatakan, mereka yang dievakuasi berasal dari daerah dataran rendah seperti pulau-pulau terpencil dan tepi sungai dipindahkan ke ribuan tempat perlindungan topan bertingkat.
"Mereka bermalam di tempat penampungan angin topan. Dan pagi ini banyak yang kembali ke rumah mereka," ujarnya.
Sejumlah pejabat mengungkapkan dalam beberapa kasus, polisi harus membujuk penduduk desa yang enggan meninggalkan rumah mereka.
Sementara itu pohon-pohon tumbang hingga ke ibu kota Dhaka, ratusan kilometer dari pusat badai.
Hujan lebat melanda sebagian besar negara itu, membanjiri kota-kota seperti Dhaka, Khulna dan Barisal yang mengalami curah hujan 324 milimeter pada hari Senin.
Para pejabat mengatakan sekitar 33.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar, yang secara kontroversial dipindahkan dari daratan ke pulau rawan badai di Teluk Benggala, diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah dan tidak ada laporan mengenai korban atau kerusakan.
Namun, gelombang badai besar yang ditakuti tidak terwujud.
Di pulau selatan Maheshkhali, topan menumbangkan banyak pohon dan menimbulkan kepanikan setelah listrik dan telekomunikasi terputus.
"Begitulah kekuatan angin kami tidak bisa tidur di malam hari karena takut rumah kami hancur. Ular masuk ke banyak rumah. Air juga menggenangi banyak rumah," kata Tahmidul Islam (25) warga Maheshkhali.
Administrator distrik regional, Aminul Ahsan mengatakan kepada AFP, di wilayah Barisal yang paling parah terkena dampak, hujan lebat dan angin kencang mendatangkan malapetaka bagi pertanian sayuran.
Para pejabat mengatakan di negara bagian Bengal Barat, India timur, ribuan orang dievakuasi pada Senin kemarin ke lebih dari 100 pusat bantuan, tetapi tidak ada laporan kerusakan dan orang-orang kembali ke rumah pada Selasa.
Tahun lalu, lebih dari satu juta orang dievakuasi di sepanjang pantai timur India sebelum Topan Yaas menerjang daerah itu dengan angin berhembus hingga 155 kilometer per jam atau setara dengan badai Kategori 2.
Topan Amphan, "topan super" kedua yang pernah tercatat di Teluk Benggala, yang melanda pada tahun 2020, menewaskan lebih dari 100 orang di Bangladesh dan India, serta memberi dampak bagi jutaan orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, prakiraan yang lebih baik dan perencanaan evakuasi yang lebih efektif secara dramatis telah mengurangi jumlah korban tewas akibat badai semacam itu. Tercatat yang terburuk, pada tahun 1970, menewaskan ratusan ribu orang.
Sekitar 10 juta orang tanpa listrik di 15 distrik pesisir, sementara sekolah-sekolah ditutup di seluruh wilayah selatan dan barat daya.
Topan - setara dengan badai di Atlantik atau topan di Pasifik - adalah ancaman biasa tetapi para ilmuwan mengatakan perubahan iklim kemungkinan membuat mereka lebih intens dan sering.
Topan Sitrang mendarat di Bangladesh selatan pada Senin malam tetapi pihak berwenang berhasil menyelamatkan sekitar satu juta orang sebelum sistem cuaca monster melanda.
Seorang pejabat pemerintah, Jebun Nahar, mengatakan 14 orang tewas. Sebagian besar korban karena tertimpa pohon tumbang, dan dua orang tewas setelah sebuah perahu tenggelam dalam cuaca buruk di sungai Jamuna di utara.
"Kami masih belum mendapatkan semua laporan kerusakan," katanya kepada AFP seperti dilansir dari France 24, Selasa (25/10/2022).
Sekretaris Kementerian Penanggulangan Bencana Bangladesh, Kamrul Ahsan kepada AFP mengatakan, mereka yang dievakuasi berasal dari daerah dataran rendah seperti pulau-pulau terpencil dan tepi sungai dipindahkan ke ribuan tempat perlindungan topan bertingkat.
"Mereka bermalam di tempat penampungan angin topan. Dan pagi ini banyak yang kembali ke rumah mereka," ujarnya.
Sejumlah pejabat mengungkapkan dalam beberapa kasus, polisi harus membujuk penduduk desa yang enggan meninggalkan rumah mereka.
Sementara itu pohon-pohon tumbang hingga ke ibu kota Dhaka, ratusan kilometer dari pusat badai.
Hujan lebat melanda sebagian besar negara itu, membanjiri kota-kota seperti Dhaka, Khulna dan Barisal yang mengalami curah hujan 324 milimeter pada hari Senin.
Para pejabat mengatakan sekitar 33.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar, yang secara kontroversial dipindahkan dari daratan ke pulau rawan badai di Teluk Benggala, diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah dan tidak ada laporan mengenai korban atau kerusakan.
Namun, gelombang badai besar yang ditakuti tidak terwujud.
Di pulau selatan Maheshkhali, topan menumbangkan banyak pohon dan menimbulkan kepanikan setelah listrik dan telekomunikasi terputus.
"Begitulah kekuatan angin kami tidak bisa tidur di malam hari karena takut rumah kami hancur. Ular masuk ke banyak rumah. Air juga menggenangi banyak rumah," kata Tahmidul Islam (25) warga Maheshkhali.
Administrator distrik regional, Aminul Ahsan mengatakan kepada AFP, di wilayah Barisal yang paling parah terkena dampak, hujan lebat dan angin kencang mendatangkan malapetaka bagi pertanian sayuran.
Para pejabat mengatakan di negara bagian Bengal Barat, India timur, ribuan orang dievakuasi pada Senin kemarin ke lebih dari 100 pusat bantuan, tetapi tidak ada laporan kerusakan dan orang-orang kembali ke rumah pada Selasa.
Tahun lalu, lebih dari satu juta orang dievakuasi di sepanjang pantai timur India sebelum Topan Yaas menerjang daerah itu dengan angin berhembus hingga 155 kilometer per jam atau setara dengan badai Kategori 2.
Topan Amphan, "topan super" kedua yang pernah tercatat di Teluk Benggala, yang melanda pada tahun 2020, menewaskan lebih dari 100 orang di Bangladesh dan India, serta memberi dampak bagi jutaan orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, prakiraan yang lebih baik dan perencanaan evakuasi yang lebih efektif secara dramatis telah mengurangi jumlah korban tewas akibat badai semacam itu. Tercatat yang terburuk, pada tahun 1970, menewaskan ratusan ribu orang.
(ian)