Dibayangi Invasi China, Taiwan-AS Teken Kesepakatan Soal Rudal Patriot

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 14:44 WIB
loading...
Dibayangi Invasi China,...
Dibayangi ancaman invasi oleh China, Taiwan menandatangani kesepakatan dengan AS untuk mempertahankan sistem pertahanan rudal Patriot. Foto/Ilustrasi
A A A
TAIPEI - Taiwan dan Amerika Serikat (AS) telah menandatangani kesepakatan untuk mempertahankan sistem pertahanan udara MIM-104 Patriot di pulau itu selama lima tahun lagi. Hal itu diumumkan oleh otoritas Taiwan melalui sebuah postingan.

Menurut South China Morning Post (SCMP), yang pertama kali melaporkan hal tersebut, kesepakatan itu diumumkan pada platform pengadaan online Kementerian Pertahanan Taiwan.

Menurut surat kabar yang berbasis di Hong Kong itu, sebuah sumber di militer Taiwan mengatakan bahwa kesepakatan itu menyerukan tim teknik dari Lockheed Martin dan Raytheon, dua kontraktor pertahanan AS, untuk ditempatkan di Taiwan buat jangka panjang.

“Pengiriman kelompok (ke Taiwan) tidak hanya akan membantu meningkatkan servis rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) tetapi juga memastikan servis tepat waktu untuk sistem kami,” kata sumber itu kepada SCMP yang dinukil Sputnik, Jumat (21/10/2022).

Baca: Pejabat Taipei: Xi Jinping Akan Jadi Pendosa bagi Seluruh Orang China Jika Serang Taiwan

Kesepakatan itu dilaporkan dibuat setelah Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menembakkan 11 rudal ke Taiwan selama latihan militer pada Agustus lalu, yang diadakan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi (D-CA) ke pulau itu.

Selama kunjungan itu, Pelosi, pejabat tertinggi ketiga AS, berbicara dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan mengutuk Republik Rakyat China (RRC) karena berusaha menyatukan kembali Beijing dengan pulau itu.

Beijing selalu menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya. Dukungan AS untuk pemerintah di Taiwan dilihat oleh Beijing sebagai campur tangan dalam urusan internal China, terutama sejak Washington mengalihkan pengakuannya terhadap pemerintah China yang sah dari Taipei ke Beijing pada 1978.

Sejak 2016, dukungan AS untuk pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen telah memperuncing hubungannya dengan China, berujung pada janji akan memasukkan kembali Taiwan ke negara itu.

Pada Kongres ke-20 Partai Komunis China awal pekan ini, Presiden Xi Jinping menggandakan janji itu, dengan mengatakan bahwa reunifikasi damai atau paksa "harus dipenuhi."

Baca: Taiwan Tegaskan Sepenuhnya Siap Hadapi Invasi China

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Laksamana Michael Gilday, kepala operasi angkatan laut AS, keduanya telah menyuarakan peringatan terbaru dalam beberapa hari terakhir bahwa garis waktu China untuk bersatu kembali dengan Taiwan mungkin dipercepat.

"Apa yang telah kita lihat selama 20 tahun terakhir adalah bahwa mereka telah memenuhi setiap janji yang telah mereka buat lebih awal dari yang mereka katakan akan mereka tepati," kata Gilday kepada Dewan Atlantik, sebuah lembaga pemikir kebijakan AS yang berpengaruh.

"Jadi ketika kita berbicara tentang jendela 2027 dalam pikiran saya, itu pasti jendela 2022 atau berpotensi jendela 2023," tambahnya.

"Aku tidak bisa mengesampingkan hal itu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menjadi khawatir dengan mengatakan itu. Hanya saja kita tidak bisa mengabaikannya," ujar Gilday.

AS telah meningkatkan penjualan senjatanya ke Taiwan, berusaha membuat pulau itu "seberduri mungkin" untuk mencegah serangan China. Ini termasuk sejumlah besar senjata asimetris, seperti rudal jelajah, sistem pertahanan udara, dan torpedo, serta radar dan sistem pendukung lainnya.

Baca: Xi Jinping Isyaratkan Dapat Serang Taiwan, Partai Komunis China Tepuk Tangan

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Gagal Mendarat di Kapal...
Gagal Mendarat di Kapal Induk AS, Pesawat Tempur Senilai Rp1,2 Triliun Ini Jatuh ke Laut
5 Fakta Viralnya Foto...
5 Fakta Viralnya Foto AI Donald Trump sebagai Paus, Netizen Sebut Anti Kristus
Siapa Penn Badgley?...
Siapa Penn Badgley? Aktor Penganut Baha'i yang Selalu Membaca Alquran dan Merenungkan Maknanya
Jet Tempur J-36 China...
Jet Tempur J-36 China Diklaim Mampu Pecundangi Pesawat Pengebom Siluman B-21 AS
AS Pangkas Jumlah Jenderal...
AS Pangkas Jumlah Jenderal Bintang 4 hingga 20 Persen, Ada Apa?
Kisah Wanita Inggris...
Kisah Wanita Inggris Bangun dari Stroke dengan Aksen Mandarin, Padahal Belum Pernah ke Asia
J-36 China Diklaim Bisa...
J-36 China Diklaim Bisa Pecundangi Pesawat Pengebom B-21 AS
India dan Pakistan di...
India dan Pakistan di Ambang Perang, Bagaimana Perbandingan Kekuatan Militer Kedua Negara?
Spesifikasi Jet Tempur...
Spesifikasi Jet Tempur Rafale India dan Insiden Penembakan Tiga Pesawat oleh Pakistan
Rekomendasi
Turun Langsung, Anggota...
Turun Langsung, Anggota DPRK Nabire dari Partai Perindo Musa Mallisa Sambangi Korban Kebakaran
Aturan Penjualan dan...
Aturan Penjualan dan Kemasan Rokok dalam PP 28/2024 Bikin Petani Tembakau Was-was
3 Ketua PAC Datangi...
3 Ketua PAC Datangi Lagi Kantor DPP PDIP, Ada Apa?
Berita Terkini
Perang Nuklir India...
Perang Nuklir India dan Pakistan Bisa Korbankan Jutaan Nyawa Orang Tak Berdosa
Siapa Jaish-e Mohammed?...
Siapa Jaish-e Mohammed? Kelompok Pejuang Kashmir yang Diserang Jet Tempur India
Respons Pemimpin Dunia...
Respons Pemimpin Dunia atas Operasi Sindoor, Turki: Perang Habis-habisan Terbuka Lebar
6 Kriteria Paus Baru...
6 Kriteria Paus Baru yang Dipilih dalam Konklaf, Salah Satunya Penyembuh Luka Lama
Gagal Mendarat di Kapal...
Gagal Mendarat di Kapal Induk AS, Pesawat Tempur Senilai Rp1,2 Triliun Ini Jatuh ke Laut
Terungkap Alasan Tentara...
Terungkap Alasan Tentara India Kibarkan Bendera Putih
Infografis
AS Mulai Bagikan Info...
AS Mulai Bagikan Info Intel Ruang Angkasa Sensitif China-Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved