Banjir Jepang Tewaskan 20 Orang, Terbanyak di Panti Jompo
loading...
A
A
A
TOKYO - Banjir dan tanah longsor yang terjadi di Jepang diperkirakan menyebabkan sekitar 20 orang tewas. Proses pencarian korban terhambat air banjir yang dalam dan risiko tanah longsor di Jepang selatan, termasuk di fasilitas panti jompo di mana lebih dari belasan orang tewas dan sejumlah lainnya masih terdampar.
Helikopter dan kapal penyelamat berhasil mengangkut para korban dari rumah mereka di wilayah Kumamoto. Hingga 10.000 pasukan pertahanan, penjaga pantai dan pasukan pemadam kebakaran mengambil bagian dalam operasi tersebut.
Daerah besar di sepanjang Sungai Kuma ditelan oleh banjir dengan banyak rumah, bangunan, dan kendaraan yang terendam hampir sampai ke atapnya. Tanah longsor menghantam sejumlah rumah, mengirim para penduduk mengungsi ke atas atap untuk menyelamatkan diri.
Di sebuah panti jompo yang kebanjiran di Desa Kuma, setidaknya 14 orang diperkirakan tewas setelah penyelamat mencapai mereka pada hari Sabtu, kata para pejabat. Tiga orang lainnya menderita hipotermia.
Penyelamatan berlanjut pada hari ini, Minggu (5/7/2020), bagi puluhan warga dan pengasuh lainnya yang masih berada di fasilitas perawatan tepi sungai Senjuen, di mana sekitar 60 orang terperangkap ketika air banjir dan lumpur menyembur, kata para pejabat.
Secara keseluruhan, pejabat Kumamoto mengatakan mereka dapat mengkonfirmasi 18 orang yang diperkirakan meninggal, termasuk 14 di panti jompo, karena mereka terus menilai tingkat kerusakan. Televisi NHK mengatakan 16 dipastikan tewas, 16 lainnya diperkirakan tewas dan 14 masih hilang.
Di Kota Hitoyoshi, banjir melanda rumah-rumah di dekat stasiun kereta utama.
"Air naik ke lantai dua begitu cepat dan saya tidak bisa berhenti menggigil," kata seorang wanita berusia 55 tahun yang mengunjungi kerabatnya kepada surat kabar Asahi yang dinukil AP.
Ia dan kerabatnya lari ke lantai atas rumah, berenang keluar jendela dan akhirnya berlindung di atap untuk menunggu diselamatkan.
Ketika banjir menyusut di beberapa bagian Kumamoto pada hari Minggu, mesin penjual otomatis dan mobil-mobil berserakan di jalanan berlapis lumpur. Beberapa orang membersihkan rumah mereka, mengambil perabotan yang rusak dan membilas lumpur.
Lebih dari 200 ribu penduduk di prefektur Kumamoto didesak untuk mengungsi setelah hujan deras pada Jumat malam dan Sabtu. Tetapi evakuasi itu tidak wajib dan banyak orang memilih untuk tinggal di rumah karena khawatir akan tertular virus Corona, meskipun para pejabat mengatakan tempat penampungan dilengkapi dengan partisi dan langkah-langkah keamanan lainnya. (Baca: Hujan Deras Picu Banjir di Jepang, Belasan Orang Hilang )
Banjir juga memutus jalur listrik dan komunikasi, yang selanjutnya menunda pencarian serta penyelamatan. Hampir 6.000 rumah di Kumamoto masih tanpa listrik pada hari Minggu, menurut Kyushu Electric Power Co.
Curah hujan yang melebihi 100 milimeter per jam sejak itu mereda tetapi Badan Meteorologi Jepang memberikan peringatan tanah longsor di seluruh Kumamoto.
Helikopter dan kapal penyelamat berhasil mengangkut para korban dari rumah mereka di wilayah Kumamoto. Hingga 10.000 pasukan pertahanan, penjaga pantai dan pasukan pemadam kebakaran mengambil bagian dalam operasi tersebut.
Daerah besar di sepanjang Sungai Kuma ditelan oleh banjir dengan banyak rumah, bangunan, dan kendaraan yang terendam hampir sampai ke atapnya. Tanah longsor menghantam sejumlah rumah, mengirim para penduduk mengungsi ke atas atap untuk menyelamatkan diri.
Di sebuah panti jompo yang kebanjiran di Desa Kuma, setidaknya 14 orang diperkirakan tewas setelah penyelamat mencapai mereka pada hari Sabtu, kata para pejabat. Tiga orang lainnya menderita hipotermia.
Penyelamatan berlanjut pada hari ini, Minggu (5/7/2020), bagi puluhan warga dan pengasuh lainnya yang masih berada di fasilitas perawatan tepi sungai Senjuen, di mana sekitar 60 orang terperangkap ketika air banjir dan lumpur menyembur, kata para pejabat.
Secara keseluruhan, pejabat Kumamoto mengatakan mereka dapat mengkonfirmasi 18 orang yang diperkirakan meninggal, termasuk 14 di panti jompo, karena mereka terus menilai tingkat kerusakan. Televisi NHK mengatakan 16 dipastikan tewas, 16 lainnya diperkirakan tewas dan 14 masih hilang.
Di Kota Hitoyoshi, banjir melanda rumah-rumah di dekat stasiun kereta utama.
"Air naik ke lantai dua begitu cepat dan saya tidak bisa berhenti menggigil," kata seorang wanita berusia 55 tahun yang mengunjungi kerabatnya kepada surat kabar Asahi yang dinukil AP.
Ia dan kerabatnya lari ke lantai atas rumah, berenang keluar jendela dan akhirnya berlindung di atap untuk menunggu diselamatkan.
Ketika banjir menyusut di beberapa bagian Kumamoto pada hari Minggu, mesin penjual otomatis dan mobil-mobil berserakan di jalanan berlapis lumpur. Beberapa orang membersihkan rumah mereka, mengambil perabotan yang rusak dan membilas lumpur.
Lebih dari 200 ribu penduduk di prefektur Kumamoto didesak untuk mengungsi setelah hujan deras pada Jumat malam dan Sabtu. Tetapi evakuasi itu tidak wajib dan banyak orang memilih untuk tinggal di rumah karena khawatir akan tertular virus Corona, meskipun para pejabat mengatakan tempat penampungan dilengkapi dengan partisi dan langkah-langkah keamanan lainnya. (Baca: Hujan Deras Picu Banjir di Jepang, Belasan Orang Hilang )
Banjir juga memutus jalur listrik dan komunikasi, yang selanjutnya menunda pencarian serta penyelamatan. Hampir 6.000 rumah di Kumamoto masih tanpa listrik pada hari Minggu, menurut Kyushu Electric Power Co.
Curah hujan yang melebihi 100 milimeter per jam sejak itu mereda tetapi Badan Meteorologi Jepang memberikan peringatan tanah longsor di seluruh Kumamoto.
(ber)