Nobel Perdamaian Diraih Para Penyeru HAM di Negara-negara Bekas Soviet

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 00:01 WIB
loading...
Nobel Perdamaian Diraih...
Aktivis Belarusia Ales Bialiatski. Foto/EPA-EFE/Anders Wiklund
A A A
OSLO - Seorang pembela hak asasi manusia (HAM) Belarusia dan dua kelompok sipil dari Rusia dan Ukraina dianugerahi Nobel Perdamaian 2022.

Komite Nobel Norwegia mengumumkan hal itu pada Jumat (7/10/2022).

“Para pemenang telah selama bertahun-tahun mempromosikan hak untuk mengkritik kekuasaan dan melindungi hak-hak dasar warga negara, dan telah melakukan upaya luar biasa untuk mendokumentasikan kejahatan perang, pelanggaran hak asasi manusia dan penyalahgunaan kekuasaan," ungkap pernyataan Komite Nobel Norwegia.

Hadiah itu diberikan kepada aktivis Belarusia Ales Bialiatski, Memorial Group yang ditutup Rusia tahun lalu, dan Pusat Kebebasan Sipil Ukraina.



Bialiatski adalah pendiri kelompok hak asasi Viasna (Musim Semi) dan kritikus vokal Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

Dia juga menyalahkan Rusia karena mendukung pemimpin Belarusia selama protes massal 2020 di negara itu, yang dimulai setelah Lukashenko terpilih kembali dalam apa yang diklaim oposisi sebagai pemilu palsu.

Tahun itu, Swedia telah menganugerahi aktivis itu Right Livelihood Award yang disebut-sebut sebagai alternatif dari Penghargaan Nobel Perdamaian.

Penegak hukum Belarusia menangkap Bialiatski pada 2021 atas tuduhan penggelapan pajak dan sejak itu menahannya dalam penahanan pra-sidang.

Pendukungnya menganggap pria berusia 60 tahun itu sebagai tahanan hati nurani.

Memorial adalah salah satu kelompok hak asasi manusia tertua di Rusia modern, awalnya dibuat pada 1989 untuk melestarikan memori para korban pembersihan Stalin.

Selama bertahun-tahun, lembaga tersebut semakin terlibat dalam aktivisme politik dan dianggap melanggar hukum di Rusia.

Pada 2016, lembaga itu ditetapkan sebagai agen asing karena Moskow menuduhnya mengambil uang dari sumber asing saat terlibat dalam kegiatan politik dalam negeri.

Tahun lalu, pengadilan melarangnya beroperasi di Rusia, dengan alasan kelompok itu berulang kali melanggar aturan yang berlaku untuk agen asing.

Memorial dan pendukungnya mengklaim kelompok tersebut telah menjadi korban penganiayaan politik.

Pusat Kebebasan Sipil di Ukraina telah beroperasi sejak 2007. Di antara inisiatif baru-baru ini adalah seruan mengadili Presiden Rusia Vladimir Putin atas tuduhan “kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.”

Komite Nobel Norwegia mengatakan ingin menghormati "tiga pejuang hak asasi manusia, demokrasi dan hidup berdampingan secara damai di negara-negara tetangga Belarusia, Rusia dan Ukraina."

“Ketiga pemenang itu melanjutkan impian Alfred Nobel tentang perdamaian abadi antar negara,” ungkap badan tersebut.

Tahun lalu, penghargaan itu diberikan kepada penulis investigasi Filipina-Amerika Maria Ressa dan jurnalis Rusia Dmitry Muratov.

Yang terakhir telah memimpin surat kabar oposisi Rusia terkemuka sejak awal 1990-an.

Presiden Ukraina Vladimir Zelenksy termasuk di antara individu dan organisasi yang dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini.

Mereka juga termasuk Alexey Navalny, tokoh oposisi Rusia yang saat ini menjalani hukuman penjara, dan Svetlana Tikhanovskaya, politisi dan kandidat presiden Belarusia, yang mengklaim telah memenangkan pemilu negara itu pada tahun 2020.

Ketiganya dianggap sebagai kandidat terdepan untuk hadiah tersebut.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Lukashenko Sebut Sekutu...
Lukashenko Sebut Sekutu NATO Sekarang Diam setelah Belarusia Dilindungi Senjata Nuklir Rusia
Negara Eropa Timur Ini...
Negara Eropa Timur Ini Undang 150.000 Pekerja Migran Asal Pakistan
3 Agen KGB Terbaik Sepanjang...
3 Agen KGB Terbaik Sepanjang Masa, Presiden Rusia Vladimir Putin Tak Masuk
Siapa Daniel Kahneman?...
Siapa Daniel Kahneman? Pemenang Nobel Ekonomi yang Memilih Bunuh Diri karena Tidak Suka Hidup di Usia Tua
3 Negara Pecahan Soviet...
3 Negara Pecahan Soviet yang Gabung NATO: Dulu Kawan, Sekarang Musuh Rusia
Daftar Presiden Rusia...
Daftar Presiden Rusia Sepanjang Sejarah, Baru 3 Orang dan Putin Terlama
Mantan Mata-mata Soviet:...
Mantan Mata-mata Soviet: Donald Trump Agen KGB dengan Nama Sandi Krasnov
Protes Genosida di Gaza,...
Protes Genosida di Gaza, Maladewa Larang Turis Israel
ICC Selidiki Hongaria...
ICC Selidiki Hongaria karena Tolak Tangkap PM Israel Netanyahu
Rekomendasi
10 Contoh Ucapan Hari...
10 Contoh Ucapan Hari Paskah untuk Teman Kantor, Penuh Semangat dan Makna Positif
PB PGRI Desak Tunjangan...
PB PGRI Desak Tunjangan Profesi Guru Dipertahankan di RUU Sisdiknas
Lindungi Aset Bisnis,...
Lindungi Aset Bisnis, Nawakara Tawarkan Sistem ISS Berbasis Risiko
Berita Terkini
Pemimpin Houthi: Israel...
Pemimpin Houthi: Israel Didukung AS Peras Palestina Bebaskan Tawanan tanpa Kompensasi
41 menit yang lalu
Perang Dagang, China...
Perang Dagang, China Ganti Minyak Mentah AS dengan Minyak Kanada
1 jam yang lalu
1 dari 10 Bom yang Dijatuhkan...
1 dari 10 Bom yang Dijatuhkan Israel di Jalur Gaza Gagal Meledak
2 jam yang lalu
ICC Minta Hongaria Jelaskan...
ICC Minta Hongaria Jelaskan Kegagalan Menangkap Benjamin Netanyahu
3 jam yang lalu
9 Pesawat Militer AS...
9 Pesawat Militer AS Kirim Bom Penghancur Bunker ke Israel, Persiapan Serang Iran?
4 jam yang lalu
3 Riwayat Penyakit Raja...
3 Riwayat Penyakit Raja Salman, Pemimpin Arab Saudi yang Masih Tangguh di Usia Senja
4 jam yang lalu
Infografis
Ilmuwan Klaim Temukan...
Ilmuwan Klaim Temukan Bukti Peradaban Kuno di Planet Mars
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved