Iran Tangkap 9 Warga Asing yang Ikut Aksi Protes Anti Hijab
loading...
A
A
A
TEHERAN - Kementerian Intelijen Iran mengatakan telah menangkap 9 orang asing karena terlibat protes anti-hijab baru-baru ini yang melanda negara itu. Warga asing yang ditangkap berasal dari negara-negara Eropa.
Dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita pemerintah, IRNA, Kementerian Intelijen mengatakan bahwa mereka yang ditangkap termasuk warga negara Jerman, Polandia, Italia, Prancis, Belanda, dan Swedia.
Pemeirntah Iran mengklaim bahwa protes harian yang melanda negara itu selama dua minggu terakhir dihasut oleh orang asing. Para pengunjuk rasa telah membantah klaim tersebut dan menggambarkan tindakan mereka sebagai pemberontakan spontan terhadap aturan berpakaian ketat negara itu, termasuk jilbab wajib bagi perempuan di depan umum.
Di masa lalu, Iran telah menahan orang asing, seringkali dengan klaim bahwa mereka adalah mata-mata tanpa memberikan bukti. Para kritikus mengecam praktik tersebut sebagai upaya Iran untuk menggunakan orang asing yang ditahan sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan konsesi dari komunitas internasional.
Sebelumnya pada bulan Juni, Iran menangkap dua warga negara Prancis, Cecile Kohler (37) dan Chuck Paris (69) karena bertemu dengan para guru yang memprotes dan mengambil bagian dalam rapat umum anti-pemerintah. Sejumlah orang Eropa juga ditahan di Iran dalam beberapa bulan terakhir, termasuk seorang turis Swedia, dua warga negara Prancis, seorang ilmuwan Polandia, dan lainnya.
“Penangkapan itu terjadi ketika dokumen pemerintah yang bocor menunjukkan bahwa Iran memerintahkan pasukan keamanannya untuk "menghadapi keras" demonstrasi anti-pemerintah yang pecah awal bulan ini,” kata Amnesty International, Jumat (30/9/2022), seperti dikutip dari AP.
Kelompok hak asasi yang berbasis di London itu juga mengatakan, pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 52 orang sejak protes atas kematian Mahsa Amini dimulai hampir dua minggu lalu, termasuk dengan menembakkan peluru tajam ke kerumunan dan memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat.
Dikatakan pasukan keamanan juga telah memukuli dan meraba-raba pengunjuk rasa perempuan yang melepas jilbab mereka untuk memprotes perlakuan terhadap perempuan oleh teokrasi Iran.
Dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita pemerintah, IRNA, Kementerian Intelijen mengatakan bahwa mereka yang ditangkap termasuk warga negara Jerman, Polandia, Italia, Prancis, Belanda, dan Swedia.
Pemeirntah Iran mengklaim bahwa protes harian yang melanda negara itu selama dua minggu terakhir dihasut oleh orang asing. Para pengunjuk rasa telah membantah klaim tersebut dan menggambarkan tindakan mereka sebagai pemberontakan spontan terhadap aturan berpakaian ketat negara itu, termasuk jilbab wajib bagi perempuan di depan umum.
Di masa lalu, Iran telah menahan orang asing, seringkali dengan klaim bahwa mereka adalah mata-mata tanpa memberikan bukti. Para kritikus mengecam praktik tersebut sebagai upaya Iran untuk menggunakan orang asing yang ditahan sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan konsesi dari komunitas internasional.
Sebelumnya pada bulan Juni, Iran menangkap dua warga negara Prancis, Cecile Kohler (37) dan Chuck Paris (69) karena bertemu dengan para guru yang memprotes dan mengambil bagian dalam rapat umum anti-pemerintah. Sejumlah orang Eropa juga ditahan di Iran dalam beberapa bulan terakhir, termasuk seorang turis Swedia, dua warga negara Prancis, seorang ilmuwan Polandia, dan lainnya.
“Penangkapan itu terjadi ketika dokumen pemerintah yang bocor menunjukkan bahwa Iran memerintahkan pasukan keamanannya untuk "menghadapi keras" demonstrasi anti-pemerintah yang pecah awal bulan ini,” kata Amnesty International, Jumat (30/9/2022), seperti dikutip dari AP.
Kelompok hak asasi yang berbasis di London itu juga mengatakan, pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 52 orang sejak protes atas kematian Mahsa Amini dimulai hampir dua minggu lalu, termasuk dengan menembakkan peluru tajam ke kerumunan dan memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat.
Dikatakan pasukan keamanan juga telah memukuli dan meraba-raba pengunjuk rasa perempuan yang melepas jilbab mereka untuk memprotes perlakuan terhadap perempuan oleh teokrasi Iran.