Pengamat Peringatkan Diskriminasi Muslim di India Kian Parah

Jum'at, 03 Juli 2020 - 20:01 WIB
loading...
A A A
“Berbagai media itu memakai nama kota lokal tapi tak ada yang benar-benar terkait dengan wilayah tersebut, dan semua berisi tulisan pro-India dan anti-Pakistan. Semua portal berita itu didaftar oleh Srivastava Group, perusahaan India yang tahun lalu membawa para politisi sayap kanan Eropa berkunjung ke Kashmir, dan bertemu Modi,” ungkap Zhou.

Bahkan saat acara pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan PM Modi di Houston dihadiri 50.000, termasuk para ekspatriat India di Negeri Paman Sam.

Jaringan luar negeri RSS dan BJP itu menjadi aset besar bagi pemerintahan Modi.

Saat kerusuhan sektarian terburuk di India yang menewaskan lebih dari 50 orang yang sebagian besar Muslim itu, Kanada lebih banyak diam. PM Kanada Justin Trudeau juga tak membuat pernyataan. (Lihat Infografis: Duet Rafale-SU30 India Siap Mengguncang Ketegangan di Perbatasan)

Negara-negara Barat juga lebih banyak diam saat Modi mencabut status otonomi Jammu dan Khashmir. “Lobi Hindutva di Barat berhasil dengan tujuan mereka membangun pengaruh global,” papar peneliti Fareeha Shamim.

RSS juga terus memicu kebencian dan fitnah pada Muslim di India dalam berbagai isu. Rumah sakit pemerintah India di Ahmedabad, misalnya, memisahkan para pasien Covid-19 berdasarkan agama mereka, dengan alasan mendapat perintah dari pemerintah. “Ini keputusan pemerintah,” ungkap Dr Gunvant H Rathod, kepala medis di Ahmedabad Civil Hospital pada surat kabar Indian Express. (Lihat Video: Pelaku Begal Menangis di Kaki Ibu, Korban Ternyata Kakak Angkat)
(sya)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0922 seconds (0.1#10.140)