Israel Pasang Sistem Senjata Remote Control di Pos Pemeriksaan Hebron, Warga Palestina Cemas
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Pasukan Israel baru-baru ini menempatkan sistem senjata yang dikendalikan dari jarak jauh atau remote control di sebuah pos pemeriksaan di Hebron di Tepi Barat yang diduduki. Demikian laporan surat kabar Israel, Haaretz.
Perangkat itu telah menyebabkan kecemasan bagi warga Palestina yang tinggal di Jalan Shuhada, sebuah lokasi di mana banyak pemukim ekstremis Israel tinggal, yang secara teratur melecehkan warga Palestina.
Senjata sistem kendali jarak jauh itu dibuat oleh perusahaan Smart Shooter dan dapat menembakkan granat kejut serta gas air mata dan peluru berujung spons.
"Sistem itu ditempatkan di tengah daerah padat penduduk, dengan ratusan orang lewat," kata pendiri Youth Against Settlements, Issa Amro, yang berasal dari Hebron, kepada Haaretz.
"Setiap kegagalan teknologi ini dapat berdampak pada banyak orang," imbuhnya seperti dikutip dari Al Araby, Selasa (27/9/2022).
Amro mengatakan dia memandang ini sebagai bagian transisi dari manusia ke kontrol teknologi dan mengatakan Palestina telah menjadi sarana bagi industri teknologi tinggi militer Israel untuk bereksperimen dan berlatih.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada Haaretz bahwa pihaknya sedang memeriksa kemungkinan menggunakan sistem yang dikendalikan dari jarak jauh untuk penerapan langkah-langkah penyebaran massa yang disetujui, yang tidak termasuk kendali jarak jauh dari tembakan langsung.
"Ini adalah bagian dari persiapan yang ditingkatkan militer untuk menentang pengganggu ketertiban di daerah itu," kata juru bicara militer Israel itu.
Israel secara rutin menerima kritik global atas penggunaan teknologi canggihnya terhadap Palestina.
Menurut laporan Washington Post tahun 2021, mereka telah mulai menggunakan sistem pengenalan wajah bernama "Serigala Biru" terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Teknologi ini mengandalkan informasi seperti nomor identitas dan alamat, tetapi juga persepsi negatif tentara Israel terhadap perilaku orang Palestina yang mereka temui.
Pasukan Israel juga mulai menggunakan drone pada 2018 yang dapat menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa di Jalur Gaza yang terkepung.
Tahun lalu, mereka mengirim "robot semi-otonom" dengan senapan mesin ke perbatasan antara Gaza dan Israel, menurut The Defense Post.
Perangkat itu telah menyebabkan kecemasan bagi warga Palestina yang tinggal di Jalan Shuhada, sebuah lokasi di mana banyak pemukim ekstremis Israel tinggal, yang secara teratur melecehkan warga Palestina.
Senjata sistem kendali jarak jauh itu dibuat oleh perusahaan Smart Shooter dan dapat menembakkan granat kejut serta gas air mata dan peluru berujung spons.
"Sistem itu ditempatkan di tengah daerah padat penduduk, dengan ratusan orang lewat," kata pendiri Youth Against Settlements, Issa Amro, yang berasal dari Hebron, kepada Haaretz.
"Setiap kegagalan teknologi ini dapat berdampak pada banyak orang," imbuhnya seperti dikutip dari Al Araby, Selasa (27/9/2022).
Amro mengatakan dia memandang ini sebagai bagian transisi dari manusia ke kontrol teknologi dan mengatakan Palestina telah menjadi sarana bagi industri teknologi tinggi militer Israel untuk bereksperimen dan berlatih.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada Haaretz bahwa pihaknya sedang memeriksa kemungkinan menggunakan sistem yang dikendalikan dari jarak jauh untuk penerapan langkah-langkah penyebaran massa yang disetujui, yang tidak termasuk kendali jarak jauh dari tembakan langsung.
"Ini adalah bagian dari persiapan yang ditingkatkan militer untuk menentang pengganggu ketertiban di daerah itu," kata juru bicara militer Israel itu.
Israel secara rutin menerima kritik global atas penggunaan teknologi canggihnya terhadap Palestina.
Menurut laporan Washington Post tahun 2021, mereka telah mulai menggunakan sistem pengenalan wajah bernama "Serigala Biru" terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Teknologi ini mengandalkan informasi seperti nomor identitas dan alamat, tetapi juga persepsi negatif tentara Israel terhadap perilaku orang Palestina yang mereka temui.
Pasukan Israel juga mulai menggunakan drone pada 2018 yang dapat menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa di Jalur Gaza yang terkepung.
Tahun lalu, mereka mengirim "robot semi-otonom" dengan senapan mesin ke perbatasan antara Gaza dan Israel, menurut The Defense Post.
(ian)