17 Tewas dalam Aksi Protes Kematian Mahsa Amini di Iran
loading...
A
A
A
TEHERAN - Korban tewas dalam aksi protes kematian seorang wanita muda Iran , Mahsa Amini, terus bertambah. Hingga Kamis (22/9/2022), tercatat 17 orang tewas dalam demonstrasi 6 malam berturut-turut itu.
"Tujuh belas orang, termasuk demonstran dan polisi, telah kehilangan nyawa mereka dalam peristiwa beberapa hari terakhir," televisi pemerintah melaporkan tanpa memberikan rincian, seperti dikutip dari Reuters. Korban resmi sebelumnya adalah 7 pengunjuk rasa dan 4 anggota pasukan keamanan tewas.
“Tiga paramiliter "dikerahkan untuk menghadapi para perusuh" ditembak mati atau ditikam di kota Tabriz, di provinsi Azerbaijan Timur, Qazvin, di provinsi dengan nama yang sama, dan Mashhad, di provinsi Razavi Khorasan,” kantor berita Iran melaporkan.
Seorang anggota pasukan keamanan juga tewas pada Selasa selama protes di Shiraz, provinsi Fars, kata badan-badan itu. Para pejabat membantah pasukan keamanan terlibat dalam kematian para pengunjuk rasa.
Sementara itu, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa "tindakan kekacauan" tidak dapat diterima. Pesan itu adalah sebuah peringatan kepada para pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk melampiaskan kemarahan mereka atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan.
Berbicara pada konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB, Raisi menambahkan bahwa dia telah memerintahkan penyelidikan atas kasus Mahsa Amini yang meninggal pekan lalu setelah ditangkap karena mengenakan "pakaian tidak pantas".
"Ada kebebasan berekspresi di Iran, tetapi tindakan kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi, yang menghadapi protes terbesar di Republik Islam itu sejak 2019.
Perempuan telah memainkan peran penting dalam aksi demonstrasi kali ini. Mereka melambaikan dan membakar cadar mereka. Beberapa wanita bahkan memotong rambut mereka di depan umum sebagai tantangan langsung kepada para pemimpin ulama.
"Tujuh belas orang, termasuk demonstran dan polisi, telah kehilangan nyawa mereka dalam peristiwa beberapa hari terakhir," televisi pemerintah melaporkan tanpa memberikan rincian, seperti dikutip dari Reuters. Korban resmi sebelumnya adalah 7 pengunjuk rasa dan 4 anggota pasukan keamanan tewas.
“Tiga paramiliter "dikerahkan untuk menghadapi para perusuh" ditembak mati atau ditikam di kota Tabriz, di provinsi Azerbaijan Timur, Qazvin, di provinsi dengan nama yang sama, dan Mashhad, di provinsi Razavi Khorasan,” kantor berita Iran melaporkan.
Seorang anggota pasukan keamanan juga tewas pada Selasa selama protes di Shiraz, provinsi Fars, kata badan-badan itu. Para pejabat membantah pasukan keamanan terlibat dalam kematian para pengunjuk rasa.
Sementara itu, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa "tindakan kekacauan" tidak dapat diterima. Pesan itu adalah sebuah peringatan kepada para pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk melampiaskan kemarahan mereka atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan.
Berbicara pada konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB, Raisi menambahkan bahwa dia telah memerintahkan penyelidikan atas kasus Mahsa Amini yang meninggal pekan lalu setelah ditangkap karena mengenakan "pakaian tidak pantas".
"Ada kebebasan berekspresi di Iran, tetapi tindakan kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi, yang menghadapi protes terbesar di Republik Islam itu sejak 2019.
Perempuan telah memainkan peran penting dalam aksi demonstrasi kali ini. Mereka melambaikan dan membakar cadar mereka. Beberapa wanita bahkan memotong rambut mereka di depan umum sebagai tantangan langsung kepada para pemimpin ulama.